memory*13

69 9 0
                                    

Kenina masih bergelung malas di dalam selimutnya, hari ini pun sama seperti kemarin. Kenina ingin membolos.

Tapi, sedari tadi ia terus berusaha menulikan telinganya dari ketukan, eh bukan. Tapi sebuah gedoran yang sangat menganggu tidur Kenina.

"Kenina ayo cepat bangun, kamu mau bolos lagi huh!! Gak akan Opa biar kan!! Ayo cepat bangun!! "

Ck!! si Opa tau aja!

Kenina bangun secara tiba-tiba, bukan karena Opa nya yang terus mengedor pintu, tapi karena gedoran pintu itu sejenak terhenti dan kemudian terdengar ketukan yang pelan.

"Kenina ayo bangun, aku udah lama nih nungguin kamu."

Suara itu?  Satria?

Kenina beranjak sepenuhnya dari tempat tidurnya dan berjalan tergesah menuju pintu.

"Kok? Kamu ada disini Sat? "
Tanya Kenina bingung, setelah membuka puntu kamarnya tadi, Kenina hanya memandang Satria yang berdiri di hadapannya sambil tersenyum.

"Aku mau jemput kamu, emang gak boleh? "
Jawabnya santai.  Satria masih tersenyum tapi senyuman nya itu berubah menjadi senyum miring.

"Ck!  Senyumnya biasa aja deh Satya! "
Gerutu Kenina sambil bersedekap dipintu.

Mendengar perkataan Kenina tadi itu, membuat Satria hanya diam memandang lurus kearah Kenina, sekelebat bayangan anak kecil terlihat di pikirannya.

Kenina yang manyadari Satria hanya dia bak patung, hanya menangapi dengan mengeryitkan kening nya.
Sampai tiba-tiba Kenina teringat kata-kata nya barusan.

Astaga! Salah sebut lagi nih!

"Eh Sat kok melamun sih! "
Kenina mencoba mengalihkan pemikiran Satria saat itu,  dan berhasil.

"Hah?  Emm.. Kamu kok masih disini?  Sana cepat mandi! "
Ketus Satria, dia tidak ingin ketauan oleh Kenina kalau dia sedang memikirkan nya.

"Iya. "
Kenina masuk lagi kekamar nya, dan Satria turun lagi kebawah.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Kenina untuk bersiap diri.
Dan sekarang dia sudah berdiri dihadapan Satria.

"Udah?  Ayo pergi sekarang, kita udah telat nih. "

Satria menarik tangan Kenina menuju halaman depan rumah.
"Eh tunggu dulu, aku belum izin sama opa dan oma. "

Kenina sudah mau berjalan masuk rumah, tapi tidak jadi karena Satria mengatakan sesuatu dibelakangnya.

"Apa?"

"Aku sudah izinin kamu sama opa dan oma kamu tadi. Udah yuk berangkat ini sudah jam berapa! "

"Oh oke. "

Mereka menaiki motor yang dibawa oleh Satria, dalam waktu 15 menit mereka sudah memasuki halaman sekolah mereka.

Satria merangkul pundak Kenina, mereka berjalan menuju kelas sambil sesekali tertawa, dengan entah apa yang mereka bicarakan.

Mereka mungkin tidak tau jika saat ini mereka tengah ditatap sini oleh seseorang yang sedari tadi memperhatikan mereka.

Tunggu saja apa yang nanti akan aku perbuat  pada Kenina.

Dan masih dengan senyum sinis orang itu pergi meninggalkan pelantaran parkir itu.

.
.

Waktu demi waktu berlalu, dan di sinilah kenina berada, ia sedang berjalan menuju kelas di sebelahnya.

Ia ingin menemui sesorang.

"Hai Naura? "
Naura yang tadi sangat fokus pada handphone menjadi terkejut mendengar sapaan itu.

Ia mendongak dan mendapati Kenina yang berdiri di hadapannya dengan senyum manis khas Kenina.

"Eh Kenina, ada apa? "
Tanya Naura, yang kini sudah terlihat lebih tenang sedikit.

"Aku mau aja kamu kekantin, yuk kita kekantin. "

"Hmm, maaf tapi aku gak mau kekantin, ada urusan penting jadi gak bisa deh. "

Naura menunduk lalu mendongak lagi.
"Maaf ya sekali lagi, aku harus keluar sekarang."

