5

14.8K 1.2K 23
                                    

"Aku ingin menciummu lagi sekarang."

Jed-

***********

Ata mendongak saat pintu di depannya terbuka. Dia tidak tahu kenapa dia tersenyum melihat Jed yang berjalan masuk ke ruangannya. Akhirnya, dia melihat Jed lagi setelah kejadian malam minggu kemarin. Walau sebenarnya, tadi pagi-pagi sekali, Ata sempat pulang ke rumah Jed untuk mengambil keperluan kantor, berkas, dan mengganti pakaian.

"Selamat pagi, Jed. Lilacs?" dia melihat bunga yang baru saja dia masukkan dalam vas kaca baru

Jed tersenyum tipis "Apa Trevin menjagamu dengan baik?" tanyanya sambil lalu.

"Ya, tentu saja. Lebih baik dari siapapun."

Jed menghentikan langkahnya, melihat Ata "Baguslah." katanya "Apa itu berarti kau siap untuk pindah dan tinggal bersamanya saja?"

Ata menelan ludah, dia menggeleng. "Kita tidak akan membicarakannya disini, kan?"

"Apa kau tadi menggeleng?" Jed mendengus, dia berbalik.

Ata mengalihkan pandangannya pada lilacs ungu di depannya, mengambil pembungkusnya lalu berjalan keluar. Dia tidak ingin pindah dari rumah Jed.

Jed menghabiskan sepanjang pagi hingga siang di ruangannya, mempelajari berkas penting bersama Trevin dan Bu Yahya. Setelah lewat jam dua belas, mereka berdua keluar.

Trevin menghampiri meja Ata, mengetukkan pena ke mejanya hingga Ata menoleh "Oh, sudah selesai?" tanyanya.

"Jed ingin makan siang di luar, mau bergabung?"

"Apa dia mengajakku?"

Pertanyaan Ata belum dijawab saat Jed keluar dari ruangannya, mengenakan jasnya rapi. Dia melihat Trevin dan Ata bergantian "Kalian tidak mau pergi sekarang?" tanyanya.

Kalian!

Ata sontak berdiri, menarik lengan Trevin dan menyusul Jed yang sudah sampai di dapan lift. Saat mereka masuk ke dalamnya, hanya bertiga, tak ada yang bersuara. Bahkan Trevin. Dia jadi merasa aneh berada di dalam situasi seperti ini.

Saat lift mencapai lantai satu, pintu terbuka dan beberapa orang yang berdiri di luar lift bergerak mundur, memberi jalan pada bosnya. Ata menunduk, tapi Trevin tersenyum pada mereka semua.

"Enjoy your lunch." kata Jed saat sudah keluar dan semua karyawan di dekatnya tersenyum.

"Shit!"seru Trevin saat mereka mencapai pintu masuk kantor "Aku lupa," dia melihat ponselnya "Aku sudah punya janji makan siang dengan Radit. Kalian bisa pergi berdua, kan?" dia menepuk bahu Jed, mengedipkan mata pada Ata.

"Vin, ini murahan." kata Jed tak peduli dan melanjutkan langkahnya keluar kantor.

"Karena ini kau mengajakku tadi?" kata Ata "Awas kau!"

"Thank me later." kata Trevin mendorong punggung Ata pelan untuk mengejar Jed.

Jed memilih kafe yang dekat dengan kantor. Kafenya tidak terlalu besar dan sangat nyaman. Kursi dan meja dari kayu berwarna gelap, cat dinding berwarna solem yang menenangkan serta alunan usik yang lambat begitu indah.

"Kau masih marah padaku?" tanya Ata setelah mereka melewatkan menit yang panjang dalam keheningan.

Jed meneguk air putihnya "Tidak, kenapa aku harus marah padamu? Kau benar, kau sekretaris dan aku bosmu. Diluar kantor, aku tidak berhak mengaturmu." katanya nyaris tanpa emosi dalam nada suaranya.

Tapi, Ata merasakan hal yang jauh dari pada ketenangan dalam suara Jed, seolah akan ada badai disana "Kau terdengar lebih mengerikan sekarang, Jed."

Love Or DieWo Geschichten leben. Entdecke jetzt