part 27

48.9K 2.6K 24
                                    

Anisa menatap takjub suasana di English Garden siang ini. Cuaca hari ini masih terang dengan matahari yang dengan bangga selalu bersinar, tapi tak pernah merasakan panas yang berlebihan. Sejuk adalah satu kata yang terus digumamkan Anisa saat sampai di tempat ini.

Betapa tempat ini sungguh hijau dan luas. Hari ini termasuk week day! Jadi siapapun yang berpikir taman ini tidak sepi, kalian benar sekali! Memang begitu adanya, walau tak sampai berjubel dan berebutan tempat di sisi taman, tapi suasana yang sangat menenangkan masih bisa Anisa rasakan.

Sepasang wanita yang sedari tadi terus mendorong kursi rodanya dan lelaki di belakangnya terus berbicara seolah-olah hanya mereka berdua yang berada di tempat ini, melupakan Anisa yang duduk di kursi roda di depan mereka.

Anisa mendengus kesal. Sebelum akhirnya ia melihat banyak sekali burung-burung yang datang di tepian danau.

"Kak!" Anisa menoleh, memanggil dua orang di belakangnya.

Niki melirik adiknya yang tersenyum bahagia, "Apa Nis?" tanya Niki dengan mode super-sabar.

"Ke deket danau. Ayo dong! Aku dikacangin mulu."

"Gak ada yang ngacangin."

"Gak ngacangin sih, tapi ngomongnya sengaja pelan, sengaja kayak bisik-bisik. Biar apa? Romantis? Hmm." Anisa menggoda lagi, dan wajah Dila memerah seketika.

"Udah ayo, kita cari tempat yang enak di deket danau!" karena malu Dila tak menghiraukan obrolan kedua kakak beradik dan segera mendorong kursi roda Anisa menuju tepi danau yang lumayan sepi untuk mereka.

Setelah menggelar sejenis kain dan menata beberapa bekal yang mereka bawa karena memang tema hari ini adalah piknik, Anisa langsung berdiri dan Niki berteriak spontan.

"Anisaaa! Ngomong kek kan bisa aku bantuin!!" Niki segera berjalan ke arah Anisa sebelum perkataannya dibalas oleh Anisa.

"Stop! Kakak berhenti disitu. Lihat nih ya!" Anisa mulai mengangkat kaki kanan dan melangkahkannya. Walau pelan dan masih terasa kaku, Anisa mencoba untuk tetap melangkah, Dila bilang itu adalah hal yang wajar.

Niki memasang ekspresi kaget dan memfokuskan matanya pada setiap langkah yang diambil Anisa, sedangkan Dila yang tersenyum puas berdiri di sebelah lelaki itu dan berbisik.

"Adikmu itu punya semangat yang besar buat jalan lagi. Dua minggu terapi dia bisa melangkah pake kaki kanan, katanya udah gak sakit lagi. Dia juga udah ngelepas kruknya."

Niki menatap wajah cantik wanita di sampingnya dan mendekatkan bibirnya ke telinga wanita itu, "Danke, aku tau kamu pasti bisa bantuin Anisa jalan lagi, Dil."

"Bitee." jawab Dila.

Anisa tersenyum dengan bangga pada dirinya sendiri karena walaupun masih lambat sekarang jari kakinya sudah menyentuh salah satu ujung kain yang tergelar di depannya.

Niki yang berdiri di ujung kain yang lain segera berjalan dengan cepat ke arah Anisa dan memeluknya erat hingga Anisa terhuyung ke belakang.

"Kak, aku kan gak bisa napas! Aduuh, mau jatuh nih!" kata Anisa sambil mencari keseimbangan dengan memeluk leher kakaknya.

Niki langsung melepas pelukannya dan membantu Anisa duduk di kain itu. Dila memberi Anisa segelas soft drink rasa strawberry yang langsung diminum Anisa dengan rakus.

"Kok gak pernah cerita sih kemajuan terapinya?" tanya Niki kesal.

"Kan biar surprise!" jawab Anisa asal.

"Kamu juga Dil?" tanya Niki yang langsung di balas Dila kerutan di keningnya.

"Posesif banget sih Nik. Orang Anisanya yang minta juga."

ONE MORE TIMEWhere stories live. Discover now