28

6K 482 23
                                    

"....aku sepenuhnya menyerah di depanmu!"

Jed-

************

Ata punya banyak hal yang ingin dia bahas dengan Jed dan semuanya penting. Yang paling penting adalah soal ayah Jed yang mengetuai tim operasi pengangkatan peluru di tubuhnya. Bagaimana bisa? Kebetulan atau Jed yang memintanya? Kalau Jed memintanya, berarti dia menemui ayahnya! Kenapa dia tidak cerita?

Tapi, dia tidak bisa membahas itu dengan Jed sekarang. Sejak dia bertemu sang ayah di rumah sakit, dia tidak seceria saat dia pergi dari rumah. Dia hanya lebih banyak tersenyum menanggapi ocehan Ata, omelan dan keluhannya. Itu tanda Jed tidak baik-baik saja! Ata melihat pria itu dari ekor matanya lagi. Pandangannya lurus dan kosong.

Mereka sudah selesai dengan urusan rumah sakit dan sekarang sedang menelusuri trotoar jembatan di pusat kota. Hari sudah gelap saat mereka memilih untuk menikmatinya berjalan kaki, seperti kebanyakan orang. Melewati trotoar yang dilindungi pembatas dengan kendaraan serta sisi jembatan besi itu, mereka bisa menikmati cahaya yang memantul di bendungan besar itu. Tujuan mereka adalah kawasan jajanan malam di bawah jembatan.

Kawasan jajanan malam entah dimulai oleh siapa. Di sisi dam, berjajar penjual makanan ringan cepat saji. Semua sibuk melayani pembeli. Asap makanan mengepul, membawa aroma yang membuat siapa saja menelan ludah. Pembeli juga sudah mulai berdatangan. Membuat nyaman diri mereka sendiri. Memilih duduk di jalanan yang sengaja dibebaskan dari kendaraan selain sepeda, atau duduk di bangku taman.

"Kau ingin apa?" tanya Ata.

Jed melihat ke sekeliling. Sejujurnya, selama hidupnya dia hanya pernah mendengar kawasan ini. Menginjakkan kakinya kemari, ini pertama kalinya. Dia melihat Ata, menggeleng. "Terserah kau saja,"

Ata menggembungkan pipinya pada Jed. "Baiklah kalau begitu. Aku yang akan beli makanan untuk kita, kau cari tempat yang bagus untuk duduk, how about that?"

Jed mengangguk. "Ide bagus, Ata."

Jed melepaskan tangannya dari genggaman Ata dan berjalan menelusuri bawah jembatan. Suara kendaraan yang lewat di atas kepalanya terdengar seperti gemuruh saat hujan akan turun. Dia enggan mengamati sekelilingnya. Tidak perlu. Hanya menemukan bangku untuknya dan Ata. Sedikit jauh dari kerumunan tidak apa-apa.

Dia duduk di bangku tepat di bawah lampu berwarna biru. Lumayan jauh dari tempat Ata sedang memesan makanannya. Jed memejamkan matanya, menarik nafas dalam dan menghembuskannya pelan. Dia membuka matanya dan merogoh saku celananya. Mengeluarkan rokok dari sana.

Ata kembali dengan beberapa bawaan di tangannya.Ujung dressnya bergerak-gerak pelan saat dia berjalan cepat menuju Jed.

"Ini dia." Ata meletakkan beberapa bungkusan diantara dia dan Jed.

Jed menggeleng. "Kenapa kau beli banyak sekali?"

"Entahlah, semua kelihatan enak." dia mengambil sebuah bungkusan berisi roti panggang hangat rasa keju. "Nah, apa kubilang." dia mengangsurkan rotinya ke depan Jed, membiarkan laki-laki itu menggigitnya sedikit.

"Aku hanya beli satu masing-masing. Jadi, kita bisa mencicipi semuanya." dia hampir menghabiskan roti panggang ukuran sedang itu. "Matikan dulu rokokmu, Jed!"

Jed menurut. Tangannya membuka bungkusan di dekatnya dan mangkuk kecil es krim berwarna merah. "Es krim, huh?" dia segera mennyendok puncak es krim yang sudah mulai meleleh itu dan menikmatinya.

"Lebih baik?" tanya Ata bersandar pada kursi taman itu, melihat Jed.

Jed tersenyum tipis. "Ya, ada cokelat?"

Love Or DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang