Chapter 5 - Worried

374K 32.3K 947
                                    

Jantung Alexa berdebar dengan kencang. Ada apa dengan dirinya? Dia

baru saja berdebar oleh lelaki yang akan membunuhnya? Sepertinya dirinya sudah tidak waras.

"Apa kau memang memiliki kebiasaan menggoda perempuan di detik-detik kau akan membunuhnya?" tanya Alexa, Liam tersenyum.

"Tidak, hanya kau," ucap Liam. 

"Wow, aku merasa tersanjung menjadi wanita pertama yang kau goda sebelum kau membunuhnya," ucap Alexa.

"Kau t idak takut? Aku bisa membunuhmu kapan saja," ucap Liam.

"Kalau kau lupa, aku juga memiliki pistol di sini. Aku pun bisa membunuhmu kapan saja," jawab Alexa tetapmemegang pistol tersebut.

Tiba-tiba ada dua mobil berhenti di depan mereka. Kedua lelaki yang mengendarai masing-masing mobil keluar.

"Bos!" ucap salah satu lelaki yang seperti anak buahnya, ketika dia melihat perempuan di depan bosnya itu mengarahkan pistol ke bosnya. Ia langsung mengeluarkan pistol dari kantongnya. 

"Tenang, Bill, aku bisa menanganinya sendiri," ucap Liam kepada anak buahnya.

"Oh, ya?" ucap Alexa. Dan di situ kesempatan Alexa, ia menendang pergelangan tangan Liam yang sedang memegang pistol, lalu iatangkap pistolnya.

Liam bukannya melawan ia malah menatap Alexa seolah di depannya ini adalah tontonan menarik.

Tapi tiba-tiba terdengar suara tembakan.

DUARR!!!

Bill menembak Alexa tepat di perutnya. Alexa kaget. Ia terjatuh, sambil memegang perutnya yang tertembak. Liam membulatkan matanyadengan kaget.

Di saat yang bersamaan, terdengar suara mobil polisi dari jauh, mereka semua panik. Liam mengacak-acak rambutnya frustrasi.

"Cepat bereskan semua ini," bentak Liam pada anak buahnya, anak buahnya pun langsung membereskan keempat lelaki yang tadi dibantaioleh Liam dan Alexa.

Ketika Bill ingin mendekati Alexa, Liam menghalangi Bill. "Menjauhlah dari dia, atau kau akan kubunuh," ucap Liam dengan nada rendah, dengan menatapnya begitu tajam.

Bill ketakutan ketika melihat mata bosnya yang menatapnya dengan dingin dan penuh kebencian. Bill pun langsung pergi dan mengurusikeempat lelaki yang sudah tak berdaya tadi. 

Liam menoleh ke belakang, melihat Alexa tidak bersuara sama sekali. Hanya duduk lemasdengan tangannya memegang perutnya.

Entah kenapa ia tidak suka melihat Alexa terluka seperti ini. Rasanya ingin membunuh Bill sekarang juga. Ada apa dengannya? Harusnyadia membunuh wanita itu bukan mengasihani dia.

"Jangan ke mana-mana," ucap Liam dengan nada rendah.

Ia menuju mobilnya dan mengambil kotak P3K. Ketika ia kembali Alexa sudah tidak di situ, Liam mengerutkan dahinya bingung.

Bagaimana dia bisa berjalan jika dia terluka?! Si bodoh itu ke mana! batin Liam.

"Mana wanita tadi yang duduk di sini?" tanya Liam kesal pada anak buahnya yang sedang membungkus mayat-mayat itu.

"Bukankah Bos bersamanya?" tanya Bill balik.

Liam mengepalkan tangannya, perasaan ini kembali. Perasaan yang sudah bertahun-tahun ia kubur dalam-dalam kembali muncul. Perasaankhawatir ini membuatnya benar-benar gelisah.

Liam tahu bahwa dirinya seharusnya tidak mengkhawatirkan wanita itu, karena dia bukan siapa-siapa.

Ada apa dengan dirinya?

The Perfect Strangers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang