Satria mulai menjalankan aksinya, sebenarnya ia tidak ingin mengikuti perkataan dari Friska, tapi entah mengapa jika sesuatu yang berhubungan dengan Kenina secara tidak langsung hati Satria merasakan ia harus ikut serta di dalamnya.
Seperti yang di perintahkan, hari ini Satria mengunakan mobilnya yang jarang sekali ia pakai.
Sudah 10 menit Satria menunggu Naura di dekat gerbang sekolah, dia memang belum memberi tau soal ini ke pada Naura. Serasa tidak masuk akal baginya jika tiba-tiba dia datang kekelas Naura dan mengajaknya pulang bersama, itu akan menjadi hal yang sangat aneh.
Jadi ia menjalankan aksinya sendiri.
Setelah menunggu lama akhirnya Naura-pun terlihat bejalan keluar gerbang, Satria hanya memperhatikan saja dan setelah memastikan Naura sudah benar-benar keluar ia segera bergegas menuju mobilnya.
Satria menyalakan mesin dan menjalankannya mobil-nya dengan tenang.
Sesaat kemudian ia melihat Naura sedang menunggu bus yang sering ia naik, dan tanpa menunggu lagi Satria langsung berhenti di depan Naura.
Ia menurunkan kaca pintu mobilnya, tersenyum lembut kearah Naura dan berkata.
"Sendirian? Ayo aku antar pulang, sekalian aku mau ketemu temanku yang rumahnya searah dengan rumah kamu."
Setelah mengatakan itu, Satria dapat melihat raut wajah Naura yang berubah.... Entah seperti apa, yang pasti ada rasa senang dan ketakutan?.
"Apa gak ngerepotin kamu?" tanya Naura ragu-ragu.
Satria tersenyum lagi dan mengeleng, ia langsung turun dari mobilnya dan menarik tangan Naura lembut, menuntut nya masuk kedalam mobil.
Hening..
Tidak ada pembicaraan antara mereka di dalam mobil itu. Mereka berdua asik dengan pemikiran masing-masing.
Sekitar 10 menit kemudian, ponsel Naura berbunyi dan sontak saja suara itu memecahkan keheningan yang terjadi.
Naura mengcek ponselnya.
Satria bisa melihat dari ujung matanya bahwa naura terlihat gelisah dan panik, ponsel terus berbunyi.
"Itu ponsel kamu angkat dong, mungkin penting. Daripada bunyi terus."
Satria mencoba mengurangi rasa curiga terhadap Naura.
Naura menatap sekilas kearah Satria, lalu menganguk.
Secepat mungkin dia langsung menjawab panggilan itu.
"Ha.., Hallo?...," Naura gelisah, bingung apa yang harus ia perbuat sekarang, orang itu terus menuntutnya melakukan itu. Sungguh naura menyesal telah menerima tawaran itu.
Tapi, dia juga tidak bisa menolak.
"Ada apa?." Satria bertanya setelah sambungan itu terputus. Raut wajah Naura masih sama seperti tadi, cemas.
"Gak apa-apa." Naura hanya menjawab seadanya, sungguh ia bingung saat ini.
Tidak ada lagi pembicaraan setelah itu, sampai mereka tiba di rumah Naura.
"Terima kasih kak, maaf udah merepotkan."
Setelah mengatakan itu Naura langsung turun dari mobil Satria, tanpa menoleh kebelakang lagi, ia langsung masuk kerumah nya. Bahkan untuk menawarkan mampir saja tidak.
Satria memakluminya.
*
Satria saat ini sedang duduk dibalkon kamarnya, duduk melamun. Entah apa yang ia pikirkan. Yang pasti itu sangat menjadi bahan pemikiran keras bagi Satria.
Hari memang sudah malam, tapi enggan bagi satria untuk masuk kekamar. Entah sudah berapa lama ia disitu.
Sampai akhirnya ia masuk kedalam kamar kembali dengan lesu, berjalan menuju pintu keluar kamar. Membukanya pun ia terasa malas.
"Ada apa ma?" tanya Satria pada mama-nya, Lili memeng sudah risau akan anaknya yang sedari tadi mengurung diri, akhirnya ia berinisiatif untuk menemui anaknya itu.
Mungkin memang Lili yang dibutuhkan Satria.
Saat ini, hanya pelukan sang mama-lah yang bisa menenangkan Satria.
