27. Kemenangan Semu [Repost]

10.7K 678 24
                                    

Cek mulmed, ada Role Player Senja mwehehehe. Gak kalah cantik kok sama authornya;( *ini bohong*

Ada yang tau dia siapa?

Daisy Tomlinson Daekin as Senja.

Yaaaa dia adiknya Louis Tomlinson🙈

Adik iparku hehe. Bercanda. Karena aku tetep pilih Cammy wohooo💕

***

"Senja, besok saya tanding basket. Saya nggak tau, beneran bisa gantiin Arya atau nggak, tapi semua mempercayakan saya. Saya merasa punya tanggung jawab besar." Jingga menghela napas gusar saat menceritakannya, membayangkan saat Bu Reka menunjuknya untuk menggantikan Arya, sang kapten basket, untuk tanding besar-besaran besok. Awalnya Jingga menolak, ia tidak menyukai kegiatan itu lagi, sejak ia merasa kecewa terhadap Jane.

Jingga tidak bisa duduk diam di samping ranjang Senja, tetapi itu lebih baik daripada tidak ada Jingga di sampingnya. "Coba kamu nonton pertandingan saya nanti, saya pasti semangat 45!" Jingga menggerutu sendiri, membuat Senja merasa lucu melihat bibirnya yang berkomat-kamit itu.

"Yang penting, aku di sini doain kamu melaksanakan tugasmu dengan benar. Nggak masalah kalo nantinya menang atau kalah, usahamu lebih berharga dari piala itu." Tutur Senja, membuat Jingga terkesima. Ah Jingga lupa, bahwa dia menaruh sebatang bunga dandelion di saku jaketnya.

Jingga mengeluarkan bunga tersebut, meski ada beberapa benih yang rontok, namun tetap indah di mata Senja. Jingga mengangkat bunga itu tepat di hadapan wajahnya, "tau ini bunga apa?" Tanya Jingga pada Senja yang mengangguk samar. Selang-selang itu membuat Senja sulit bergerak!

"Dandelion." Jawab Senja semangat.

"Betul. Tau kenapa saya bawa dandelion?"

Senja menggeleng lemah.

"Saya mau, kamu belajar dari dandelion. Seberapa kuat angin membawanya, dia akan tetap bertahan.

"Dia memang jatuh pada akhirnya, bukan berarti dia benar-benar mati. Benihnya menumbuhkan kehidupan baru, dan membuat bunga itu malah jadi semakin banyak.

"Kadang hidup memang penuh misteri. Penuh liku-liku, berjalan di luar rencana yang kita perkirakan. Namun saya tau, semua punya jalannya masing-masing. Saya mau kamu kuat, tidak perlu menjadi Hercules atau Perseus, cukup jadi dirimu sendiri dan memacu semangat hidupmu lebih dalam lagi. Setidaknya itu membuat saya senang." Jingga mengelus puncak kepala Senja dengan lembut, membuat Senja sangat nyaman berada di posisinya sekarang.

Senja meneliti bunga tersebut, memang tidak se-romantis bunga mawar merah. Namun entah mengapa, semua ini membuat Senja terenyuh. Suara khas Jingga yang menenangkan, selalu terngiang ditelinga Senja.

Lagi-lagi Senja terusik, pada takdir yang akan menunggu di depan sana. Ia harap ia tidak menyesali pengorbanannya. Selama Senja bukan udara, Jingga bisa hidup tanpanya.

***

Pagi cerah itu, saat Jingga ingin pergi ke tempat pertandingan, Jingga mengingat Senja. Entah bagaimana, ia berpikir harus ke rumah sakit dulu, berbicara sedikit dengan Senja berefek dahsyat pada semangatnya.

Sekarang, Jingga berada tepat di depan pintu ruang rawat inap Senja. Jingga perlahan membuka kenop pintu tersebut, dilihatnya Bi Sisi yang sedang menyuapi Senja. Senja baik-baik saja, tetapi kenapa hati Jingga rasanya gelisah dan cemas tidak jelas?

"Duh gusti... non Senja teh pagi-pagi udah di jenguk ayang-nya. Perasaan baru kemarin si bibi liat non Senja jatoh dari sepedah terus nangis gara-gara lututnya berdarah." Goda Bi Sisi yang membuat Senja terkekeh, si bibi ini, meski sudah berumur, tetap saja gaul.

Senja Dan JinggaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon