18. Serba Salah

9.8K 673 9
                                    

Jingga meringis saat Jane meneteskan obat merah ke luka goresannya. Sungguh ini suatu kebodohan seumur hidup karena tidak berhati-hati. Tadi, saat penyerangan yang dilakukan terhadap sekolahnya, Jingga dan ketiga temannya memutuskan untuk mempertahankan daerah teritori keamanannya. Dan juga ia tidak mau di anggap lemah oleh lawannya, Arnold. Arnold yang selalu menyimpan dendam pada Jingga karena Jingga selalu memenangkan pertaruhan tersebut. Dan saat Jingga sedang menghabiskan satu persatu pasukan Arnold, Jingga melihat Arnold ingin melukai Karel dengan pedang panjang yang di sebut samurai. Alhasil, Jingga mendorong Karel hingga Karel terpental, sehingga samurai itu menggores otot Jingga yang berbalut kemeja putih hingga bagian lengannya ikut robek. Awalnya, Jingga tidak merasakan luka itu bahkan ia mati-matian membabi buta Arnold, namun saat itu juga Didi berteriak, "Ga, lengan lo!" Dan Jingga langsung melirik lengannya yang sudah mengeluarkan darah segar. Bagi Jingga, itu bukan apa-apa, sakitnya tidak sebanding dengan kehilangan Senja. Namun, pasukan kelas 10 menyeret Jingga dengan paksa agar lukanya bisa terobati, dan saat ia sudah di dudukkan di ranjang UKS, lukanya baru terasa, Jingga pun tidak tau bagaimana Jane sudah berada di dalam ruang UKS ini. Masa bodo, intinya Jingga tidak ingin memikiran hal yang tidak jelas. Terserah Jane akan melakukan apapun pada dirinya, asal itu masih sewajarnya saja.

Saat Jane mengobati lukanya, Jingga terkejut akan kedatangan adiknya yang terlihat panik setengah hidup itu. Tapi itu manis untuk Jingga, Shania yang selalu melontarkan kata-kata kasar padanya dan sekarang dia menjadi seorang adik pada umumnya. Syukurlah, Jingga tersenyum mengetahui itu.

Shania menatap Jingga dengan nanar, lalu ditelitinya seluruh tubuh Jingga, mulai dari wajahnya, badannya yang sudah terbebas dari kemeja putih hingga sekarang ia bertelanjang dada. Shania menemukan beberapa luka memar di bagian siku, dahi, bahu dan punggung Jingga.

"Bisa nggak sih lo nggak usah ikut tawuran? Lo nggak mikir, gimana nanti kalo Mama tau keadaan lo? Lo nggak kasian sama Mama? Punya otak nggak lo? Nggak usah sok jagoan lo. Lo cuma Jingga, bukan Hulk, bukan Iron Man, bukan Batman, bukan Superman, bukan Captain America. Lo manusia biasa, inget itu. Jangan bikin Mama Papa khawatir, bego." Tanpa babibu, Shania langsung memarahi Jingga atas kebodohan yang telah ia lakukan. Shania benci Jingga yang brutal tidak karuan.

Jingga meringis, antara sakit di lukanya atau mendengar ocehan adiknya yang sepanjang kereta itu. "Adikku sayang, kakanda lebih dari beberapa karakter superhero yang adinda sebutkan. Superhero itu kan cuma membela negara saat di film. Lah kakandamu ini kan bertaruh sungguhan, membela sekolah tercinta." Hardik Jingga dengan penuh drama. Sedangkan Jane hanya tertawa geli mendengarnya. Sungguh, Shania muak mendengarnya. Sayang saja Jingga terlanjur lahir sebagai kakaknya. Salah tidak kalau sekarang Shania menginginkan kakak laki-laki yang seperti di novel dan film-film kebanyakan?

Shania mendecih ketus. "Jijik bahasa lo." Shania menoyor pipi Jingga tanpa dosa.

Jingga melihat sekitar Shania, lalu melihat ke arah pintu yang dipenuhi oleh gerombolan murid yang ingin tau keadaan Jingga, hingga Jane kualahan mengobati Jingga yang tidak bisa diam. "Lo sendiri, Shan?" Tanya Jingga pada Shania.

Shania tau betul kemana arah pertanyaan itu. "Yaiyalah, lo ngarepin gue dateng sama siapa?" Tanya Shania balik dengan nada sarkasme sambil bertolak pinggang.

Jingga hanya menghela napas kekecewaan. "Bagus kalo dateng sendiri. Gue kira, lo bawa temen lo." Jawabnya terpaksa, ia harus menutupi perasaannya dengan kekecewaan yang mendalam. Padahal dalam lubuk hatinya, Jingga menginginkan dia ada di sini.

Nyatanya, sebelum Jingga memperhatikan sekeliling, Senja sempat ada di antara kerumunan itu, namun Jingga tidak melihatnya. Jarak di antara mereka semakin runyam dan tampak semu, hingga tanpa sadar mereka sama-sama membangun dinding kokoh di antaranya tanpa berniat untuk sesekali tegur sapa.

Senja Dan JinggaWhere stories live. Discover now