45

13.3K 612 168
                                    

"Jed,"

Ata-

************

Udara malam hari Kindaren benar-benar sejuk. Terletak di dataran tinggi, dikelilingi pegunungan dan lautan, tak heran cuaca malamnya begitu dingin, bahkan pada musim dingin berada di bawah titik nol derajat. Anginnya juga berhembus kencang. Rata-rata rumah orang Kindaren memiliki jendela yang kecil. Mereka mengantisipasi udara dingin yang menusuk.

Begitu pula rumah keluarga Zoff. Memiliki dua lantai, mereka punya banyak jendela kaca namun begitu jarang dibuka. Ada perapian di beberapa ruangan. Salah satunya, ada di ruang makan ini. Tapi, hangatnya ruangan itu pelan-pelan seperti menekan Jed hingga dia sulit bernafas.

Di tatapnya semua orang, lalu Ata yang paling akhir. Dia melepaskan tangannya dari genggaman Ata.

PERNIKAHAN? Dia akan pulang malam ini juga. Itu yang dikatakan Jed pada dirinya sendiri. Dia sudah cukup dengan semua ini. Mungkin Ata bukanlah segalanya. Nanti, dia akan menemukan penggantinya. Jika dia dan Ata harus berpisah, itu artinya Jed masih diberi kesempatan untuk menemukan gadis lain. Bedebah! Ata tak pantas untuknya. Hubungan ini, dia menginginkannya tapi tidak seperti ini. Tidak dia sebagai korban berulang-ulang.

Ata adalah semua yang dia inginkan sekarang. Mati dan hidupnya. Tapi, dia selalu membuat Jed ingin mati. Pernikahan itu masalah serius bagi Jed. Dia rasa, karena itulah dia belum ingin menikah di usianya yang mau menginjak 34 tahun. Bukankah efek yang diberikan Ata begitu besar bagi Jed, hingga dia ingin mengajak Ata menikah? Tapi, dia dihancurkan lagi. Dia bersumpah, dia lelah.

"Aku-" Jed menelan ludah, meletakkan garpu di meja dan menarik nafas. "dia tak pernah bilang kalau dia sudah pernah-" Jed menelan ludahnya lagi. "menikah."

Dia melihat Lachlan, pria itu menggeleng. "I am sorry, Jed." katanya melihat Jed, lalu istrinya.

"Sebaiknya aku-"

Jed benar-benar bodoh sekarang. Dia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Pergi dari sini sekarang, atau meminta penjelasan. Bagaimana kalau penjelasan itu makin mematikannya? Tapi, kalau dia tak tahu apa yang sebenarnya, dia tak akan merasa puas.

"Lachlan, Sayang," ujar Estella. "Kenapa kau melakukan ini pada Jed?"

Jed lalu memberanikan diri melihat Ata. Wanita itu melihat Jed dengan tatapan kasual, seakan tak ada yang penting dari pengakuan Lachlan barusan. Dia sudah menikah! Dengan siapa dia menikah? Siapa? Harusnya dia mengatakan itu dari awal. Harusnya dia bilang pada Jed, agar Jed bisa memutuskan untuk melanjutkan hubungan ini atau tidak. Tidakkah Ata memakai otaknya?

Dua orang benar untuk ini. Pertama, Chelsea yang bilang Ata tak pandai menggunakan otaknya. Itu benar sepenuhnya. Dia tak akan merahasiakan ini pada Jed jika dia punya otak. Kedua, Thomas. Sahabatnya itu mengingatkan kemungkinan rahasia gelap keluarga Ata. Bukan soal pembunuhan kakek atau apapun, tapi ini pembunuhan pada dirinya, secara mental.

"Kenapa kau tak pernah cerita?"

Ata mengerutkan keningnya. "Jed, Darling!"

"Please, don't 'Darling' me!"

Ata merapatkan bibirnya. Entahlah, Jed tak paham. Haruskah dia menampar perempuan itu agar dia berpikir dengan benar? Ini masalah serius. Oke, dia mungkin tak lagi menjadi istri seseorang sekarang, tapi Jed berhak tahu masa lalu Ata.

Jed sudah membuka semua kartunya, kelemahan dan kekurangannya, rahasia tergelapnya, rasa bersalahnya, dan semua hal yang dia harap bisa perbaiki. Tapi, Ata memilih meninggalkan kertas kosong padanya. Seakan dia adalah orang suci.

Love Or DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang