VINGT CINQ ; why reno?

Start from the beginning
                                    

"Ngomong sama siapa lo?" Tanya revan yang mengekori kaysa dibalkon kamar devan.

"Devan!" Ucap kaysa -- revan hanya bisa tersenyum, membiarkan gadis itu berimajinasi sesukanya, karna itu yang bisa menguatkan hati kaysa sendiri. Dengan berimajinasi menganggap devan selalu disisinya.

Awan mendung tadi sudah mengeluarkan bercak bercak gerimis hujan, gerimis yang tadinya turun satu satu akhirnya berubah menjadi hujan lebat.

Kaysa mengadahkan tangannya menampung air hujan, "revan, mau indomie" rengeknya.

Kaysa juga sudah jarang berkunjung kerumah bundanya, dan hari ini ia ingin menghabiskan harinya untuk menginap disini, bersama revan sepupunya.

"Yaudah ayo" ucap revan menarik tangan kaysa, membawa gadis itu kedapur untuk membuat mie kesukaan gadis itu, semenjak kepergian devan juga revan sudah membuang sifat dinginnya sepenuhnya. Ia merasa keberadaan kaysa sangat membuatnya bahagia dan bisa melupakan kesedihannya.

Revan sedang berkutat membuat mie kesukaan kaysa, gadis itu hanya duduk meperhatikan revan "van, menurut lo. Reno baik gak?" Tanya kaysa spontan.

Revan menaikan satu alisnya, ia sedang tidak menatap kaysa "baik, kenapa?" --- "uhm, gak papa sih" ucap kaysa.

Selanjutnya hening, sampai revan sudah siap dengan dua mangkuk indomie rasa soto medan. Uhm mencium aromanya saja membuat kaysa benar benar jatuh cinta.

"Kenapa nanyain reno, lo udah mulai suka ya sama dia?" Rupanya revan tak melupakan obrolan awal mereka tadi, kaysa sedikit canggung "ha?" Tanyanya pipinya sedikit memanas.

"Kok blush gitu sih?" Ucap revan melahap mie nya, kaysa panik sendiri "ah engga, is ngaco" ucapnya.

Revan hanya terkekeh "kalau reno gue percaya deh. Reno baik dan gue tau seratus persen dia beneran cinta sama lo" ucap revan serius.

"Gue jadi reno mah gak bakal bisa bertahan kalau lo pura pura gak ngerespon sikap dia. Jelas jelas reno udah nyatain dia cinta sama lo dari lama"

"Kok salah gue? Reno juga gak pernah tu ngungkapin secara langsung, eh maksud gue ngutarain semuanya ah nembak gitula istilahnya" ucap kaysa.

"Oh jadi lo pengin di tembak ni? Oh jadi lo ngarep gitu?" Revan terkekeh. Kaysa makin malu, pipinya sudah benar benar merah.

"Bukan itu maksud gue, lo nya sih nuduh gue gak peka!" -- "ah alasan" ledek revan.

"Tapi reno udah ngilang 3 hari ini" kaysa mengerucutkan bibirnya, memang 3 hari ini ia diliburkan karna anak kelas 12 melaksanakan ujian nasional. Dan ini hari terakhir mereka libur, dan sejak liburan kaysa sama sekali tidak mengetahui kabar reno ataupun bertemu dengan nya.

"Kangen ya? Gue rasa lo emang bener bener udah jatuh cinta deh sama reno" tebak revan.

"Atau lo udah ngerasainnya dari lama? Ngaku aja sih!"

"Is revan. Jangan mojokin gue deh!" Kaysa keki -- "ayo ngaku!"revan terus menggoda kaysa.

"Gue gatau sih, kapan pastinya gue ngerasain ini. Tapi ya gue nyaman aja deket dia. Walaupun degil, gajelas. Tengil lagi" ucap kaysa

"Duh, adik gue dimabuk cinta" kaysa memanyunkan bibirnya "ih jujur juga masih diledekin!" Ucapnya.

Mie dimangkuk mereka juga berangsur angsur beralih keperut masing masing, "ah indomie emang mie dari indonesia!" Ucap kaysa menjilati bibirnya.

"Ih rakus" ejek revan lalu mengambil mangkuk untuk dicuci.

Hujan juga sudah berangsur mereda, sekarang sudah pukul 8 malam. Mata kaysa terasa berat.

Kenapa dia cepat sekali mengantuk, padahal masih jam 8 malam.

