2. Janji dan Sebuah Perasaan

19.3K 967 48
                                    

Jingga tertidur pulas di saat pelajaran sosiologi. Menurutnya ini amat sangat membosankan. Jingga duduk di posisi strategis, di ujung pojok kanan kelas bersama Juna. Di depannya ada Didi dan Karel. Didi yang apes selalu di suruh untuk menutupi Jingga yang sedang tidur.

Biasanya Bu Tanti mulai mengabsen di akhir jam pelajarannya. Tetapi sekarang Bu Tanti tiba-tiba sudah bersiap untuk mengabsen. Juna segera membangunkan Jingga tetapi Jingga tidak bangun juga. Entah apa yang akan dilakukan Bu Tanti pada Jingga.

"Arjuna Wiratmaja." Seru Bu Tanti.

"Juna ganteng here bu." Juna mengangkat satu tangan untuk menandai kehadirannya.

Bu Tanti terus memanggil satu demi satu nama murid yang ada di kelas XI-3.

"Jingga Satria Adiratha."

Mampus Ga. Sial lu hari ini Ga. Batin Juna.

"Jingga Satria Adiratha." Bu Tanti menaikkan nada suaranya seoktaf.

"Kemana makhluk satu itu?" Bu Tanti menghampiri meja Jingga.

"Ga, bangun Ga. Malaikat pencabut nyawa dateng Ga. Ya elah Ga lu kebo amat sih." Juna sudah melakukan serangkaian cara untuk membangunkan Jingga tetapi tidak di gubris.

"Jadi dari tadi saya menjelaskan materi anak ini tidur?" Tegas Bu Tanti sambil menjewer telinga Jingga. Jingga terkesiap dan membuka matanya secara sontak.

"Aduh bu ampun. Damai bu, oke?" Jingga masih terlihat seperti tidak terjadi apapun.

"Kamu dikit lagi kenaikan kelas, Jingga. Mau sampe kapan kamu gini terus gak ada kemajuan?" Bu Tanti melepaskan jeweran di telinga Jingga.

"Loh bukannya nilai ulangan saya selalu bagus?" Ya Jingga memang benar. Jingga sebenarnya pintar. Bisa saja ia mengalahkan peringkat satu di kelas, tapi ia tidak mau menghancurkan reputasinya di sekolah yang notabene-nya adalah the king of Tunas Garuda Senior High School.

"Kelakuan kamu yang harus di perbaiki, Jingga." Bentak Bu Tanti. "Sekarang kamu ke perpustakaan, kamu cari buku sosiologi semester satu. Setelah itu kamu rangkum! Jika tidak, ibu tidak akan mengikut sertakan kamu dalam ujian kenaikan kelas." Jelas Bu Tanti.

"Jari tampan saya kasian bu kalo nulis banyak-banyak." Jingga memasang tampang memelas.

"Jingga!" Bu Tanti menggeprak meja.

"Ganteng." Jawab Jingga dengan santai sambil berjalan ke luar kelas.

***

Jingga melangkahkan kaki nya melewati perpustakaan dan membuat beberapa pasang mata terkejut melihatnya. Bahwasanya, siswa seperti Jingga pantang sekali memasuki perpustakaan.

Jingga berjalan dengan santai menuju rak buku untuk mencari buku yang di suruh Bu Tanti.

Jingga berdecak karena tak kunjung menemukan bukunya. Sedangkan di samping Jingga, ada gadis yang sedang berusaha mengambil buku. Buku itu terlalu tinggi sehingga ia tidak bisa menggapainya. Dengan sigap, Jingga membantu gadis itu mengambil buku yang di tuju.

"Nih. Makanya kalo kesulitan itu minta tolong." Tukas Jingga seraya memberikan buku itu pada gadis tersebut.

"Ma-makasih, Ji-Jingga." Gadis itu tersentak melihat siapa yang telah membantunya.

"Jangan terlena sama ketampanan gue, udah sana lanjutin kegiatan lo." Ucap Jingga dengan percaya diri. "Eh lu tau gak dimana buku sosiologi semester satu kelas 11?" Tanya Jingga pada gadis itu. Lalu gadis itu pergi tanpa berkata apapun.

"Ck. Gue nanya malah pergi." Jingga melakukan pencariannya kembali.

Jingga semakin gusar karena tak kunjung menemukannya.

Senja Dan JinggaWhere stories live. Discover now