VINGT CINQ ; why reno?

2.9K 170 0
                                    

kasya mengetuk ngetuk pena dikeningnya, otaknya berpikir keras untuk menulis puisi apa yang harus ia buat untuk tugas sastranya, kaysa sama sekali tak ahli dalam puisi ber-puisi.

"Atau gue googling aja kali ya?" Ujarnya pada diri sendiri, kaysa hendak membuat browser ponselnya, namun ia mengurungkan niatnya "ah nanti bu sarah tau lagi, bisa mati gue" ucapnya mengentak hentakkan kakinya ke udara.

Kaysa sekarang sedang berada dikamar devan, kalau sedang rindu kaysa biasanya akan menghabiskan waktunya dikamar ini, kamar berwarna kuning gading yang elegan.

Serta koleksi koleksi superhero milik devan yang tertata rapi dilemari kaca maupun meja belajarnya.

Sudah sebulan sudah sejak ia berbaikan dengan raka, semua juga sudah seperti biasanya. Hanya sedikit yang berbeda, raka jadi sering bersama kaysa dan kaysa selalu merasa bersalah kepada raka karna tak bisa sama sekali membalas perasaanya dan juga rasa bersalah pada bibah sahabatnya, tapi bibah selalu bersikap dewasa membuat rasa bersalah kaysa bisa sedikit ia atasi.

"Hai, masih belum keisi kertasnya?" Ucap revan yang datang dengan susu zee coklat untuk kaysa, kaysa menggelengkan kepalanya "susah" desahnya kasar.

"Lo harus pikirin judul dulu, atau makna nya apa. Atau puisi lo buat siapa" ucap revan yang ikut berbaring disamping kaysa.

Kaysa menatap revan lama, otaknya sedikit berpikir "ah gak bisa, otak gue gak mutar mutar" ucapnya kesal, revan tertawa. Tangannya terjulur untuk menjentik kening kaysa.

Kaysa mengaduh "sakit, tolol" ucapnya -- "eh eh eh udah berani bilang gue tolol?" Revan menyeringai lalu dengan cepat ia menggelitik tubuh gadis itu.

"Eh eh, engga engga van--- woi geli tai" ucapnya menahan rasa geli.

"Minta maaf coba?" Ucap revan yang masih jahil menggelitik kaysa -- "revann maaf" revan menggelengkan kepalanya "yang manis!"

"Revan, aca minta maaf ya" revan memberhentikan aksinya "makanya jangan kasar tau" ucap revan yang sudah mengambil alih pena dan kertas kaysa.

Kaysa mencibir. Diamatinya revan yang mulai menggoreskan pena di kertas hvs kosong itu.

Belum ada judul

Apa yang menyedihkan dari sekedar patah hati?

Apa yang lebih mengcengkram dari sebuah cekikan?

Apa yang lebih perih dari sekedar berdarah?

Kehilangan

Kehilangan jauh lebih tinggi drajatnya dari segala kesakitan, kehilangan jauh lebih menyakitkan dari pada luka berdarah
Dan kehilangan lebih mencengkaram dari pada sebuah cekikan.

"Nih" revan menyodorkan kembali kertas hvs yang sudah digoresi tinta pena.

Mata kaysa berbinar "ah sayang revan!" Ucapnya memeluk sepupu satu satunya itu, "tapi kenapa sedih sih!"

Revan terkekeh "terinspirasi aja karna gue dikamar ini" ucapnya, kaysa tersenyum "makasih devan udah jadi inspirasi revan buat nyelesain tugas puisi aca!" Ucap kaysa memeluk kertas hvs nya.

Revan hanya menatap kaysa dengan senyum tipisnya.

Benar, kepergian devan memang belum bisa diterima seutuhnya.

----

Kaysa menatap langit senja dengan awan mendung bersamanya, senja ini sepertinya ingin hujan.

Kaysa tersenyum, "kenapa van? Lo kangen gue juga ya?" Seolah olah awan mendung itu adalah devan, kaysa mencurahkann isi hatinya.

"Iya gue tau, gue juga kangen lo. Jangan sedih dong. Gue udah baik baik aja disini" ucapnya.

Stuck on youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang