part 13

37K 2.1K 57
                                    

Ting!!

Timer oven yang berdenting mulai menyadarkan sepasang wanita dan lelaki yang berhadapan di meja makan dengan diam sedari tadi.

Awkward! Gadis meruntuki dirinya sendiri, bagaimana ia bisa berkata seperti itu? Okelah, Gadis mengakui jika ia menyukai Rama tapi untuk sejujur itu mengatakan di depan Rama? Hell! Setidaknya ia masih punya urat malu yang tadi serasa hilang entah kemana.

Sedang Rama juga ikut diam, karena dua alasan. Alasan pertama, karena Gadis yang melamun dan alasan yang kedua yang menyadari penuh arti ucapan Gadis. Tapi ia lebih memilih untuk tidak memikirkan hal itu dan mengabaikannya.

Gadis berdiri dari duduknya dan menyiapkan makanannya yang sudah matang dengan tangan gemetar. Sial! Bahkan kegugupannya pun belum juga hilang?

"Perlu bantuan Dis?" tanya Rama yang menyadari ada yang tidak beres dari balik punggung Gadis.

Cepat-cepat Gadis menggeleng. Kalo sampe Rama kesini! Bisa lebih matii nihh!

"Eng..gak, gak usah Ram. Bisa kok, bisa." jawab Gadis sambil menarik napas dalam dan membuangnya perlahan, untuk lebih menenangkan pikiran dan jantungnya.

Gadis kembali lagi ke meja makan membawa dua piring yang berisi maccaroni schotel dan meletakkan satu untuknya dan satu untuk Rama.

"Makan Ram, semoga suka yaa." katanya mencairkan sedikit suasana dan mulai menyantap makanannya dengan diam lagi. Biarlah! Masa bodoh dengan Rama yang memandang dirinya aneh malam ini.

*****

Anisa baru memejamkan setengah kelopak matanya, dan ia merasa seseorang masuk ke dalam kamar rawat inapnya.

Anisa kembali membuka matanya dan melihat Rama yang datang dengan kemeja yang lengannya sudah dilipat sampai siku dan jas yang disampirkan di bahunya.

Rama terlihat lelah, Anisa tahu itu. Terlihat dari sayu kelopak matanya yang tetap saja dipaksa membaca sesuatu dari teleponnya.

Mungkin dari kantor, pikir Anisa.

"Penting banget Ram urusanmu sampe gak duduk dulu?" tanya Anisa membuka suara.

Rama kaget dan segera mendongakkan wajahnya cepat menatap si pemilik suara yang ia kira sudah tidur sedari tadi.

Lampu di ruangan ini sudah mati semua bahkan lampu di nakas sebelah sofa pun tak nyala malam ini, membuat Rama hampir tak dapat melihat apa pun dalam ruangan yg gelap gulita ini.

Segera Rama memencet tombol send dengan cepat pada sebuah pesan, 'aku udah sampe Dis, thank you banget makan malemnya tadi'

Dengan cepat Rama memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana, "Aku kira kamu udah tidur, Nis." Rama menghampiri Anisa dan mengelus puncak kepala wanita itu penuh sayang.

Anisa mencibir, "Dasar gak peka banget. Gitu tuh manusia kalo udah pegang handphone gak sadar kalo dari tadi aku liatin."

"Tidur Nis, udah malem."

Anisa mengangguk, "Harusnya aku dong yang bilang ke kamu. Kamu kan besok kerja, berangkat pagi. Aku kan nganggur bisa tidur kapan pun."

Rama tersenyum, benar ucapan Anisa. Seharusnya dia sudah tidur sekarang mengingat jarum panjang di jam dinding mulai menunjuk pada angka 11. Hampir tengah malam.

"Iyaa aku juga mau tidur, capek banget."

Anisa mengangguk, dan Rama mulai berjalan menghampiri sofa di pojok ruangan, berhadapan dengan ranjang yang Anisa tempati.

ONE MORE TIMEWhere stories live. Discover now