Bab 3

34.5K 1.8K 20
                                    

"Arghhhhh" desah Riko sambil meninju samsak didepannya. Berulang kali dengan wajah yang begitu stres.

"Lo kenapa sih Rik?" Tanya Wisnu sambil meminum kopinya.

"Gua gapapa." jawab Riko sambil menghapus keringat diwajahnya.

"Yakin? Apa lo masih frustasi? karena gak bisa nerima kenyataan gak sekelas lagi bareng gua dan Wisnu." kata Deni yang sedang duduk tenang di sofa sambil memainkan ponselnya.

"Idihhh justru gua bahagia ya gak sekelas lagi bareng dua curut kaya lo." kata Riko sambil duduk disamping Deni.

"Den, Nu." panggil Riko membuat kedua temannya menoleh dengan tatapan seolah berkata apa?

"Ini udah malam lohh, kalian gak pulang?" Tanya Riko.

"Ngusir lo yaa." kata Deni yang segera berdiri.

"Bukannya gitu, kalian kan tau, bentar lagi nyokap bokap bakal pulang dari kantor, ntar gua kena omel lagi karena masih asik ngobrol dan gak belajar."

"Iya juga ya, yaudah dehh gua cabut dulu mau malmingan bareng cewek gua." kata Wisnu yang pergi dari hadapan Deni dan Riko.

Deni menggelengkan kepalanya, "tu anak masuk nyelonong, keluarnya gak sopan, gak ngucap salam main cabut aja."

"Sama aja kaya lo Den Den." kata Riko tertawa.

"Hahaha iya juga ya, tapi kan parahan dia, yaudahlah ya gua cabut dulu Rik." kata Deni yang menepuk pundak Riko lalu melesat pergi.

"Gak ada kalian mungkin gua bisa lebih frustasi dari ini." gumam Riko sambil berjalan menuju kamarnya.

Sampai dikamar ia menuju ke balkon kamarnya. Mengeluarkan rokok dan menghisapnya.

Ia terlihat begitu menyesal telah melakukan hal yang membuat Indah menangis dan mengumpatnya.

FLASHBACK ON

"Lo liat yang lagi ngoper bola itu?" Tanya Evan sambil memerhatikan Rasya yang sedang latihan futsal bersama anak-anak futsal lainnya.

"Iya gua liat, Rasya kan?" Tanya Riko yang mendapat anggukan dari Evan.

"Menurut lo dia gimana?" Tanya Evan.

"Kok lo jadi nyuruh gua nilai cowok sih? Lo pikir gua homo?"

"Jawab aja Njing gak usah protes!"

"Ya dia kayanya baik, pintar juga kan dia sering mewakili sekolah ikut olimpiade-olimpiade gitu."

"Don't judge a book by its cover."

"Maksud lo?" Tanya Riko yang tak mengerti apa yang sedang dibicarakan Evan padanya.

"Lebih baik keliatan seperti preman tapi hatinya baik, daripada keliatan seperti ustadz tapi hatinya jahat." jawab Evan dengan wajah sendu.

"Dia mantannya Indah." lirih Evan.

Riko yang mendengar pun kaget.

"So? Apa hubungannya sama gua?" tanya Riko bersedekap.

"Jelas ada hubungannya karena tadi lo ngelakuin sesuatu ke Indah."

"Yang tadi ituu..." kata Riko ragu menceritakan hal yang terjadi tadi.

"Lanjut bicara diatap sekolah, gak enak disini, ntar yang dibicarain tau lagi." kata Evan yang melirik Rasya lalu berlalu menuju atap sekolah.

Rikopun mengekori Evan hingga mereka sampai diatap sekolah.

"Lo buat Indah trauma lagi." kata Evan sambil memandang kedepan.

Bendahara Kelas [Completed]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora