part 12

38.3K 2.2K 64
                                    

Rama membuka lebar mulutnya dan sesendok besar ice cream masuk ke dalam mulutnya. Tangannya terus bergerak lincah di atas laptopnya. Sudah 2 jam dia harus mengerjakan berkas kantor untuk digunakan meeting besok.

Tanpa sadar Anisa menguap. Rama melirik jam di atas tv kamar rawat inap Anisa. Pukul 9.15 malam.

"Ngantuk, Nis?" tanya Rama.

"Sebenernya enggak, tapi karena kita diem-dieman kayak gini kan suasananya jadi sepi."

"Ngobrol kek Ram." ajak Anisa kemudian. Rama terkikik, kadang Anisa bisa menjadi wanita paling manja untuknya.

"Ngobrol serius mau?" tanya Rama yang langsung menyingkirkan laptop dari pangkuannya dan menatap ke dalam mata Anisa.

Anisa mengerutkan keningnya tak paham dengan mode serius Rama malam ini.

"Apa impian terbesarmu, Nis?" tanya Rama.

"Hidup bahagia bersamamu, Ram. Kayaknya udah sering deh aku ngomong kayak gini." Anisa tertawa karena sudah entah ribuan kali ia menjawab seperti ini saat ada pertanyaan serupa seperti pertanyaan Rama.

Rama ikut tertawa, "Nis kamu udah mau bisa jalan kan? Kamu udah mau sembuh kan?"

Anisa mengangguk.

"Menikahlah denganku Nis. Aku janji tidak akan ada kesedihan lagi setelah ini. Aku janji hidupmu akan selalu dipenuhi oleh cinta dan kebahagiaan bersamaku."

Anisa tersenyum, "Berjanjilah hanya aku satu-satunya wanita di hatimu?"

Rama menggeleng, "Ada dua wanita di hatiku, Nis."

Anisa kaget luar biasa, kenapa Rama bisa merusak momen penting ini? Apa-apaan dia. Seharusnya dia tak perlu mengucapkan kata-kata manis yang menerbangkan hati Anisa jika pada akhirnya dia akan menjatuhkannya.

"Ada mamaku sama kamu, Nis. Dua wanita." Rama melanjutkan perkataannya sambil nyengir lebar.

Anisa tersentak keluar dari lamunannya. Dipukulnya pundak Rama menggunakan guling yang sedari tadi ia pegang.

"Rama ihh ngerusak momennya." Anisa merengut kesal, sudah terbayangkan dalam benaknya akan ada banyak hal-hal romantis yang akan terjadi setelah ini, tapi dasar Rama jail dan bodoh! Bisa-bisanya berkata seperti itu.

"Maaf deh, tapi bener kan? Ada kamu sama mamaku. Cuma kalian kok."

Anisa diam tak menjawab.

"Aku janji cuma kamu wanita yang ada dihatiku. Will you marry me, Nis?"

Anisa mengangguk menjawab pertanyaan Rama. Rama tersenyum senang, sudah pasti Anisa akan menjawab dengan anggukan, sudah pasti Anisa akan menerimanya. Dia yakin itu.

Dulu ia memang pernah melamar Anisa, tapi belum pada keluarganya. Hanya sebatas permintaan pribadi Rama untuk Anisa. Rama ingin melamarnya lagi, kali ini Rama akan lebih serius. Ia berjanji.

Ditariknya tangan Anisa dan sebelah tangannya yang lain meraih sebuah kotak di saku celananya. Dibukanya kotak itu dan terlihatlah sebuah cincin berlian putih. Rama memakaikannya di tangan Anisa.

Anisa memerah matanya berkaca-kaca membendung air mata bahagia yang sudah berdesakan meminta keluar dari kelopak mata indahnya.

"Bagus kan, Nis?" tanya Rama.

"Bagus Ram, makasih ya sudah mau mewujudkan semua impianku." Anisa memeluk lelaki di hadapannya, lelaki yang baru saja melamarnya, calon suaminya, lelaki impiannya.

"Tapi biasanya kalo yang di film itu kan ngelamar di pantai, di danau, candle light dinner, pake gaun. Apalah dayaku sekarang yang cuma bisa pake baju rumah sakit dan duduk di atas ranjang." Anisa meneliti keadaannya berbalutkan baju batik rumah sakit khusus pasien dan kakinya yang tak sekuat dulu.

ONE MORE TIMEWhere stories live. Discover now