Extra part (1)

65.6K 2.4K 39
                                    

Anisa meletakkan sendok yang telah ia gunakan untuk mengaduk kopi di atas meja dapur. Dibawanya cangkir kopi itu ke atas meja ruang tamu. Dengan perlahan, ia membuka tirai yang menutupi jendelanya.

Salju, batinnya tersenyum senang.

Rasa dingin itu kembali datang. Tapi entah mengapa saat ini hangat menyelimuti hatinya. Tidak ada hati membeku seperti dulu ia memandang salju. Yang masih ia kenang adalah masa - masa dingin kehidupan yang pernah alami.

Anisa meninggalkan jendela kaca kamarnya dan berjalan ke arah kamar. Ada dua orang yang sedang tidur bersisihan.

Anisa tau lelaki itu sudah bangun, terlihat pergerakan kecil tangan lelaki itu sengaja menggoda bayi perempuan yang sedang tertidur nyenyak. Seolah mengajak sang bayi untuk bangun bersamanya.

Anisa menghampiri mereka berdua dan melepaskan tangan Rama yang lagi - lagi melilit badan bayi itu hingga sang bayi mulai merengek.

"Anaknya lagi tidur digangguin." sontak Rama menengok ke arah Anisa.

"Bangun Ram. Gak berangkat?" tanya Anisa setelah berhasil menggendong bayi perempuannya.

"Nis, bawa sini dong Nay - Nay. Masih mau tidur bareng dia." rengek Rama yang semakin membuat Anisa berjalan meninggalkan kamar. Ayah, dan sifat kekanakannya..

"Kamu kalau pulang malam - malam terus."

"Cari nafkah." jawab Rama enteng dan berjalan ke arah kopi yang sudah jelas ia tau buatan istrinya. Mama, dan kebiasaan paginya..

Anisa melirik Rama yang masih menegak kopinya.

Rasa bersyukur itu kembali datang. Mengingat Rama adalah tujuan akhirnya membuatnya selalu merasa bahagia tak terkira.

Setelah ia melewati semuanya, Tuhan memberikan kehidupan indah yang mulus untuk mereka berdua.

Setelah menikah, tiba - tiba Rama mendapatkan pekerjaan sebagai manager di kantor milik Kak Niki. Hal yang tak akan terlewatkan begitu saja oleh Rama dan Anisa.

Mereka berdua memutuskan untuk pergi ke Jerman, dan membangun rumah tangga mereka di sana. Hingga akhirnya Anisa dinyatakan hamil dan melahirkan Nayra dengan lancar di Jerman. Ditemani Kak Dila dan Rama di dalam ruang persalinan.

Ternyata menjadi ibu adalah hal luar biasa kedua setelah menjadi seorang istri. Tidak salah jika Anisa memutuskan untuk berhenti mengajar dan memilih untuk berdiam diri di rumah menjaga dan merawat Nayra. Sedikit perkembangan dari anaknya itu terlihat bagai anugerah yang tiada terkira.

Tanpa sadar, lengan Rama sudah melingkari pinggang Anisa yang terus melamun memandangi jendela kaca.

Salju lagi.. Batin Rama ikut memandang ke arah salju yang terlihat jelas dari kaca jendela.

Anisa menyeka dengan cepat air mata yang menggantung di pelupuk matanya. Tuhan begitu indahNya menciptakan wanita dengan penuh rasa kasih sayang di dalamnya. Hingga sedikit saja wanita tersentuh, hatinya ikut menghangat dan mencairkan air matanya.

"Ram, gimana kalau bukan aku yang kamu peluk pagi ini?" Rama mulai mengerutkan keningnya, bingung.

"Gimana kalau bukan aku yang melahirkan Nayra?"

"Gimana kalau bukan aku yang saat itu menikah denganmu?"

"Gimana kalau bukan aku.." Anisa sesak sendiri rasanya.

"Kalau bukan kamu, ya wanita lain." Rama tertawa sendiri mendengar jawabannya untuk pertanyaan serius Anisa, bodoh.

Anisa segera melepaskan dirinya dari pelukan Rama. Merasa kesal dengan jawaban dari Rama.

"Kita punya takdir yang sudah ditulis Tuhan, Nis. Aku juga gak tau gimana rasanya kalau bukan kamu. Yang jelas, Tuhan sudah menuliskan aku denganmu."

"Dan kamu bahagia?"

Rama mengangguk dan memeluk Anisa lagi, "Kalau aku gak bahagia, gak mungkin kita bertahan sejauh ini."

Suami, dan segala kenyamanan yang ia berikan. Anisa juga tak tau bagaimana rasanya jika bukan Rama saat ini yang memeluknya.

Mata bulat Nayra terbuka dengan perlahan, Rama yang melihat itu dengan antusias langsung mencium pipi Nayra gemas. Nayra yang belum sepenuhnya sadar merasa terusik dan mulai merengek membali. Anisa yang melihat itu hanya tertawa.

Keluarga, dan segala kebahagiaan di dalamnya..

*****

Anisa merapatkan jaket tebal yang membalut tubuh Nayra. Balita berumur 18 bulan itu terlihat lucu dengan jaket berwarna pink yang membalut tubuhnya. Dengan jalannya yang masih tertatih, Anisa membiarkan tangannya menjadi penuntun anaknya.

Anisa menatap lurus dengan mata yang mulai menelusuri segala arah. Sebuah senyum terbentuk di bibirnya kala matanya bertemu dengan sepasang mata lain yang juga melihat ke arahnya.

Anisa kembali melanjutkan langkahnya mendekat dan dengan semangat memeluk tubuh wanita di depannya. Sang wanita melonjak kegirangan dalam pelukan mereka.

"Aku kira hari ini jadi wacana juga." gurau wanita itu ketika Anisa melepaskan pelukannya.

Anisa yang kesal langsung memukul lengan wanita di depannya dengan clutch bagnya. "Aku juga mikirnya gitu." dan keluarlah tawa kecil dari bibirnya.

"Ini Nayra?" dan Anisa mengangguk sebagai jawaban.

"Ana kok ngumpet sih. Malu ya?" tanya Anisa balik kepada seorang anak perempuan yang berdiri di belakang ibunya.

"Kayaknya dia udah lupa sama kamu, Nis."

Anisa membelai lembut lengan Ana yang digunakan gadis cilik itu untuk memeluk ibunya.

"Habis tante Anisa lama banget gak pernah ke Indonesia. Iya gak An?" tanya Gadis mencoba menarik perhatian anaknya.

Ana hanya melirik ibunya sesaat dan mengangguk takut - takut.

Anisa tersenyum melihat respon dari Ana, "Dia belum lupa sama aku, Dis." Anisa memeluk Ana yang sudah melepaskan lilitan lengan di kaki ibunya. "Ana seneng mau punya adik baru?"

Ana dengan polos hanya menggeleng. Mata Anisa membulat tak percaya, "Kok gak mau?"

"Lagi manja - manja dia kayak di sinetron, masa bilang nanti aku sama Theo udah gak sayang lagi sama dia." Gadis mengelus pelan rambut panjang sebahu milik putrinya.

"Lagian kamu juga Dis, masa udah hamil besar pengennya travelling mulu. Lahir disini baru deh repot."

"Eh, enak dong. Jadi punya anak bule, kelahiran luar negeri." dan Anisa terbahak mendengar jawaban dari Gadis.

Sahabat, dan segala kehangatan dalam setiap pertemuannya..

*****

Hai! Extrapart ini cuma sebagian kecil buat yg kangen sama Rama dan Anisa😄 jangan lupa mampir ke ceritaku yang lain yaa. see you❤

ONE MORE TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang