10

12.3K 867 27
                                    

"Aku membencimu, Jed!"

Ata-

                                                                        *********

Setidaknya saat dia bersama Jed, Ata tahu dia tidak akan kecewa. Dia jelas punya tempat yang ingin dia kunjungi, bukan tempat pilihan Jed. Tapi, saat dia membiarkan Jed yang menentukan semuanya, Ata tahu dia memberikan semua kepercayaannya, dan Jed tidak akan mengacaukannya. Jed tidak akan mengecewakannya. Namun kali ini, dia tidak yakin. Karena dari semua tempat, Jed memilih ini, kanal Cascara.

Ata terpaku beberapa saat di tempatnya. Dia tidak tahu apakah Jed memang terlalu pintar, instingnya bagus atau dia sudah mengetahui tempat ini sebelumnya hingga dia memilih ini. Karena tempat ini begitu indah! Saat itu juga Ata tahu kenapa tempat ini adalah top choice! Dan dia sekali lagi harus mengaku, jika dengan Jed- kemanapun itu, dia bisa yakin!

Kanalnya dibangun mengelilingi sungai. Perahu-perahu kecil berisi turis berlalu lalang pelan melintasinya. Dibangun dua jembatan kokoh yang menghubungkan tempat di seberangnya, yang adalah kantor pemerintahan kota Cascara serta gedung opera megah. Dipinggir kanal, pagar dipasang menjaga keamanan. Pagar tua ini justru menambah kesan kolonial yang kuat. Bangku-bangku disusun dibawah pohon menghadap kanal serta gedung kantor yang tinggi menjulang.

Gedung-gedung pemerintahan beratap segitiga itu sudah kosong, namun begitu terang disinari lampu. Cahaya dari gedung di seberang memantul ke air, membias, memberikan kilau yang indah. Jed menghargai dirinya begitu tinggi karena dia membuat rasa kekaguman Ata tak hilang-hilang. Senyumnya mengembang, dan hanya pada Jed sajalah senyum itu dibagi Ata. Dia menikmati ini. Pemandangan ini.

"Hold my hand." kata Jed mengulurkan tangannya.

Ata memiringkan kepalanya ragu. Tapi, saat Jed menyunggingkan senyum tipisnya dan mata indahnya berkilauan, Ata tidak bisa menolaknya. Dia menyambut tangan Jed dan mereka berjalan dipinggir kanal dengan tangan saling menggenggam.

"It fits me really well, your hand." kata Jed menunduk, memperhatikan tangannya dan Ata yang bertaut.

"Yeah." kata Ata pendek dan itu membuat genggaman Jed makin erat.

"Sepertinya mereka sedang mengadakan pertunjukan, ramai sekali." pandangan Jed mengarah pada gedung opera di seberang kanal.

Ata ikut menoleh "Ya, aku bahkan bisa mendengar musiknya dari sini. Ini hebat!"

"Kau ingin kesana? Kita bisa melihatnya. We have all night!"

"Tidak perlu, aku ingin menikmati ini saja. Ditambah, kita tidak memiliki semalaman. Aku harus membuatkanmu pidato untuk besok."

Jed menarik tubuh Ata merapat saat angin berhembus. Helaan nafas mereka bisa terlihat di udara seperti gumpalan asap putih. Ata tertawa saat Jed membuat bahunya bertabrakan dengan lengan Jed.

Saat suara musik yang berasal dari gedung opera jadi makin besar, Jed mengangkat tangan Ata ke udara, lalu memutarnya. Membuat Ata berputar diatas kakinya sendiri "Ow!" seru Ata kaget juga bahagia.

"Oh no, tidak, aku tidak bisa menari." katanya saat Jed berniat memutarnya sekali lagi "Jed, ini tempat umum."

"Tak ada yang mengenal kita!" Jed tak peduli. Teriakan Ata membuatnya tertawa. Gadis itu berputar lagi, bahkan dua kali.

"Jed kau gila! Aku tidak bisa." seru Ata saat Jed menarik tubuhnya mendekat "Jed!"

"Shut up and dance with me." Jed merapatkan tubuhnya dan larut dalam iringan musik dari seberang.

Love Or DieWhere stories live. Discover now