15

9.2K 629 28
                                    

"Tak bisakah kau tunjukkan sedikit perhatian padaku?"

Jed-

************

Jed tersenyum melihat pantulan dirinya sendiri di cermin. Bukan karena dia mengagumi dirinya sendiri, tapi kenyataan bahwa kini wanita yang tinggal bersamanya sudah menjadi kekasih hatinya. Dia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan itu. Semua yang dia perjuangkan selama ini, akhirnya berbuah manis. Dia menarik nafas panjang, menyisir rambut dengan jemarinya lalu menepuk dadanya.

"You're so lucky, Buddy!" dia mengambil tasnya dia tas ranjang dan melangkah turun.

Ata menoleh ke arah tangga saat dia melihat siluet itu. Jed turun dengan setelan rapi, melangkah mendekat untuk bergabung sarapan pagi itu.

"Pagi," sapa Jed pada Lisa dan Ata, namun tatapannya hanya pada Ata.

"Pagi, Tuan. Silahkan." ujar Lisa mengangsurkan kopi hitam di depan Jed.

Jed menaruh tasnya, lalu mengincar Ata. Ata dengan cepat menjauhkan tubuhnya, untuk terbebas dari Jed yang ingin menaruh tangannya di punggung Ata. "Ayolah," kata Jed tersenyum.

Ata menunjuk Jed dengan sendok kecilnya, lalu ikut tersenyum. Dia kembali ke kursinya, namun kali ini tidak duduk di dekat Jed, melainkan di depannya. Jed memberinya senyum terbaik pagi itu.

Lelaki itu seperti biasa, terlihat tampan. Setelan abu-abu. Dia membiarkan rambut-rambut di sekitar pipi dan dagunya tak dicukur. Rambutnya yang panjang menutupi sedikit dahinya, membuatnya sedikit urakan dan macho dari biasanya.

"Hai, Handsome." sapa Ata yang masih terbius oleh penampilan Jed pagi ini.

Jed menaikkan alisnya, menyesap kopi namun tak melepas pandangan dari Ata. Ata bertopang dagu di depan Jed, mengagumi lelaki itu. Dia benar-benar jatuh cinta. Jantungnya berdetak cepat, dipikirannya hanya Jed dan itu membuatnya bahagia!

"Hai, Sunshine." balas Jed. "Kau tidur nyenyak semalam?" tanya Jed.

"Yah, tak pernah senyenyak itu," Ata mengangurkan koran pagi pada Jed. Pria itu menerimanya dan segera membaca topik pagi itu.

"Sarapanmu, Jed." Ata mengingatkan.

Jed mengangkat wajahnya dari halaman yang sedang dia baca, melihat Ata, lalu pada hidangan di depannya. Dia melihat Lisa. "Kau membersihkan apartemen kemarin?" tanyanya.

"Ya, seperti biasa." jawab Lisa.

"Shae mungkin akan tinggal disana, dia berencana untuk kembali kesini. Siapkan saja kamar tamu sebagai kamar untuknya."

"Nona Shae?" Lisa tampak terkejut juga senang. "Kapan dia kembali?"

"Belum tahu," kata Jed. "Siapkan saja semuanya."

"Baik, Tuan. Tentu saja." Lisa tersenyum menatap Jed, lalu Ata.

Ata bisa fokus pada pekerjaannya seperti biasa karena Jed sudah berjanji tidak akan mengganggunya selama mereka bekerja. Dan Jed menepati itu. Mereka adalah bos dan sekretaris. Tapi, Ata malah merasa diabaikan oleh Jed dan itu menyiksanya. Ke ruangan Jed, menyampaikan laporan, dan setelah itu Jed menyuruhnya keluar. Perempuan itu nelangsa!

"Aku akan ke galeri bersama Trevin. Tolong pastikan pertemuan jam tiga tidak ditunda lagi. Aku akan berangkat langsung dari galeri," kata Jed waktu dia berhenti di depan meja Ata setelah makan siang.

"Ke galeri lagi?" tanya Ata. Jed makin sering ke galeri akhir-akhir ini dan itu membuat Ata heran. Pekerjaannya disana diurus oleh Thomas, lalu untuk apa dia terus-terusan kesana?

Love Or DieWhere stories live. Discover now