"Mama gak di izinin masuk nih? Dari tadi kamu cuma mandangi mama aja."
Mendengar itu, Satria seakan sadar kembali kealam nyata. Ia pun menepi kesamping memberikan akses kepada mama-nya untuk masuk.
Setelah sang mama masuk, Satria menutup pintu kamarnya kembali. Tapi, tidak menguncinya.
Mereka duduk di sofa yang ada di kamar Satria, masih saling diam beberapa menit hingga akhirnya lili membawa Satria ke pelukannya, ia sungguh sayang pada Satria.
"Ada apa? Kamu gak mau cerita sama mama? Biasanya kamu selalu cerita semua masalah kamu ke mama."
Lili mengusap lembut rambut kepala satria, nyaman. Itu yang dirasakan satria saat ini.
Bebannya terasa lebih ringan, walaupun tidak hilang sepenuhnya.
"entah lah ma, aku juga bingung harus cerita apa."
Satria sungguh lesu untuk bercerita, lebih baik baginya untuk menikmati pelukan hangat mama-nya.
"apa ini ada hubungannya dengan kenina? Akhir-akhir ini mama sering lihat kamu bersama dia, dia juga sering kerumah bersama friska."
"mungkin iya ma, ini ada hubungannya dengan kenina. Aku selalu khawatir padanya, aku selalu memikirkannya, kenina selalu hadir didalam mimpi aku. Kenina bersama anak kecil dimimpi aku seolah mereka orang yang sama. Setiap satria bersama kenina, satria selalu merasa nyaman dan gak mau jauh, seolah-olah kenina itu punya hubungan dengan aku."
Mendengar itu lili hanya menghembuskan nafas gusar, ia juga bingung sekarang dengan anaknya.
"apa kamu suka sama kenina?"
Lili bertanya pada satria, ia menatap lekat mata anaknya itu.
Dan sebagai jawaban pertanyaan dari mama-nya satria mengeleng.
"satria gak tau ma, apa ini memang perasaan suka atau cuma sekedar peduli. Aku juga gak tau."
Satria langsung menatap lurus, mengalihkan pandangan dari mama-nya.
Lili mengusap kepala satria lagi, lalu bertanya.
"mama juga sering lihat kamu suka mengantar Naura pulang."
Mendengar itu sontak Satria menatap mama-nya lagi, kening nya berkerut tidak mengerti.
"mama tau kalau aku sering antar naura pulang? Mama kenal naura?"
Lili hanya tersenyum, "waktu itu Naura pernah kamu ajak kesini kan? Dan soal mama tau kalau kamu sering mengantar naura, itu memang pernah mama lihat waktu itu, besoknya, seterusnya, eh tapi tadi enggak."
Lili menjawab dengan santai, dan itu sukses membuat kerutan di kening Satria bertambah.
"Mama nguntit aku ya?"
Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Satria, Lili hanya tertawa garing.
"Diawal dan yang kedua mama gak sengaja lihat mobil kamu, kaca mobil kamu kan enggak gelap jadi mama lihat deh. Mama waktu itu mau beli cheesecake, kamu lupa kalau cafe langganan mama disitu?, terus besoknya lagi mama memang nguntit kamu. Soalnya mama penasaran, secara kan kamu gak pernah ajak anak gadis orang, baru Kenina sama Naura, itu sebabnya mama penasaran."
Satria hanya mengeleng tak percaya kepada mama-nya, sungguh mama yang ajaib. Tapi ia sungguh menyayangi mama-nya itu.
"Eh.. Mama mau tidur ah, udah malam nih. Kamu juga tidur ya sayang."
Lili berdiri dari duduknya, menatap Satria dengan senyum lembut lalu tangan nya tergerak mengusap sayang kepala Satria.
"Good Night, sayang."
Satria hanya membalas dengan senyuman, dan menatap mama-nya keluar dari kamar.
Setelah mama-nya keluar, Satria segera menjatuhkan dirinya di ranjang. Menatap langit-langit kamarnya yang putih.
Apa benar aku suka sama kenina?
Tbc.
ESTÁS LEYENDO
In Memory (On Editing)
Novela JuvenilKenina adalah seorang gadis cerita dan juga sedikit usil, mungkin sedikit dalam artian kenina adalah amat sangat usil. Kisah kenina dimulai saat ia di keluarkan dari sekolah lamanya karena ia tidak sengaja men-jahili guru yang termasuk guru killer...
