7. Sekolah dan Kamu 2

14.8K 866 10
                                    

Btw part 6 waktu itu ada problem, muncul setengah doang. Yang merasa cuma baca dikit di part 6, bisa langsung di cek. Tq💕💕💕

***

Langit biru yang begitu teduh, kini seperti memancarkan cahaya. Sinar hangat yang menyeruak mengisi seluruh bumi beserta isinya. Ah, ternyata sang surya mulai menampakkan jati dirinya.

Senja menunggu seseorang di depan gerbang sekolah, sendirian. Memakai perlengkapan orientasi seperti topi toga, kalung bumbu dapur yang liontinnya adalah empeng bayi, tas dari karung beras dengan sumbu kompor sebagai talinya, dan kaus kaki panjang berwarna mencolok yang berbeda di setiap kakinya. Sedangkan Gaea sudah masuk sedari tadi, bersama teman-temannya. Senja ingin seperti kakaknya, yang mempunyai teman banyak.

"Senja, kamu gak masuk?" Tegur Karel yang menghentikan motornya di depan Senja.

"Belum, Ka. Lagi nunggu Shania." Jawab Senja dengan lembut sambil tersenyum. Sontak Karel tersenyum balik pada Senja.

"Mentang-mentang ada junior cantik langsung lo embat. Dasar playboy otak sengklek!" Seru seorang wanita yang selama ini menjadi sasaran empuk Karel. Karel dan Senja melihat ke arah empunya suara.

"Apaan sih, babe? Lo cemburu?" Jawab Karel dengan santai, sementara Senja menunduk, tidak berani menatap Zulfah. Zulfah melangkah menghampiri mereka.

"Tunggu ladang gandum Ciganjur di hujani cokelat, baru lo boleh bilang gue cemburu sama lo. Najis. Napsu aja nggak liat muka lo." Sahut Zulfah tepat di hadapan Karel. Ini malah jadi semakin seru buat Karel sendiri. Hm, menarik.

"Masa sih gak napsu? Liat gue shirtless paling mimisan." Karel mengusap rambutnya ke belakang.

"Permisi, kakak-kakak. Gue mau jemput Senja. Kasian cuma jadi obat nyamuk di sini." Shania memperlihatkan deretan giginya yang rata. Sontak, Karel dan Zulfah berhenti berdebat. Shania langsung menarik Senja dari sana.

"Mimpi lo!" Zulfah menggidikkan bahunya. Dan membalikkan badan untuk segera pergi, namun tangannya ditahan oleh Karel.

"Benci sama cinta cuma di batasin sama sehelai benang. Hati-hati aja kalo emang bener lo benci sama gue." Zulfa membelalakkan matanya, dan tanpa aba-aba, ia langsung menginjak kaki Karel yang berbalut sepatu. Lalu pergi sambil memberi ejekan kecil pada Karel. Namun berbeda dengan Karel yang sibuk menahan rasa sakit di punggung kakinya. Karel meringis, sambil merasakan ada sesuatu yang... aneh, menurutnya.

Shania mengajak Senja ke kantin untuk menemaninya sarapan. Awalnya Shania mengajak Senja untuk sarapan, namun Senja menolaknya karena ia sudah sarapan di rumah. Shania pun sebenarnya sudah sarapan, namun tuntutan perut karungnya, ia jadi lapar lagi.

"Kamu gak berangkat bareng Ka Jingga?" Tanya Senja sambil menyesap susu hangat yang ia bawa dari rumah. Meski sudah tidak terlalu hangat.

"Dari SMP, gue gak pernah bareng abang. Si Jingga gak pernah datang tepat waktu. Catat itu!" Jawab Shania sambil menikmati nasi goreng yang dibelinya tadi.

"Jadi... Ka Jingga terlambat terus?" Senja mulai menyimpulkan. Jika tidak pernah tepat waktu, maka ia selalu terlambat.

"Iya, untung sekolah punya Opah. Opah juga sering marahin abang gara-gara abang sering ngebolos, tapi sekarang udah jarang."

"Oh sekolah ini punya Opah kamu. Jadi mau gimana juga Ka Jingga gak akan di Drop Out?"

"Kayanya sih gitu. Tapi selama kenakalannya masih wajar. Papa sama Mama masih maklumin kalo abang cuma bolos dan pulang malem. Tapi Papa selalu marah kalo abang abis tawuran."

Senja Dan JinggaWhere stories live. Discover now