13. Untuk Apa Kembali?

10.9K 707 15
                                    

Senja merasakan sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya, terutama kepalanya. Rasanya ingin sekali ia mengakhiri rasa sakit itu, sungguh mengganggu. Ia melihat jam yang bertengger di dinding kamarnya, jam menunjukkan pukul 3 dini hari. Astaga bahkan semua orang di rumahnya sedang terlelap. Senja tidak tau harus bagaimana memberitahukan Papanya bahwa ia sudah tidak tahan dengan sakit ini.

Senja berteriak kesakitan, kedua tangannya memegangi kepalanya. Saat ia ingin mengambil gelas yang berisi air mineral itu malah membuat gelasnya jatuh dan pecah. Senja semakin putus asa.

Seperti datangnya sebuah pertolongan, Nata baru saja memasuki kamar Senja dengan ke khawatiran yang luar biasa. Tanpa bertanya-tanya lagi, ia menggendong Senja dan segera menuju garasi mobilnya.

Ia menaruh Senja di dalam mobilnya, dan mengeluarkan mobil untuk segera pergi ke rumah sakit terdekat.

Nata hanya takut, takut kehilangan lagi. Kehilangan istrinya saja sudah cukup menguras hati dan air matanya. Tidak bisa di pungkiri bahwa sebenarnya ia merasa kesepian. Namun, Senja dan Gaea saja sudah cukup untuknya. Dua gadis yang sudah menjadi bagian dari hidupnya, dua gadis yang selalu membuatnya berusaha menjalani peran seorang ibu meskipun ia berkali-kali mencoba dan gagal, dan ia tidak butuh gadis manapun untuk menggantikan istrinya. Menurutnya, hanya satu orang yang pantas, namun orang itu sudah membina keluarganya sendiri, jadi ia kubur keinginan dan cintanya dalam-dalam.

Nata memasuki rumah sakit sambil menggendong tubuh Senja yang sudah tidak sadarkan diri. Ia berlari ke sana ke mari, dan Senja langsung di masukkan ke dalam ruang ICU.

Seorang dokter dan beberapa perawat masuk ke dalam ruangan tersebut, Nata tidak di ijinkan untuk masuk, akhirnya ia hanya bisa terkulai lemas di bangku tunggu depan ruang ICU. Ia merapalkan segala doa agar putrinya tidak apa-apa, meskipun dokter memvonis hidup putrinya tidak akan lama lagi, namun Nata tetap berdoa agar Tuhan mempunyai kehendak lain.

Ia hanya ingin Senja sembuh, tidak peduli semua hartanya terkuras habis, yang penting putri bungsunya itu bisa hidup sehat seperti gadis seusianya. Karena harta bisa saja di cari, namun seseorang yang sudah tiada jelas tidak bisa di gantikan oleh siapapun.

Ia selalu berkata dalam hati, mengapa tidak dirinya saja yang ada di dalam sana? Setidaknya, Senja bisa membagi rasa sakitnya, atau jika boleh minta sesuatu, ia ingin menggantikan posisi Senja.

***

Sudah 3 hari Senja tidak memberinya kabar, sudah 3 hari ia menunggu kabar dari Senja. Bahkan sekarang ia tidak tau dimana Senja, sedang apa dia di sana, dan apa dia mengingat Jingga yang sudah hampir gila menunggu pesan singkat dari Senja?

3 hari Senja tidak masuk sekolah, terakhir kali mereka bertemu, Senja sedang baik-baik saja, ia tidak mengucapkan apapun. Setiap kali ia menanyakan kabar Senja pada Gaea, seolah Gaea menghindar dan tidak memberinya sebuah jawaban yang jelas. Ia takut Senja akan meninggalkannya seperti Jane, ia takut Senja hanya ingin mempermainkan perasaannya. Mungkin saja selama ini Senja terlihat baik dan begitu lugu, namun pada awalnya kita memang tidak bisa mengetahui kejahatan seseorang.

Ah, Jingga tidak ingin berprasangka buruk pada Senja. Barangkali kerabatnya ada yang sakit atau ada perlu hingga ia menghilang selama 3 hari. Dan selama 3 hari itu, Jingga selalu memikirkan Senja. Tidak pernah Senja absen sedetik saja dari pikirannya.

Ia mengalihkan perhatiannya tersebut dengan menonton film, main game, atau berkumpul dengan teman-teman gesreknya. Dan sekarang, ia rasa stasiun televisi tidak ada yang menarik. Mama dan Papanya pergi menghadiri sebuah peresmian hotel baru milik partner Papanya itu, dan Shania entah kemana dengan Fero. Intinya, saat ini Jingga merasa bosan dan... galau?

Bel rumahnya berbunyi nyaring, Jingga menggerutu dalam hati. Malas sekali ingin membuka pintu saja. Papa dan Mamanya tidak berpesan bahwa ada seseorang yang ingin datang atau Shania pun tidak memberitahu apapun, teman-temannya juga sedang sibuk masing-masing dengan urusan mereka, apalagi Karel yang merasa jungkir balik akibat kedatangan Anggun. Jadi, siapa yang datang berkunjung? Tidak mungkin seorang kurir, ia tidak memesan makanan atau benda apapun.

Senja Dan JinggaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