9

12.4K 841 20
                                    

".....Ada perasaan yang begitu familier, dan aku tahu aku hanya merasakan itu padamu, saat melihatmu. Kau tak akan mengerti."

Jed-

*********

Jed tak pernah tahu ada toko bunga yang tidak jauh di belakang gedung kantornya. Selama ini, yang dia tahu, dulu Clara selalu membeli bunga dalam perjalanan ke kantor- di dekat rumahnya. Sekarang, Ata membelinya di dekat kantor mereka.

Dia melihat Ata yang sedang memilih bunga dari dalam mobilnya. Segera menghilangkan senyum kecil yang terbentuk tidak sengaja- saat Ata melihat ke arah mobil. Jed menggeram, membuang pandangannya pada arah berlawanan. Dia mengatur nafasnya, tersenyum lagi. Dia pasti berada pada dimensi yang lain!

Siapa perempuan ini? pemikiran ini masih mengganggu Jed.

Penyelidikan yang dilakukan Kiev, semuanya mengambang. Tak ada catatan penting tentang Ata dan keluarganya. Atau, menurut Kiev, semuanya seperti disembunyikan- dikubur dalam-dalam! Sedikit catatan tentang hubungan ayahnya dengan beberapa orang penagih hutang sama sekali tidak menolongnya menggali informasi tentang siapa yang membuntuti Ata. Memang jumlah hutang yang mesti ditanggung ayah Ata sempat membuat Jed bertanya-tanya apa yang ayah perempuan itu lakukan? Namun, hutang itu sudah lunas satu tahun lalu. Jadi, siapa yang sekarang? Apa yang mereka inginkan dari gadis seperti Ata?

Saat Ata membuka pintu mobil, dia menoleh. Gadis itu membawa dua bungkusan bunga didekapannya. Satu jelas lilacs seperti permintaan Jed, sementara yang lain adalah bunga yang tak bisa dikenali Jed. Ata duduk dan aroma tubuhnya menguar bercampur dengan aroma bunga yang dibawanya. Jed bisa menghirup semuanya dengan jelas. Cantik!

"Bunga apa ini?" dia menunjuk pada bunga berwarna pink pucat.

Ata menunduk lalu tersenyum "Poni," katanya melihat Jed "Cantik, ya?"

"Untuk apa kau bunga ini? Kenapa hanya tiga tangkai?"

Ata mendesah "Aku tak perlu banyak-banyak, lagipula ini agak mahal."

"Um, bunga kesukaanmu?"

"Tidak juga, aku suka banyak bunga. Tapi, hari ini, aku ingin bunga ini ada dimejaku." Ata mendekatkan bunga poni itu ke hidungnya.

Jed mengulum senyumnya.

"Apa lilacs ini bunga paforitmu?"

Jed tertawa pelan "Pertanyaan macam apa itu? Bunga paforitku? Yang benar saja!"

"Lalu kenapa kau membeli ini terus?" pancing Ata.

Jed tidak menjawab. Ata bisa melihat dia mengalihkan pandangannya ke jalan raya yang tampak di depannya .

"Sesuka-sukanya orang sama mawar, pasti ada satu titik dimana dia ingin mengganti mawar dengan yang lain, itu perumpamaannya." tambah Ata "Sedang kau, setiap hari harus lilacs. You must be like lilacs to death!"

"Yeah." kata Jed pendek, tak ingin Ata melanjutkannya.

Ata menyandarkan punggungnya ke jok mobil. Ini untuk pertama kalinya dia berangkat bersama dengan Jed ke kantor. Ata sesungguhnya ingin menolak ajakan Jed, namun, mendengar alasan Jed tadi, dia tidak bisa menolaknya. Sebegitu cemaskah Jed akan keselamatannya? Hingga dia harus pergi bersama dengan laki-laki itu. Ata merasakan pipinya panas. Ah.

Mereka sampai di kantor dan keduanya langsung menuju ruangan Jed. Hari masih terlalu pagi untuk Jed datang, sehingga Bu Yahya bingung melihat penampakan Jed di kantor sepagi ini. Tapi, Jed meyakinkannya ini tak akan sering terjadi. Dia hanya butuh melakukan ini beberapa hari saja, atau ya dia tidak tahu. Mungkin sampai dia tenang dan berani membiarkan Ata tanpa pengawasan langsung darinya!

Love Or DieWhere stories live. Discover now