17. Belum Terlatih Patah Hati

9.5K 727 11
                                    

Senja melewati gerbang sekolah yang terlihat sangat ramai karena terhitung 10 menit lagi bel akan berbunyi, Senja merapalkan segala doa agar tidak ada pekerjaan rumah hari ini, karena semalaman ia hanya duduk di balkon hingga tertidur. Senja berjalan dengan tergesa-gesa agar segera sampai ke kelasnya, sungguh akibat bergalauria semalaman membuatnya telat, untung saja kakaknya sudah pergi terlebih dahulu, jadi ia tidak merepotkan kakaknya dan membuat kakak tersayangnya itu terlambat.

Senja menaiki koridor pertama dengan napas yang tersenggal, hingga sampailah ia di lorong lantai 2 membuatnya sedikit lega. Senja tidak terburu-buru lagi, karena jarak antara dirinya dengan kelasnya semakin menipis. Senja menggerutu dalam hati, seminggu yang lalu mungkin Senja melewati lorong ini bersama Jingga dan hatinya amat berbunga-bunga. Senja berjalan sambil melihat sepatu yang melekat di kakinya, dilihatnya sekitar tidak ada dua kaki dengan langkah besar dengan sepatu berlogo centang yang selalu dikenakan sang pemilik. Senja benar-benar sendiri. Ia menghela napas panjang lalu menetralkan suasana hatinya, Senja menatap lurus ke depan dan Senja tersentak ketika mendapati Jingga yang sedang berjalan ke arahnya.

Jarak mereka masih terbilang cukup jauh, namun mereka jalan dengan berlawanan arah. Senja mengalihkan perhatiannya pada apapun di sekitarnya, sedangkan Jingga berjalan dengan santainya dengan baju seragam yang tidak di masukkan ke dalam, celana ketat hingga dasi yang di lilitkannya di tangan. Coba saja Bu Gina memergoki Jingga seperti ini, habis Jingga dengan siraman rohani yang berlangsung dua kali lipat jam tayang. Namun, hanya Senja yang melihat ini dan Senja mengutuk hati kecilnya yang selalu bertolak belakang dengan pikirannya.

Semakin lama, jarak mereka semakin terkikis hingga Senja mampu melihat Jingga dari dekat, namun sayangnya Jingga tidak melihat ke arah Senja sama sekali. Sedikitpun. Bayangkan itu, hati Senja terasa cenat-cenut nyeri tidak karuan. Kemarin Jingga mengecup keningnya di depan pintu kelasnya, sekarang? Jingga bahkan acuh tak acuh pada Senja, ini membuat Senja gusar sendiri. Ia tau bahwa ia masih mencintai Jingga, sangat.

Dan tiba waktunya saat Jingga tepat di hadapannya dan melewatinya begitu saja. Astaga, ini Senja, bukan gadis-gadis biasa yang mengidolakannya secara diam-diam. Ini Senja, bukan molekul debu kecil yang tak terlihat. Ini Senja, bukan rumput liar di pinggir lapangan yang terabaikan. Sekali lagi, ini Senja. Senja yang kemarin di ciumnya, Senja yang ia ajak berteduh saat hujan lebat, Senja yang namanya selalu beriringan dengannya. Entah apa yang terjadi pada Jingga, benar-benar membuat Senja hancur berkeping hingga tak tersisa. Bagai debu yang terhempas angin lalu menjadikannya tiada.

Sunggu ini bagai mimpi yang amat buruk bagi Senja, bahkan jika ini benar-benar mimpi, Senja tidak akan pernah ingin memimpikannya. Sayangnya, ini adalah sebuah kenyataan. Kenyataan yang tidak bisa ditolak hakikatnya.

Ingin sekali ia melarikan diri dari sini agar tidak pernah bertemu dengan Jingga lagi. Sungguh. Terlalu sakit untuk di abaikan.

Sampailah Senja di kelasnya, lalu berjalan ke tempat duduknya dan menghempaskan bokongnya ke tempat duduk dengan kasar, sampai kening Shania berkerut kebingungan.

"Udah kerjain PR Pak Sahril?" Tanya Shania sambil menunjukkan tugas yang ia maksud.

Senja terbelalak, lalu menepuk keningnya sendiri. "Aku lupa."

Shania mendengus. "Yaudah cepet kerjain. Mumpung nggak banyak banget." Perintahnya demi kebaikan Senja, jika tidak, pasti Pak Sahril akan menghukum Senja.

Senja meraih buku Shania, dan tidak tanggung-tanggung merampas bolpoin Shania juga. Senja mengeluarkan buku tulis dan buku cetak miliknya, lalu ia segera menyalin tugas itu.

Baru saja Senja menulis beberapa kata, bel sudah berbunyi dengan lantang. Senja panik, hingga ia jadi salah-salah menulis. Ia mencari type-x ke seluruh penjuru kelas, tidak ada satupun yang ia temukan. Huh saat sedang terburu-buru seperti ini, semua menghilang begitu saja. Lenyap dari pandangan.

Senja Dan JinggaWhere stories live. Discover now