"Kita akan bawa dia kerumah sakit, tapi bukan di sini. Kita bawa di ke-USA disana rumah sakitnya banyak yang bagus, kita akan menetap disitu, kita akan hidup bersama anak ini. Jika kamu tidak mau melakukannya tidak apa-apa, aku sendiri yang akan melakukannya."
Lili bicara dengan lancar, lalu ia membawa anak itu ke gendongannya. Ia tidak akan melepas anak itu.
Suami Lili hanya menghembuskan nafas gusar.
"Baiklah, kita akan pergi ke-USA. Kau tau kalau aku sangat mencintai kamu, aku tidak akan pernah melepaskan dan meninggalkan kamu."
Suami Lili berkata lirih, pikirannya kini sangat kalut. Ia merasa sangat bersalah telah memisahkan anak itu dengan orang tuanya. Tapi, ia juga tidak bisa menentang keinginan istrinya yang ingin memiliki anak dan ia pun juga ingin memiliki anak.
"Terima kasih."
Lili segera mengambur kepelukan suaminya.
"Kita ganti nama dia menjadi Satria, karena dia anak yang hebat. Dia tetap selamat walau badai menerjang tubuh kecilnya."
Satria mengerang, sakit yang ia rasakan di kepala sungguh luar biasa. Ia mimpi itu lagi untuk sekian kalinya.
Satria mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk. Badannya sangat lemah dan sakit, kaku yang ia rasakan dan berat untuk mengerakkan tubuhnya. Ia merasa ia sudah tidur berhari-hari.
Satria duduk di kepala ranjang sambil terus memegangi kepalanya yang sakit. Matanya menatap ke segala penjuru ruangan. Dan dapat ia pastikan ini adalah kamar inap rumah sakit.
Semakin lama ia terduduk dan semakin sakit pula yang ia rasakan dikepalanya. Ia tidak tau apa yang terjadi padanya.
Pintu ruangan terbuka, dan suara tangis terdengar ditelinga Satria.
Banyak orang yang masuk dan menatap Satria dengan tangisan pilu, tidak ada yang Satria kenal disitu. Kecuali, Kenina dan Friska.
Kenina berdiri dihadapannya sambil menunduk sedangkan Friska duduk disofa di belakang Kenina.
"Nina? Friska? Ada apa ini?"
Satria mengeluarkan suaranya yang terasa serak. Kenina yang mendengar itu langsung memberikan minum kepada Satria tanpa suara.
Tidak ada yang berkata apapun diruangan itu, sampai pada akhirnya seorang wanita yang umur diperkirakan berbeda satu tahun dari satria, ia datang sambil menagis kencang.
Dan tanpa banyak bicara ia langsung memeluk Satria erat, sangat erat.
"Satya, akhirnya kakak bisa ketemu kamu juga. Maaf, maafin kakak yang waktu itu tidak bisa jaga kamu."
Wanita itu terus memeluk Satria tanpa niat untuk melepasnya, ia terus menagis sesegukan dan sesekali ia berucap maaf.
Kening Satria semakin berkerut bingung, apa yang sudah terjadi? Satria tidak bisa mengingatnya.
"Alika, lepasi Satya. Dia sedang sakit dan lo peluk dia sampe mau ngeremukin badannya."
Lelaki yang berdiri di belakang wanita yang disebut Alika itu lantas melepaskan pelukan Alika pada Satria. Lalu Alika menatap garang lelaki itu.
Sedangkan lelaki itu hanya meringis mengaruk tekuknya.
Alika langsung mentap satria lagi.
"Satya kamu kok diam aja?, ayo bicara."
Satria diam, ia masih menatap satu persatu orang yang ada di ruangan nya.
"Ini ada apa? Kenapa kalian semua menatap aku sambil menagis, apa yang sudah terjadi? Aku tidak mengenal kalian semua, Nina? Friska? Ini ada apa?"
Satria meringis, ia merasakan lagi sakit dikepalanya. Dan seketika semua orang yang ada diruangan itu panik, tangis kembali terdengar lebih keras.
"Kalian semua tenang, aku akan panggil dokter dulu. Biar dokter memeriksa Satria dan menjelaskan apa yang terjadi pada Satria."
Friska yang tadinya hanya duduk termenung akhirnya mengeluarkan suaranya, dia bangkit dan langsung keluar dari ruangan itu.
Tapi, baru saja Friska keluar ia langsung masuk lagi.
"Dokternya sudah datang."
Dan bertepatan saat Friska bicara, seorang dokter wanita cantik masuk. Tersenyum kearah semua orang dan langsung menatap satria.
"Hai Satria, udah bangun? Saya periksa dulu kondisi kamu dan setelahnya saya akan menjelaskan hasil CT-scan kamu."
Dokter itu langsung memeriksa Satria, dan setelah selesai dokter itu tidak menunggu lebih lama lagi, ia langsung menjelaskan semua kondisi Satria sambil melihat hasil gambar CT-scan di tangannya.
"Keadaan tubuh Satria baik. Tapi, otaknya belum sepenuhnya sembuh. Waktu kecil ia mengalami Amnesia sampai sekarang, itu termasuk waktu yang sangat lama, dan kerena benturan dikepalanya yang terjadi beberapa hari lalu itu juga mempengaruhi kondisi otaknya...,"
Dokter itu menarik nafas dalam lalu tersenyum lembut menatap mereka semua, semua yang mendengar itu lagi-lagi menangis.
"Tapi, kalian jangan bersedih seperti itu. Ingatan satria sudah limapuluh persen kembali, dan selanjutnya kalian sebagai keluarga yang harus menyemangatinya untuk sembuh dan jangan di paksakan."
Setelah mengatakan itu, dokter langsung tersenyum dan pamit keluar.
"Saya pamit dulu, masih ada pasien yang harus saya tangani. Secepat sembuh Satria dan ingat jangan paksa otakmu terus berfikir keras."
Dokter itu keluar dengan senyuman manis yang tidak hilang.
Sedangkan orang yang ada diruangan itu menghembuskan nafas lega.
Setidaknya kondisi Satria sudah membaik, dan yang lebih baiknya lagi Satria sudah kembali ke dalam pelukan mereka lagi.
Itu sudah cukup bagi mereka.
VOUS LISEZ
In Memory (On Editing)
Roman pour AdolescentsKenina adalah seorang gadis cerita dan juga sedikit usil, mungkin sedikit dalam artian kenina adalah amat sangat usil. Kisah kenina dimulai saat ia di keluarkan dari sekolah lamanya karena ia tidak sengaja men-jahili guru yang termasuk guru killer...
memory*19#2
Depuis le début
