Bab 18

23.3K 1.2K 19
                                    

Malam harinya..
Indah memakai kaos yang dilapis sweater tipis bergambar emot serta celana jeans robek robek. Rambut cuma digerai dan memakai flatshoesnya.

Indahhh : dah siap

AlvarezRiko : oke, gua otw.

Indah menuruni tangga, menuju ruang keluarga dan mendapati mamanya sedang berbicara dengan Andi yang mencemil kripik singkong ditoples.

"Hai bang An" sapa Indah sambil duduk disamping Andi.

"Hai Ndah. Lo mau kemana?" Tanya Andi sambil memasukkan kripik kemulutnya.

"Mau jenguk adeknya Wisnu" jawab Indah sambil merebut toples dari tangan Andi. Dan mulai melahap kripiknya.

"Bareng Riko?" Tanya Andi.

Indah mengangguk. Tak lama bel rumahnya berbunyi membuat Indah beranjak.

"Gua pergi dulu bang. Mah Indah pergi dulu ya" pamit Indah sambil mencium punggung tangan sang ibu.

"Hati-hati. Jangan sampai larut malam" kata Mamah sambil cipika-cipiki dengan Indah.

"Siap boss" kata Indah sambil memberi hormat pada Mamahnya membuat Andi gemas dan langsung berdiri lalu mencubit pipinya.

"Bang An" teriak Indah pada Andi yang sudah lari menuju lantai 2 rumahnya.

Mamah tertawa lalu memegang lengan Indah saat Indah hendak mengejar Andi.

"Lupa? Udah ada Riko diluar?" Tanya Mamah yang membuat Indah menepuk jidatnya.

"Yaudah Indah pergi Assalamu'alaikum" kata Indah yang langsung ngacir keluar dan mendapati Riko sedang duduk dikursi yang berada diteras rumahnya.

Riko mengamati Indah yang tengah berdiri dihadapannya. Dia sampai dibuat heran oleh Indah. Mau Indah pakai seragam sekolah. Kemeja atau sweater santai seperti ini. Gadis itu slalu terlihat cantik. Bahkan sangat cantik. Sekarang rambutnya digerai tak seperti biasanya. Dan pipi chubbynya kalau diperhatikan semakin hari semakin berisi membuat Riko gemas dan menahan diri untuk tak mencubitnya.

"Ayok! Kok diem?" Tanya Indah membuat Riko tersadar.

Riko mengangguk sambil berjalan duluan menuju mobilnya.

Terjadi keheningan selama didalam mobil menuju rumah sakit. Indah yang memang bingung harus memulai percakapan darimana. Sementara Riko berusaha cuek. Dia mau lihat seberapa tahannya Indah dengannya jika dia cuek dan tak memulai percakapan diantara mereka.

Sampai akhirnya Riko menghela nafas. Jika bukan dia yang mulai. Indah tak akan bicara. Yang ada mereka tetap diem-dieman sampai ada Cantik.

"Lo cantik" puji Riko yang membuat Indah menaikan salah satu alisnya.

"Emang" kata Indah sambil mengibaskan rambutnya membuat Riko terkekeh.

"Gak gitu juga. Lo cantik apa adanya gua suka" puji Riko sambil fokus menyetir.

"Lo nakal apa adanya. Gua gak suka" sahut Indah membuat Riko melengos.

"Berubah itu gak gampang Ndah. Ada saatnya gua bakal ninggalin semua kenakalan gua. Tapi gak sekarang. Masa putih abu-abu itu masa pencarian jati diri. Kalo prinsip gua sih ya. SMA puas-puasin aja nakalnya. Kalo lulus baru deh insaf. Kalo kita gak nakal SMA gak berwarna Ndah. Lo bayangin aja lo sebelum ketemu gua dan lo setelah ketemu gua. Beda kan? Berkesan yang mana menurut lo?" Tanya Riko sambil berhenti tepat dilampu merah.

Indah terdiam. Apa yang dikatakan Riko memang benar. Sebelum bertemu Riko masa SMA nya biasa saja. Tapi apa sekarang Indah merasa luar biasa?

"Gengsi lo dikurangin Ndah. Kalo lo gak jawab berarti emang iya kan berkesan yang sekarang. Yang ada gua disisi lo kaya gini" kata Riko sambil mengenggam tangan kanan Indah dengan tangan kirinya. Ia kembali menjalankan kembali mobilnya hanya dengan satu tangan.

Bendahara Kelas [Completed]Where stories live. Discover now