TRENTRE QUARTE: Tungguin aku ya?

Start from the beginning
                                    

"waktu cepet banget, baru aja rasanya kemarin kita berempat kenalan, huh" kata bibah --- "bener, yang dulunya dekil banget. sekarang kita udah kuliah aja ya?" kata amora, mereka jadi mengenang masa-masa awal masuk SMA "gue denger-denger ziqa kuliah di Malang ya?" kata xiena, kaysa mengangguk "katanya sih gitu, kenapa xien?" tanya kaysa --- xiena hanya menggeleng "akhir-akhir ini gue rasa xien sering nanyain ziqa. Kenapa tuh xien?!" kata bibah membuat xiena jadi salah tingkah "Ngarang lo bi! mana ada ih" katanya

kaysa dan amora juga gencar menggoda xiena "ih, xien. gitu ya, masa gak cerita-cerita ada apa!" kata amora --- "ada apaan sih? gajelas kalian ih" kata xiena, berdiri dari kursinya lalu bangkit meninggalkan mereka dengan kesalahtingkahannya --- amora, kaysa dan bibah ikut bangkit membayar minuman mereka, lalu menghampiri xiena dengan menggelitikinya mereka tertawa bersama hingga parkiran.

Sadar karena waktu mereka tertawa bersama seperti ini, sudah akan berakhir karena cita-cita masing-masing.

###########

"tapi papa gak bisa paksa aku pa!" Reno, cowok dengan kemeja hitam itu berteriak frustasi, sesekali menyisir rambutnya dengan jari kebelakang -- "kenapa reno? cuma kamu yang bisa papa andalkan!" bentak adijaya tak kalah sengit, sementara delima hanya mengelus lengan suaminya itu untuk bersabar "karena aku emang gak bisa ngejalanin perusahaan papa!"kata reno.

"aku gak pinter pa, papa sendiri tau aku gak bakalan mampu. Buat ngurusin diri aku sendiri aja aku gak bisa, apalagi ngurusin perusahaan papa" katanya, suaranya mulai melemah. Delima menghela nafas "reno, dicoba nak. Jangan pesimis dulu" katanya, memegang paha anaknya tapi reno masih saja tampak frustasi "karena aku juga bukan deno" katanya lagi.

Delima dan adijaya hanya sama-sama diam, sudah ke lima kalinya, mereka membujuk reno untuk mau mengurusi perusahaan papanya yang ada di Malaysia. Tapi, selalu saja reno menolak "bukan tentang deno, karena kamu cuma satu satunya anak papa. Harapan papa" kata adijaya, kini sinar matanya tampak lebih redup, kecewa.

"bukan gitu pa, aku cuma takut gagal" kata reno, ia bukannya tidak mau menuruti keinginan orangtua, tapi jujur saja. Reno takut tidak mampu, ia takut gagal. Dan akan berujung kekecewaan bagi orangtuanya, cukup sekali saja waktu itu ibunya--- gila karena dia.

Adijaya menyentuh bahu reno, menatap anaknya itu penuh harap "gak papa gagal, kamu harus usaha no. Pak wijaya juga bakal selalu mantau kamu, ngajarin kamu tentang bisnis. mau ya?" -- melihat raut penuh harap papanya, reno hanya menghela nafas. Akhirnya mengangguk.

"makasih ya no?" kata papanya -- reno hanya mengangguk. lalu adijaya memeluk putranya itu.

-0-

Dikamarnya --- lebih tepatnya kamar milik revan. Kaysa tak henti-hentinya berguling kekanan dan kiri kasur, ia mengerang frustasi menatap ponselnya. Tadi, ia mengecek fortal hasil kelulusan untuk ia masuk kekampusnya, dan ternyata ia lulus. Dan kenyataan yang membuat kaysa resah sekarang adalah mengetahui fakta kalau ia akan jauh, dan mungkin saja LDR-an dengan reno, malah kaysa juga tidak tau cowok itu mendaftar kuliah dimana.

"kemana sih lo reno!! balas chat gue!" ia mengupat kesal.

drtt...

ponselnya bergetar, dengan segera ia raih, ternyata dari reno, kaysa menggerutu kesal.

Reno:

maaf banget ca, aku beberapa hari ini gak megang ponsel. Maaf banget, gimana keterima?

Kaysa mengepalkan kedua tangannya, kesal karena reno baru hari ini mengabarinya. Kalau saja mereka sedang berdua, pasti kaysa sudah memukul mukul lengan reno sangking kesalnya. akhirnya, cewek itu hanya "read" doang chat dari reno, rasain biar tau rasa gak dikabarin itu sakit loh no, seriusan.

Stuck on youWhere stories live. Discover now