part 37

52.7K 2.4K 75
                                    

"Jadi selama ini kamu ke Jerman?" tanya Rama tak percaya.

Anisa mengangguk, "Waktu itu kamu pernah bilang mau jelasin semua yang belum aku ketahui. Jadi apa?"

"Dari mana kamu ingin memulai?" tawar Rama.

"Aku sudah paham letak Gadis yang sekarang sudah gak cinta sama kamu. Tapi aku bingung, Ram. Dia bilang kamu cinta sama aku—"

"Emang masih cinta." jawab Rama tanpa sungkan memotong ucapan Anisa.

"Tapi kamu gak pernah ngejar aku untuk jelasin semuanya. Kamu hanya menyuruhku diam. Kalau kamu merasa benar seharusnya dulu kamu berusaha menjelaskan walau aku menolak."

"Nis.. Waktu itu egomu sekeras batu, kalau aku ikut menjadi batu yang ada kita bertemu dan akhirnya terpecah menjadi batu-batu kecil."

"Tapi aku lihat kamu juga tidak menjadi air yang mengikis sikap batuku." bantah Anisa.

Rama tertawa, "Tanpa kamu sadari, cinta kita yang mengikis kekerasan hatimu itu. Aku memang tak melakukan apapun seperti mengejarmu, atau apalah yang kamu mau. Aku tetap diam memberikanmu waktu, membuatmu sadar jika kamu mulai merindu."

"Cintaku yang membuat kamu akhirnya sadar untuk kembali, Nis. Cinta dan kenangan kita itu perwujudan dari air, mengalir di hati dan pikiranmu setiap waktu."

Anisa yakin Rama belum berubah, kata-kata bijaknya selalu Anisa ingat.

"Aku gak pernah cinta sama Gadis. Mungkin dulu aku hanya nyaman, karena aku merasa kamu mulai gak peduli sama aku. Ciuman di pantai waktu itu bukan aku yang memulai. Pelukan itu sungguh bukan pelukan mesra yang kamu lihat dari jauh Nis."

"Aku salah, aku tau.. Kamu mau memaafkan aku?" tanya Rama.

Anisa menggeleng, "Enggak, obrolan ini belum selesai Ram."

Rama mengerutkan keningnya bingung dengan ucapan Anisa.

"Kamu kira untuk bisa memaafkan itu mudah?"

"Apa yang sudah diajarkan Jerman untukmu, Nis?"

Waktu.

"Waktu?" tanya Rama menebak kediaman Anisa.

"Empat tahun aku hidup dengan merindukanmu setiap harinya. Gak ada yang berkurang, bahkan semakin bertambah rasa rinduku, Nis. Apa kamu juga merasakan hal yang sama?"

Iya..

"Jika memang ada lelaki lain yang kau temui disaat kamu pergi bertahun-tahun kemarin, aku akan menerimanya. Aku tidak tau siapa yang akan menjadi jodoh kita. Tapi aku cuma mau kamu tau, Nis. Aku selalu nunggu kamu, di tempat dan cinta yang sama."

Hati Anisa berdesir hangat, kejujurankah yang dikatakan Rama?

"Kenapa kamu gak memilih Gadis atau bahkan wanita lain saat aku pergi, Ram?"

Rama mengangkat bahunya, "Aku hanya diam menununggu. Aku bahkan tak tau kemana cintaku akan berhenti nantinya."

"Gadis, wanita yang mencoba masuk ke dalam hatiku. Akhirnya ia bertemu dengan jodohnya sendiri. Banyak wanita lain yang seperti dia, Nis. Tapi mereka akhirnya pergi juga."

ONE MORE TIMEWhere stories live. Discover now