29

6.5K 428 40
                                    

"Let's play something,"

Ata-

********

Ruangan itu remang sampai Jed menyalakan lampunya. Ata terdiam di tempatnya berdiri. Dia melihat Jed, lalu matanya menyapu ruangan. Saat dia menemukan sesuatu yang menggugahnya, dia melepaskan tangannya dari genggaman Jed.

Ini ruangan dimana hanya Jed- yang setahu Ata hanya dimiliki oleh Jed. Milik Jed pribadi! Bahkan, dia sendiri yang membersihkan ruangan ini. Ruangan yang tidak pernah dimasuki siapa-siapa, bahkan Thomas. Tak ada yang tahu apa yang Jed punya disini, tak ada yang tahu apa yang dilakukan Jed berjam-jam jika dia berdiam disini. Tapi, Ata berdiri disini sekarang. Karena Jed percaya padanya, karena Jed menyerahkan dirinya pada Ata.

Kaki Ata bergerak lambat mendekati dinding yang digantungi pigura besar. Mendongak, dia tersenyum melihat foto yang terisi di dalamnya. Dia berbalik melihat Jed. Tangannya terulur, meminta Jed mendekat padanya.

Jed benar-benar sudah menyerahkan semuanya pada Ata. Bahkan, bagian yang dia tak pernah perlihatkan pada siapapun. Ruangan ini. Ruangan dimana dia menyimpan satu-satunya foto keluarganya. Kedua orangtua dan adiknya.

"Kau kelihatan keren," Ata berujar pelan. "Itu Shae? Dia cantik!"

"Mata kalian sungguh indah," Ata berjalan makin dekat. "Kau mirip ibumu," Ata tertawa pelan, lalu melihat Jed sebentar. "Dan ayahmu juga. Pantas kau setampan ini!"

Jed menghela nafas panjang, menggamit tangan Ata. Ata menatapnya, mendekatkan tubuhnya pada Jed. "Kapan foto ini diambil?"

"Ini foto liburan terakhir kami bersama. Waktu aku lulus SMA!"

Ata mengusap lengan Jed, menarik nafas panjang. "Kau tidak memberitahu kalau ayahmu yang memimpin operasiku, Jed."

"Ya," Jed tertawa pelan. "Aku tidak menyangka dia datang malam itu. Hei, aku ingin berterima kasih karena telah- you know, kalau bukan karena kejadian itu aku mungkin belum menemui ayahku,"

Ata ikut tertawa pelan. "Kau menemuinya, apa yang kau katakan padanya hingga dia datang?"

Jed memutar tubuhnya, berdiri di depan Ata. Tangannya menyelipkan rambut Ata ke belakang telinganya, lalu tersenyum. "Kubilang untuk menyelematkan gadis ini. Kuminta dia melakukannya, karena gadis ini tertembak karena aku, menyelamatkanku!"

"Hanya itu?"

"Dan bahwa aku begitu mencintainya!"

Ata tersenyum. Tangan Jed menyentuh dagunya, menatap matanya. "Aku tidak bisa kehilanganmmu, Atlanta!" Jed berujar.

Kalimat yang membuat hati Ata berbunga-bunga karena bahagia. Senyumnya hadir lagi, kali ini menyentuh semua perasaan dalam dirinya. Matanya menyipit, dan Jed suka sekali dengan senyuman Ata seperti sekarang. Dia menarik Ata dalam pelukannya, memeluknya begitu erat. Setelah lewat beberapa menit hanya dengan mendengarkan helaan nafas pelan mereka, Jed melepaskan pelukannya.

"Thank you." ujar Ata.

Dia menepuk pipi Jed pelan, lalu mundur. Dia berbalik untuk melihat ruangan Jed. Benar-benar tidak ada apa-apa, selain sofa panjang besar yang mirip ranjang di dekat mereka, menghadap ke arah foto yang tergantung. Ata menduga inilah yang dilakukan Jed berjam-jam disini. Duduk disini, memandangi foto keluarganya. Lalu, hanya ada satu jendela besar disini. Dan sesuatu di dekat jendela itu!

"No way!" ujar Ata saat dia menangkap teleskop di bibir jendela Jed, menghadap ke langit terbuka.

Jed tertawa, mengikuti Ata mendekati teropong itu. Ata membungkuk, memposisikan matanya pada ujung teleskop dan berdecak kagum "My God, it is amazing!" dia mengangkat wajahnya dan mencari Jed.

Love Or DieWhere stories live. Discover now