DEUX

4.8K 268 4
                                    


Nangis karna lo itu kaya udah jadi makanan sehari hari gue

------------------------------------------------------

"Devan gue mau pulang" ucap kaysa lirih menahan tangisnya.

Padahal yang didepannya sekarang adalah revan bukanlah devan.

"Udah dipesen" jawab revan cuek memainkan COC di iPhonenya.

"Kalau gt gue balik sendiri aja" kata kaysa dengan segera keluar dari cafe tanpa mengacuhkan revan yang tengah berdiri memanggilnya.

Dilihat revan kearah meja yang diduduki ragil lalu revan mengerti mengapa kaysa pergi begitu saja.

Revan menyuruh pelayan cafe untuk membungkus pesanan mereka tadi, lalu berlari keluar cafe mencari kaysa namun kaysa sudah duluan masuk kesebuah taxi.

"Kekanak kanakan" grutu revan dalam hati melihat tingkah sepupunya itu.

Sesampainya dirumah kaysa langsung berlari kekamar devan.

Devan heran melihat sepupunya itu menangis segegukkan.

"Lo kenapa ca?" tanya devan khawatir.

Kaysa malah mengacuhkan pertanyaan devan dan memeluk sepupunya itu erat sambil menangis segegukkan "jangan bilang lo habis diperkosa?!" kata devan spontan.

Kaysa malah mengencangkan tangisannya "wah bener ya?! Bilang ke gue siapa yg perkosa lo?!" kata devan khawatir.

Kaysa malah mengigit bahu devan, dan devan malah berteriak "aghh! Lo gila ya sakit woi yg kemarin lo gigit aja masih bengkak!" jawab devan melepas pelukan kaysa dan meringis memegang bahunya.

"Habisnya lo mikir apaan sih van! Lo doain gue diperkosa ya!" kata kaysa.

"Lah terus kenapa? Gue mana tau lo yg tiba tiba masuk kekamar gue nangis peluk peluk" kata devan tanpa dosa.

"Gue benci sama bg ragil van! Gue benci banget!"

"Apa lagi sih ca? Lo bisa ga sehari aja jangan sedihin dia" kata devan mendengus lesu "setiap topik pembahasan lo senang, sedih, galau, mewek selalu dia! Bosan bgt gue asli" kata devan.

Kaysa tertunduk lesu "gue harus gimana van" tanya kaysa.

Kaysa memang selalu seperti itu, saat ragil mendekat ia malah ketakutan dan saat ragil dengan yang lain ia malah sakit hati dan berujung dengan nangis dikamar devan.

"Lo nya juga aneh, dia ngerespon lo, lo malah ketakutan dan mati gaya deket dia,giliran dia lagi gangerespon lo galau galau, bilang bg ragil gapeka van, gue benci bg ragil van, nanana blablabla bla"kata devan menirukan cara kaysa berbicara.

"Gue gatau van, kenapa gue jadi kaya gitu"

"Lo cukup jadi diri lo sendiri aja kalau deket dia, jadi aca yang kaya biasa biasa aja gitu ca, jangan sampai nyesel nantinya kalau dia emang bener bener gaakan ngerespon lo lagi" jelas devan.

Kaysa hanya mengangguk anggukkan kepalanya.

Tak lama kemudian revan masuk dengan wajah datarnya menatap kearah kaysa yang tengah tertawa melihat tingkah konyol devan yang membuatnya tertawa.

"Gue bisa bayangin gimana revan marah waktu lo bohongin, mukanya ditekuk gini, jidatnya berkerut gini" kata devan menirukan ekspresi muka revan

"Hahahahahhaha anjas lo van! Kembaran lo juga, asli lo gue ngeri pas dia marah takut gue" kata kaysa tertawa lepas.

"Udah puas ngomongin gue?" kata revan dengan nada datarnya.

Ups kaysa dan devan menutup mulut mereka.

Stuck on youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang