40

6.8K 493 100
                                    


"Bukankah kau ingin satu ciuman?"

Ata-

*********

Bersikap biasa, Tom. Perintahnya pada dirinya sendiri.

Thomas mengatur nafas dan menuju eskalator. Dia memberi senyuman pada perawat yang dia jumpai sepanjang koridor menuju kamar perawatan Irish. Mendekati kamar nomor 407, dia sempat ingin membatalkan niatnya untuk menemui Irish lantaran ada dua petugas jaga di depan kamar anak itu.

Easy, Idiot!

Thomas melenggang santai dan menyapa dua petugas itu. Menunjukkan kartu pas yang dia punya.

"Ada perlu apa anda menemui Irish?"

Thomas menelan ludah. "Aku harus mengonfirmasi sesuatu." Thomas meneliti petugas itu.

"Sesuatu apa?" dia bertanya lagi.

Bagaimana kalau kubilang aku juga belum tahu? ujar Thomas dalam hatinya.

"Biarkan dia masuk, Sir. Ketua Henry yang mengirimnya untuk mengonfirmasi foto tersangka." seru seseorang yang berdiri di ujung koridor.

Mereka menoleh ke arah suara. Thomas menajamkan matanya, melihat perempuan itu. Dia mengenakan pakaian perawat. Memegang peralatan di tangannya, dia mengangguk pada kedua petugas itu.

"Henry tidak memberi tahu kalian?"

Thomas menelan ludah. Apa yang sedang terjadi sekarang? Matanya meneliti dua petugas di depannya. Apa mereka akan mempercayai perawat ini? Aneh. Perempuan ini juga aneh. Thomas bukan anggota biro investigasi! Jelas dia tak mengenal Thomas. Tapi, kenapa dia menolong Thomas untuk masuk ruang perawatan Irish?

"Baik. Silahkan, Tuan!" ujar salah satu petugas.

Ragu, Thomas tersenyum tipis. "Thank you," dia menempelkan kartu pada panel sensor dan pintu terbuka.

Dia menutup pintu dengan suara sepelan yang dia bisa dan melangkah masuk. Hanya ada satu ranjang yang terisi.

"Hai," sapa Thomas dengan suara yang sengaja dia buat ramah.

Iris mengalihkan pandangan dari jendela di sampingnya dan seketika dia mematung. "Tuan,"

Thomas tersenyum dengan sebelah ujung bibir yang terangkat. "Bagaimana kabarmu, Jagoan?"

"Tu-tuan..." Irish mencicit. Suaranya seperti tertelan dalam kerongkongannya sendiri.

Thomas bahkan bisa melihat jemari Irish yang terulur pada tombol emergency di meja sebelah tempat tidurnya.

"Kalau aku jadi kau, aku tak akan menekan tombol itu!"

Gerakan Irish terhenti. Dia menundukkan kepalanya, tak berani melihat bosnya itu. Thomas sengaja memperdengarkan ketukan sepatunya dengan keras pada Irish. Berharap suara itu akan memberi efek horor. Thomas tak punya rasa kasihan sama sekali melihat penampilan Irish. Jika dia bisa, dia malah ingin merusaknya lebih parah.

Man, dia baru saja melepaskan Parting Demon in Ages secara cuma-cuma pada Elgori. Dia kehilangan pasangannya. Jika ditotal, kerugiannya bahkan tak bisa dibayar Irish seumur hidupnya sebagai pegawai galeri. Jika Jed menyesal telah melihat Irish seperi ini, Thomas malah menikmatinya. Dia ingat dari mana luka yang membuat mulut Irish terkoyak itu. Dia melakukannya dengan tangannya sendiri. Dia mesti membuang salah satu setelan terbaiknya setelah itu, lantaran noda darah yang tak mungkin hilang. Menyesal? Come on! Thomas ingin mencongkel dua mata Irish sekarang.

"Apa maksud kode itu, I?" tanyanya langsung. "Ayo akhiri ini!"

"Aku tak tahu, Tuan. Aku bersumpah!" dia masih menunduk. "Aku benar-benar tidak tahu maksud kode itu!"

Love Or DieWhere stories live. Discover now