"Bunda lama ya pulangnya?" Tanya kaysa pada revan, revan yang sibuk dengan GTA nya menjawab tanpa melihat kaysa "kayanya sih lembur, ayah juga lagi diluar kota" kaysa makin sebal. Padahal niatnya menginap disini untuk melepas rindu dengan bunda nya itu.

"Gue ngantuk van" kaysa menguap, "tidur disofa aja dulu, ntar kalau bunda pulang gue bangunin pindah kekamar" ucap revan.

Kaysa malah turun, meletakkan kepalanya dipaha revan "gue mau disini aja, gak papa kan?" Sudah kebiasaan kaysa seperti itu, biasanya devan yang menjadi tumpuan kepalanya. Tapi sekarang revan sudah menggantikan sepenuhnya.

Mata kaysa perlahan lahan terpejam, gadis itu sudah terlelap.

Revan menatap wajah teduh gadis itu, tampak nyaman. Ia sedikit tersenyum "gue nepatin janji kan van?" Ucapnya menatap langit langit ruang keluarganya.

--

Kaysa tersentak saat revan mengguncang guncang tubuhnya "uhm, --" kaysa merancau.

"Ca, bangun! Reno kecelakaan!" Seketika kaysa kembali normal dari tidurnya, ia sudab terduduk melihat wajah panik revan, matanya menatap tak percaya.

"Revan lo gak bercanda kan?" Tanyanya, revan menggelengkan kepalanya. Wajahnya sama paniknya dengan kaysa.

"Revan! Ayo kesana revan!" Kaysa sudah berdiri, rasa khawatir panik seluruhnya bercampur dalam dirinya.

Reno yang sudah 3 hari tak ada kabar tiba tiba sudah ada kabar seperti ini yang didengar kaysa, gadis itu panik setengah mati.

Ia meremas ujung baju tidurnya, ia mengigit bibir bawahnya. Ia takut akan kehilangan lagi.

Air matanya sudah jatuh sedari tadi, "revan ayo!" Revan masih sibuk mencari kunci mobilnya.

"Revan, gue mau reno!" Kaysa sudah menangis, dengan cepat revan membawa gadis itu masuk kedalam mobilnya.

"Reno kenapa van?" Tanyanya masih dengan tangisnya, revan menggelengkan kepalanya "gue gak tau, kata bokapnya dia tertabrak mobil" -- "dan reno gak sadarkan diri. Pembuluh darah dikepalanya pecah"

Sontak kaysa menutup mulutnya dengan kedua tangannya, menangis segegukan.

Ini sudah jam 11 malam, dan jakarta masih sama macetnya.

Kaysa sudah meremas kuat ujung bajunya, berdoa doa dalam hati semoga reno baik baik saja.

"Reno di rs mana?" Tanya kaysa yang sudah kalut melihat jalanan macet.

"Rs. Thamrin" ucap revan yang juga mendecak kesal karna macet.

"Ah kenapa jauh banget!"

Kaysa sudab tidak sabar. Berkali kali ia melihat jam.

Sudah 30 menit mereka masih terkurung macet.

"Ayolah! Ini udah setengah 12 malam kenapa orang orang masih berkeliarann sih!" Rutuknya.

Kaysa sudah kacau,perasaan khawatir sudah menyelimutinya.
Bayangan kehilangan reno melintas lintas di kepalanya, pikiran tentang 8 bulan yang lalu saat kehilangan devan menghantuinya, ia tak mau kejadiannya terulang sama untuk kedua kalinya.

"YaAllah, revan gue takut" tubuhnya bergetar, revan merasa iba. Tanganya merengkuh kaysa dalam pelukannya "tenang ca, reno gaakan kenapa napa" ucapnya.

Kaysa masih menangis, pikirannya melayang layang entah kemana, apa reno sedang kesakitan dengan alat alat yang menyangkut ditubuhnya? Terakhir kaysa ingat saat tubuh devan penuh alat alat dokter itu membuat devan tampak kesakitan, kaysa tak mau reno jugaa seperti itu.

Mereka telah sampai, kaysa masih menggenggam kuat tangan revan, tangan kecilnya bergetar begitupun tubuhnya.

Ia sudah tidak tau lagi, ia hanya mengikutin langkah revan yang membawanya pada reno.

Gimana kalau reno kenapa napa?
Gimana dengan tante delima?
Gimana dengan kaysa?

Pertanyaan pertanyaan itu terus merasuki otaknya, padahal sudaj sebulan ini delima sembuh, kaysa tidak mau kalau delima depresi lagi.

"Reno, lo harus bertahan"



Maafkan typo typo yang ada.

14:06

Stuck on youWhere stories live. Discover now