0.11 [REVISI]

4.4K 281 10
                                    

-Revision Done-

A Rocket To The Moon – Ever Enough

.

.

"...Minggu depan sudah harus terkumpul, terima kasih," ucapan Pak Herman mengakhiri kelas hari ini. Kadang kita bertanya-tanya, UN tinggal satu bulan dan tugas masih ada? Sungguh lucu.

"Ve, nanti anterin gua ke toko buku mau gak?" tanya Mars. Sejak malam Venus keluar dari rumah dan memilih menelpon Mars, keduanya menjadi lebih dekat. Setidaknya, intensitas pertengkaran mereka berdua berkurang.

"Ama Kejora aja, gua males." Jawab Venus. Dia tak bohong, hari ini Venus harus mengurus persiapan tes di salah satu Universitas di Jogja, syukur-syukur kalau dia dapat beasiswa.

Mars yang tadinya duduk ditempatnya kini berpindah ke samping Venus.

"Ya elah, males ama dia, rempong. Gua ngajak ke toko buku malah ujung-ujungnya gua suruh beliin dia baju, tekor gua." Gerutu Mars.

"Bukannya lagi ada Kak Rio ya? Ajak aja dia." Usul Venus. Rio memang sedang ada di Jakarta. Kini, Rio kuliah di Bangka dan tinggal disana bersama kedua orang tuanya. Jadi, yang di jakarta hanya Mars dan Kejora yang tinggal berdua di bawah pengawasan tantenya.

"Males sama orang itu ah, ayo sih," bujuk Mars yang sepertinya tidak membuahkan hasil. Kejora yang mendengar rengekan Mars dari belakang mendengus jijik, "gak usah alay sih anjir."

Mars mencebik. "Bacot."

"Udah ah, gua duluan ya!" ucap Venus sembari berbalik dan meninggalkan Mars yang menghelas napasnya.

Sampai di depan kompleknya, Venus memilih jalan kaki walau jarak dari gerbang komplek ke rumahnya itu cukup jauh. Dia bisa saja meminta salah satu satpam komplek untuk mengantarnya, tapi bukankah jalan kaki itu lebih asik?

Di depan rumah, ia sedikit terganggu dengan kehadiran mobil asing yang terparkir rapi di depan gerbang rumah. Biasanya kalau ada tamu, rumah pasti ramai. Tapi sekarang, rumah kelihatan sepi.

Venus melanjutkan langkahnya masuk ke dalam rumah dan tersentak kaget saat tahu siapa tamu itu. Venus memandang datar pemandangan di depannya kini, tak hanya itu Dewi, Adrian, Galih, Karina, juga Satria cukup terkejut karena Venus yang tiba-tiba masuk.

Suasana ruang tamu menjadi tegang, aura yang dikeluarkan oleh Venus sangatlah muram, dia tak menyangka akan bertemu dengan kakaknya itu plus dengan keluarga bahagianya.

Masih dengan wajah datarnya Venus lebih memilih kembali ke kamarnya, "Ve, bisa kita bicara di sini?" panggil Adrian saat Venus baru ingin menaiki anak tangga.

Venus melihat ayahnya dan semua orang di ruangan itu, "Gak, Venus sibuk, capek." Dan Venus memilih ke kamarnya sekarang.

Di kamar, Venus melempar tasnya asal dan langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur, dia menghela napasnya kasar sambil menormalkan detak jantungnya. Sungguh, ia sangat membenci kakaknya itu. Kenapa dengan tidak tau malunya, Karina datang kesini?

Venus memejamkan mata mencoba untuk menenangkan pikirannya, sejenak ia berpikir kalau sekarang dia harus pergi, entah kemana itu. Dan satu ide muncul, dia harus benar-benar berterima kasih kali ini.

Venus mengambil handphonenya dan mengetikkan sesuatu.

Andromeda Venus: Mars, jadi ke toko buku gak?

Tak selang satu menit Mars menjawab pesan tersebut Ck! Keliatan banget nungguin chat gua dia.

Mars Anggara: Jadi, temenin gua ya?

Mars & Venus [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang