part 2

71.1K 4K 41
                                    

   "Kamu mau ninggalin aku, Ram?"

   Anisa mulai meneliti mata Rama lebih dalam. Sedangkan Rama balas menatapnya dengan kening penuh kerutan.

   "Kamu apa-apaan sih Nis! Ya enggaklah. Tadi kan aku cuma bercanda. Ya maksud aku, kamu harus tetep makan, ada ataupun gak ada aku." Rama mengusap rambut Anisa penuh sayang.

   Anisa menghela napas lega. Hampir saja dia bisa mati karena napas yang tertahan saat Rama tak kunjung menjawab. Dia mengangguk sekenanya.

   "Ram ini udah malam, aku tau kamu pasti belum istirahat dari tadi, kamu pulang aja ya?" bujuk Anisa pelan pelan.

   "Gak papa Nis aku tidur di sofa aja, udah cepet kamu tidur lagi." Dengan cekatan, Rama merapikan kembali ranjang Anisa dan meletakkan piring bekas makan Anisa di atas nakas dekat ranjang. Dia mematikan lampu dan segera bergegas menuju sofa tempat tidurnya beberapa bulan belakangan. Sofa yang sudah semakin muat untuk ukuran tubuh Rama karena sudah terlalu sering dia tempati.

*****

   "Halo Ram? Aku udah ambil bajunya. Nanti ketemuan dimana?" seorang wanita masih sibuk meletakkan posisi telepon di telinganya saat petugas kasir itu memberikan bungkusan berisi pakaian yang sudah dari kemarin ia coba.

   "Iya iya aku dandan yang can... Eh? Emang dandananku biasanya gak cantik?" tanyanya lagi masih fokus dengan pembicaraan dalam ponselnya. Dia menundukkan kepala dan mengulas senyum manis di bibirnya sebagai tanda terima kasih pada setiap pegawai butik langganannya itu. Dia keluar dan bergegas menuju mobilnya.

   "Iya, aku nyetir sendiri. Aku bisa kok. Eh besok aku mau belajar masak lagi sama mama." katanya sambil terus membenarkan posisi seat belt dan menyetir. Walaupun kesusahaan, tapi dia enggan menyudahi pembicaraan dengan lawan bicara dari ponselnya.

   "Iya udah sampe jalan sudirman nih, untung gak macet." matanya tetap fokus memandang jalanan, dia menginjak pedal rem dalam dalam saat mengetahui lampu sudah berganti warna merah.
Tak sengaja ponsel yang diapit di telinganya terjatuh.

   "Halo? Halo?" suara seseorang dari jauh sana terdengar dari ponsel yang terjatuh.

   Wanita itu terus menggapai gapai ponsel yang tak sampai ia raih.

   Tinnnn.. Tinnn...

   Klakson mobil belakangnya terdengar, barulah ia sadar lampu sudah berganti warna hijau.

   "Sebentar!" wanita itu berteriak dan segera melajukan mobilnya kembali.

   Dia mencoba melihat ke arah bawah! She found it! Matanya menatap layar ponsel yang dicarinya. Tangannya kembali menggapai dan hap! Dia mendapatkannya. Tapi saat matanya kembali menatap ke arah jalanan hanya sinar lampu kendaraan yang sangat dekat dan silau yang dapat dia pandang. Bibirnya tak mampu lagi mengeluarkan kata kata, ponsel yang digenggam masih terus mengeluarkan suara dari seseorang di sana. Hingga sinar lampu itu semakin dekat dan dia hanya mampu memejamkan mata.

*****

   Anisa terbangun dari mimpinya. Bukan, itu bukan hanya mimpi! Itu kenyataan, dia pernah mengalaminya, 3 bulan yang lalu.

   Segera dia mengambil gelas air minum di atas nakas untuk menjernihkan pikirannya kembali. Tapi tangannya terlalu gemetar sehingga dia tak sengaja menjatuhkan gelas air putih itu.

   "Nis?" kepala Rama keluar dari pintu kamar mandi.

