memory*11

61 10 1
                                        

Panik.
Satu kata untuk Satria saat itu.
Ia terlalu pusing untuk memikirkan nya, akhirnya Satria membawa Kenina kerumahnya, kenapa?
Karena Satria tidak tau tepat letak nya rumah Kenina.

"kak, Kenina kok pingsan begini sih? Kakak apain kenina? "
Tanya Friska, iya Friska.
Karena rasa panik yang tinggi Satria menghubungi friska, padahal Satria tau bahwa friska sangat terpaksa disini.

"Gak tau, tiba-tiba di pingsan gitu aja. "
Jawab satria lirih.
"Maaf. "    sambung Satria dengan nada lirih lagi.

"Gak apa-apa kok kak, aku juga kangen sama dia. Ya jadi gak papa deh aku kesini. Sekalian bernostalgia."

Satria hanya tersenyum simpul dan ia langsung memeluk Friska dengan sayang.
Tapi acara pelukkan mereka terhenti ketika kenina mulai mengigau.

"Kakak.. Nina takut. "
"Satya.. Nina takut. "

Kata-kata itu terus terulang dari mulut kenina, keringat mulai bercucuran lagi di dahi nya.

Sejenak satria berfikir.

Satya? Kenapa nama itu seperti sangat membekas di hati aku ya??

Pemikiran demi pemikiran terlitas di ingatan satria, sampai membuat rasa pusing seketika  di kepala satria.

"Aggrrrhh. "
Satria meremas rambutnya kuat, dan sontak membuat Friska mengalihkan pandangan dari kenina ke Satria.

"Kakak kenapa?? "
Kepanikan Friska bertambah ketika melihat satria terus mencoba menahan rasa sakit di kepalanya.

"Kak?  Ayo aku antar kakak kekamar kakak. "

Friska dan Satria pergi keluar dari kamar itu.
Dan ketika itu lah juga Kenina tersadar dari pingsan nya.

Kenina masih terbaring lemah dikasur itu, tapi matanya terus meneliti kamar tersebut.

Sampai matanya tertuju pada sebuah frame, yang terdapat sebuah foto, dua anak laki-laki dan dua anak perempuan, tiga diantaranya  berseragam Smp.

"Naura? "
Kenina sangat terkejut ketika ia lebih meneliti foto itu, ia bangkit lalu meraih foto itu, mengerjap mata agar tidak salah akan penglihatan nya.

Tapi penglihatannya itu benar.

"Itu bukan Naura. "
Friska sudah berdiri dekat dengan Kenina,
Perkataan ambigu dari Friska membuat kening kenina berkerut.

"Bukan? "

"Iya. Dia itu Maura, kembarannya Naura. Tapi di sudah meninggal, dan Naura datang setelah Maura meninggal. Mereka memang terpisah karena kedua orang tua mereka juga pisah. "

Kenina hanya dia. Ia bingung harus berkata apa, dia penasaran. Tetapi Kenina merasa sangat tidak sopan jika kita bertanya tentang masa lalu seseorang.

"Sini duduk, akan aku ceritakan semua nya. "

Flashback on

"Hai Friska sayang. "
Seseorang menepuk pundak Friska dan duduk disebelah Friska sambil tersenyum lembut kearah Friska.

"Hai juga Fino sayang. "    Friska juga membalas senyuman dari fino dengan senyuman manisnya.
"Udah lama nunggu nya ya yang? Oh iya abang mana? "
Tanya Fino saat ia baru sadar bahwa cuma ada Friska disini.

"Iya udah lama, tadi kak Sat udah disini. Tapi Maura minta di jemput dan akhirnya kak Sat jemput dia deh."

"Oh gitu.. Tapi tumben abang mau jemput Maura."
Fino merasa curiga.

In Memory (On Editing)Where stories live. Discover now