9. Peredam Nyeri

15.3K 877 11
                                    

Senja merebahkan tubuhnya di kasur empuk queen size miliknya yang di balut sprei Hello Kitty yang dominan berwarna merah muda. Senja ingin nengabadikan memori hari ini dalam sepanjang hidupnya, karena ia merasa bahwa hari ini adalah hari terindah miliknya. Hari dimana ia merasakan sebuah dunia baru, dunia baru yang mungkin akan lebih manis juga lebih pahit dari sebelumnya. Hanya saja Senja merasa lebih 'hidup'.

Namun Senja ragu akan dirinya sendiri. Karena Senja tidak menjamin akan terus berada di sisi Jingga hingga akhir hayat Jingga. Senja tidak yakin dirinya akan terus ada untuk Jingga selamanya. Tidak semua kisah cinta berakhir manis, bukan? Mungkin ini salah satunya. Lalu bagaimana cara agar tidak jatuh terlalu dalam sedangkan Senja saja sudah terlanjur jatuh hingga dasar.

Senja hanya merasa nyaman di dekat Jingga. Hangat dan menyenangkan. Bagaimana Jingga bisa membuat dunianya jungkir balik seperti ini?

Senja tidak ingin mengecewakan Jingga. Senja hanya ingin Jingga... bahagia. Dan dalam hati kecil Senja, ia ingin menjadi alasan mengapa Jingga bisa tertawa hingga lupa bahwa pernah terluka. Senja ingin menjadi kekasih Jingga, kekasih sepanjang hidupnya yang menemaninya suka maupun duka. Namun kenyataan berkata lain, semakin hari mungkin penyakit Senja akan semakin parah dan tubuhnya semakin rapuh. Dan sekarang Senja bingung, harus mengikuti alurnya atau berhenti agar Jingga tidak kecewa.

Senja tersentak saat ponselnya berdering, di lihatnya ponsel itu dan ternyata itu sebuah panggilan dari Jingga. Senja mengangkatnya.

"Halo." Sapa Senja untuk membuka percakapan.

"Oh-hai... kamu lagi sibuk?" Tanya seseorang dari seberang sana yang suaranya mampu membuat jantung Senja seperti habis lari keliling perumahan.

"Nggak kok, ada apa kak?"

"Nggak apa sih. Cuma iseng, mau nelepon aja. Kangen kayanya." Tuhan, bagaimana bisa Senja menghindari Jingga? Jingga berbeda.

"Padahal tadi baru aja nyanyi bareng." Jawab Senja yang sudah senyum-senyum tidak karuan memikirkannya.

"Nggak tau. Emang kangen saya suka random gitu, gak ada angin gak ada apa--SENJA, AA JINGGA KESEPIAN NIH GAK ADA DOI." Agak berisik dan terdengar suara Didi yang teriak-teriak tidak jelas. Senja hanya terkekeh pelan.

"Jangan di dengerin, Senja. Jones kurang kerjaan emang suka gitu." Celetuk Jingga.

"Lagi rame banget ya, Ka?"

"Iya nih, lagi pada ngumpul di tongkrongan."

"Kumpulnya setiap malem?"

"Nggak sih, cuma belakangan ini udah nggak pernah ke tongkrongan. Jadi kangen aja sama anak-anak tongkrongan."

"Oh... "

"Kamu udah makan?"

"Belum, Bi Sisi masih belum kelar siapin makan malem."

"Jangan lupa makan, biar kamu ada energi."

"Energi buat apa?"

"Buat kangenin saya." Lagi-lagi Senja merasakan perutnya di penuhi kupu-kupu yang meronta ingin keluar. "NAJIS GOMBALAN CEM TAI." Itu pasti suara Juna atau Karel.

"Iya, nanti aku makan kok, Ka."

"Senja, kamu mau tau?"

"Tau apa?"

"Meskipun bintang sirius itu yang paling terang, tetap aja dia nggak ada apa-apanya di mata saya."

"Kenapa gitu?"

Senja Dan JinggaWhere stories live. Discover now