Author pov
Kenina menjalankan harinya seperti biasa. Bangun tidur, mandi, sarapan, sekolah, dan seterusnya.
Seperti pagi ini. Setelah kemarin berpuas-puas tertawa karena ia habis menjalankan hobby-nya yang sempat terhenti dulu.
Kenina berjalan menuruni anak tangga sambil tersenyum lebar.
"Ngapain kamu senyam-senyum gak jelas begitu?!" pertanyaan yang mengintrupsi itu tertangkap jelas dan sadis ditelinga Kenina.
"heeheh adaa opaa.." jawab Kenina dengan senyum yang awalnya lebar menjadi senyum kikuk.
"Ditanya juga, malah ketawa gak jelas! Ayo cepat turun!"
"Iya opaa."
Selanjutnya Kenina bersama Rama opanya kedapur untuk sarapan.
Tapi belum sempat sampai di dapur Rama menghentikan langkahnya dan menahan lengan kenina suoaya ikut behenti.
Rama menatap curiga pada cucu kesayangannya itu, Kenina yang ditatap seperti itu merasa bahwa sebentar lagi akan ada introgasi yang menakutkan.
"ke-kenapa opa liat aku begitu??" tanya Kenina gugup.
"Jujur sama opa! Kamu gak lagi berbuat yang aneh-anehkan?"
"Berbuat aneh? Maksud opa apa?" jawab kenina masih dengan gugup yang melandanya.
"Kamu pasti mengerti dan tau maksud opa apa. Kamu gak berbuat kejahilan seperti dulukan?"
Mendengar pernyataan tersebut, Kenina langsung dibuat gelagapan akan pertanyaan opanya itu.
"Emm eng-enggak kok opa, Nina gak buat kejahilan lagi kok." ucap Kenina lirih.
"Opa pegang perkataan kamu itu. Tapi! Jika ada satu suratpun yang datang dari sekolah atas perbuatan kamu, opa gak akan tinggal diam! Opa akan hukum kamu sampai kapok!"
Jelas Rama yang membuat bulu kuduk Kenina merinding.
"Iyaa opa.." ucap Kenina lirih sambil mengembuskan nafas panjang.
Semoga tidak akan pernah ada surat atau laporan apapun dari sekolah, aamiin!
Setelah itu Rama dan Kenina menyelesaikan sarapannya, yang disana sudah ada Sinta yang menunggu.
"Morning girl." sapa sinta saat Kenina sudah duduk disebelahnya.
"Morning oma."
Dan merekapun menyenyelesaikan sarapannya dengan tenang.
*
Disetiap perjalanan dari awal Kenina berangkat kesekolah sampai sekarang ia sudah duduk pada bangkunya, Kenina terus saja berdo'a supaya kejadian kemarin tidak akan dipermasalahkan nantinya.
Dengan mata terpejam, tangannya terus bertautan, dan mulut Kenina terus merafal doa-nya.
Sampai doanya terhenti ketika Dimas datang dan mengangu dirinya.
"Hei! Emang kita lagi ada hafalan ya dari guru agama?"
Tanya Dimas pada Kenina, tapi Kenina hanya menatapnya sekilas dan langsung melanjutkan doa-nya.
Merasa diacuhkan dimas kembali bertanya.
"Eh kalau memang ada hafalan agama, lo gak usah cemas begitu kali, lagi pula kan pelajaran agamakan kemarin bukan hari ini."
"Kalau orang bicara di liat kek, hei, hellow, spada!"
Dimas terus saja berkicau agar Kenina bisa menoleh kepadanya.
Tapi tetap saja Kenina terus merafal doanya.
"Udah. Hafalanya disambung besok aja! Tuh didepan ada kepala sekolah, lebih baik perhatiin dulu kepala sekolahnya."
Degg. Kepala sekolah?
YOU ARE READING
In Memory (On Editing)
Teen FictionKenina adalah seorang gadis cerita dan juga sedikit usil, mungkin sedikit dalam artian kenina adalah amat sangat usil. Kisah kenina dimulai saat ia di keluarkan dari sekolah lamanya karena ia tidak sengaja men-jahili guru yang termasuk guru killer...