   Keringat dingin mulai memenuhi dahi Anisa, dia hanya menggeleng ketika Rama sudah berjalan ke arahnya.

   "Mimpi lagi Nis?" Rama yang sudah ada di sampingnya kini mengambil gelas kosong lain dan menuangkan air putih ke dalamnya. Semenit kemudian, Anisa sudah meneguk habis isi dari gelas itu.

   Dengan perlahan, Rama memeluk Anisa. Mencoba menenangkan wanitanya agar dapat melupakan pengalaman pahit beberapa bulan yang lalu.

   "Aku bosen disini." Anisa bergumam sambil memeluk perut Rama lebih erat.

   "Keluar yuk." Ajak Rama santai sambil terus memainkan rambut panjang Anisa.

   "Mana boleh sama dokter Susan?" Anisa mendongak menatap mata lelakinya. Rama sangat tampan walau rasa lelah terlihat dalam matanya.

   "Aku yang akan bilang sama doktermu kalo gitu." Rama melepaskan pelukan Anisa dan berjalan menuju ruang dokter khusus Anisa selama ini.

*****

   Debur ombak sudah menjadi suara pengiring setiap langkahnya. Pasir pasir kecil yang panas menyelimuti setiap bagian telapak kaki telanjang milik Anisa.

   "Suka Nis?" tanya Rama memandang wanita yang kini sudah menatap jauh ke arah laut lepas.

   Dengan Angin yang bertiup kencang membuat rambut panjang Anisa yang tergerai menjadi terayun kesana kemari, semakin menambah kecantikan dari wajah Anisa yang terlihat ayu khas wanita Indonesia.

   Anisa mengangguk penuh semangat, "Makasih ya Ram. Tau aja udah lama gak ke pantai!"

   Entah kata kata bujukan apa yang diberikan Rama pada dokter Susan agar mengizinkan Anisa pergi bersamanya.

   "Kesana yuk Nis!" Rama menunjuk sebuah kursi pantai yang ada dalam jarak beberapa langkah lagi di depan mereka. Tanpa persetujuan Anisa, Rama sudah membantu Anisa untuk melangkahkan kaki dan alat bantu penyangga di tangan kanannya.

   "Ram, aku pengen main air." kata Anisa saat mereka akan sampai pada kursi itu.

   "Mana asik sih Ram kalo ke pantai gak main air? Ayolaaah!" rengek Anisa saat melihat Rama tak juga menjawab permintaannya.

   "Ram?" tanya Anisa sekali lagi. Dan ya!! Rama mengangguk! Anisa selalu tau dia yang akan menang jika terus menerus merengek seperti ini.

   "Tapi jangan sampe kamu jauh dari aku ya Nis?" Rama mulai melajukan langkahnya ke arah pinggiran pantai.

   "Mana mungkin aku jauh jauh dari kamu?" Anisa menggodanya lagi sambil sebelah tangannya memeluk kencang pinggang Rama.

   Rama balas tertawa dan memilih untuk mengamati semua ekspresi Anisa saat kakinya terkena cipratan ombak.
Senyumnya, tawanya, dan ekspresi bahagia lainnya coba ia rekam dalam otaknya, berharap dia akan selamanya menjadi bagian dalam setiap senyum wanita pujaannya itu.

   "Makasih ya Ram." Anisa berkata tulus dan mengecup pelan pipi Rama.

   "Makasih buat?" Rama terlihat bingung akan perkataan Anisa yang tiba-tiba.

   "Makasih buat semuanya. Semua yang sudah coba kamu lakukan untuk membuatku selalu bahagia, Ram." kata Anisa yang dipenuhi ketulusan.

   Rama balas mengangguk dan memeluk Anisa sangat erat, sebagai tanda bahwa ia akan menjaga Anisa dan selalu menyayanginya.

-----

Hai semuanyaa. Makasih banyak yang sudah mau baca ceritaku ini, makasih juga vote dan komen dari teman-teman semua.

(Note: add ke perpustakaanmu, dan nantikan kelanjutan partnya. See you❤❤)

ONE MORE TIMEWhere stories live. Discover now