Kenina hanya menatap aneh kepergian Naura yang terlihat sangat panik dan takut.

Bukannya Naura gak pernah berurusan dengan handphone? Tapi tadi kenapa di terus fokus pada handphone nya?
Aku curiga, jangan-jangan perkataan friska benar?
Ah gak mungkin, tapi..
Ah sudahlah aku bingung. sekarang lebih baik aku ketaman sekolah, sekalian bisa jahilin Satya.

Satria tidur dengan damainya di bangku taman itu, tempat yang sangat cocok untuk beristirahat karena terdapat pohon yang cukup lebat dan membawa angin sejuk.
Itulah sebabnya Satria mudah sekali tertidur disitu.

Kenina yang melihat pemandangan Satria yang tertidur itu berniat melakukan sesuatu pada Satria.

Ia berjalan mendekat.... hampir dekat... Sangat dekat..  Dan...

"Eh! Nin kenapa kamu jalan mendap-medap gitu?!  Kayak maling aja!"

Kenina terkejut, sangat terkejut malah.
Niat awalnya dia ingin mengaget satria gagal total, malah sekarang jantungnya yang dibuat berdegup kencang oleh kejutan yang di buat Friska.

"Ah, kamu Ka! Aku kaget tau! "

"Maaf.. Abisnya kamu jalan kek gitu, hayo mau ngapain?  Mau jahil lagi yaa?? "

Kenina gelagapan mendengar pernyataan dari Friska, dan itu membuat Kenina tersenyum kikuk.

"Hehe tau banget sih kamu. "

Dan merasa tidur nya terganggu, Satria mencoba membuka matanya. Untuk sekedar melihat siapa yang sedang berisik dan mengangu tidurnya.

"Eh kalian kenapa disini? "
Satria sudah duduk dan menatap kedua orang yang mengangu itu

"Yee.. emang kami gak boleh disini! "
Friska membalas perkataan Satria dengan sewot.

"Iya enggak sih,  tapi..  Yaudah deh serah kalian. "

Satria kalah telak saat ini, ia begidik ngeri melihat tatapan Friska yang ingin membunuh itu.

"Haha, Ka tatapan lo tajam amat, liat tu Satya jadi takut. "
Kenina mengucapkan nama Satya lagi tanpa ia sadar.

"Heh nin!  Kok dari kemarin perasaan aku kamu panggil kak Satria dengan Satya sih? Heran deh gue."

Ups!!  Salah lagi.

"Hehe, maaf nih lidah gue emang sering kepleset gitu, jadi Satria berubah jadi Satya deh."
Elak Kenina, dan Friska percaya saja toh dia tidak tau apa-apa tenang Satria atau Satya.

"Hmm.. Tapi Nin, setiap kamu sebut nama Satya kenapa tiba-tiba hati aku kayak familiar gitu ya dengan nama itu, kaya ada sesuatu gitu."

Satria mencoba menyuarakan isi pikirannya.

"Maksudnya apa kak Sat? "
Friska masih tidak mengerti dengan perkataan ambigu Satria.

Iya lah kak, lo pasti sangat kenal dengan nama itu.

"Maksudnya kakak, setiap Kenina sebut nama Satya tiba-tiba kakak selalu ingat dengan mimpi kakak tentang anak kecil itu Ka, lo tau kan mimpi kakak itu. "

"Ooh yang itu, tapi.. Ah mungkin itu cuma lewat aja kak, udah gak usah dipikirin. Yang harus dipikirin itu si Naura. "

"Lah! ada apa dengan naura?? "

Baik Satria maupun Kenina, mereka sama-sama penasaran akan hal tentang Naura.

"Tadi.. Friska liat dia itu kayak nelpon seseorang gitu, dia kan gek pernah terlihat mengang handphone apa lagi menggunakannya, bukan dia ga mampu sih. Tadi aku samar-samar dengar kalau dia ngomong. 'Aku pasti akan melakukan itu'. entah apa yang mau dia lakukan, tapi kak.. Aku takut itu akan berhubungan dengan Kenina atau pun kakak."

Kenina terkejut mendengar penuturan oleh Friska, ia juga penasaran apa yang tengah dilakukan oleh Naura.

Apa yang mau dilakukan oleh Naura?  Tapi kok aku juga di ikut serta kan dalam masalah ini.

.
.
.

In Memory (On Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang