11

11.2K 766 38
                                    

"There is no need to be good at everything. I do have flaws."

Jed-

*************

"

Kenapa kau mencium wanita itu?"

"Beat me and I tell you why!"


"I decide the bet!" kata Ata.

Jed mengangkat bahunya. "Please," dia mengulurkan tangannya mempersilahkan Ata.

"Oh, tasku. Terima kasih telah membawakannya." Ata menunjuk tasnya. "Jangan sombong dulu, Jed. Kau tak mungkin pandai dalam segala hal"

"There is no need to be good at everything. I do have flaws." dia berujar santai.

Ata mendengus. Itu salah satu kepandaianmu, Sial! Mengakui kelemahan adalah kehebatanmu, Jed!

Mata Ata jelalatan mencari permainan yang akan membuat dia menang dari Jed. Jed tidak mungkin takut hantu, ada juga dia yang akan bersembunyi dibelakang Jed, jadi rumah hantu tidak mungkin jadi pilihan. Apa Jed takut ketinggian? Heh, mana mungkin, dia punya maskapai penerbangan!

"Ini!" tunjuknya pada arena tembak-tembakkan.

Jed mengangkat alisnya "Kau yakin bisa mengalahkanku?" tanyanya samar karena dia sedang menyalakan rokoknya.

"Kau akan kukalahkan!" kata Ata.

Dia menghampiri petugas arena itu dan pria muda itu dengan senang hati menjelaskan aturan permainannya. Yang harus mereka lakukan hanyalah menembak tiga buah botol dengan tingkat kesulitan bertingkat. Orang yang bisa menembak semua botol berhak memiliki hadiah berupa boneka kelinci besar.

"Aku duluan."

"Tidak." tolak Jed "Kita akan melakukannya bergantian," dia mengembuskan asap rokoknya ke samping. "Kau tembak, kemudian aku, begitu terus!" katanya.

Ata menyipitkan matanya, lalu mendengus "Huh," pikirmu kau bisa mengalahkan aku? Ata melihat Jed dari ujung kakinya sampai kepala.

"Apa? Kau baru saja mengukurku dengan tatapan itu?" Jed tertawa sendiri.

"Oke, kita lakukan itu!"

Pria penjaga arena itu kelihatan bingung namun akhirnya menyerahkan pistol pada mereka berdua. Targetnya sudah diatur dan kini Ata dan Jed berdiri bersisian. Memegang senjata dan melihat ke depan. Dimana satu botol kaca diletakkan tidak terlalu jauh.

"Oh, kau tahu cara memegang senjata." ujar Jed saat dia mengecek Ata untuk terakhir kalinya, sebelum menembak.

"Apa susahnya memegang ini?" komentar Ata. "Aku duluan!" dia mengarahkan senjata itu pada target.

"Sexy!" godanya.

Jed menahan nafasnya sebentar, lalu menunggu Ata menembak botol hijau itu. Dia tidak sabaran melihat kemampuan Ata. Ata sudah mengokang pistolnya dan sekarang dia sedang mengambil beberapa detik untuk melepaskan tembakannya.

Jed terkesiap saat botol itu menjadi serpihan dan suara teriakan orang-orang yang kebetulan melintas membuat dia menoleh pada Ata. Wanita itu berdiri tegap, seakan itu adalah medan perang. Dia menghembuskan nafasnya, lalu melihat Jed. Senyum tipisnya membuat Jed menggeleng.

Ata bisa bermain senjata.

Jed menjatuhkan rokoknya ke rumput dan menginjaknya "Nice shot!" dia mengangkat senjatanya. Tanpa banyak bicara lagi, menentukan targetnya. Botol itu kembali menjadi serpihan dan sekarang hawa pertandingan mulai terasa.

Love Or DieWhere stories live. Discover now