Arsensha 14 - Aku Sayang Kamu

Начните с самого начала
                                    

"Arvin, kamu makan ya? Dikit aja," kataku padanya. Kini aku sednag duduk di ranjang Arvin, menemaninya tidur dan memohon kepadanya untuk mau makan.

Dia seperti bayi kecil saja yang menolak untuk makan. Harus menggunakan cara apa lagi agar ia mau makan? Padahal aku sudah datang ke mari demi dirinya.

"Nggak mau sayang. Itu makanannya pahit banget." Arvin menggeleng berusaha menjauhkan sendok yang kuarahkan padanya. Dia membuang pandangannya jauh dari sendok itu.

"Iya aku tau, Arv. Tapi kalau kamu gak makan, nanti kamu gak punya tenaga. Dikit aja, gapapa kok. Asal ada makanan yang masuk ke mulut kamu," ujarku lagi. Aku terus merayunya agar mau makan. Tapi memang dasar dia keras kepala, tetap saja tidak mau membuka mulutnya.

"Pahit, sayang."

"Yaudah kalau kamu gak mau makan, aku pulang aja."

Aku meletakkan piring yang kupangku tadi di atas nakas samping ranjang milik Arvin. Percuma saja membujuknya. Dasar keras kepala.

"Jangan ... aku butuh kamu, sayang. Please, jangan pergi." Arvin berusaha mencegahku untuk pulang. Dia mencekal tanganku. Aku tahu, mungkin saja aku bisa melawan Arvin, karena aku yakin kalau Arvin tidak memiliki tenaga.

"Makanya kamu makan ya, Arv?" kataku lagi masih membujuknya.

Terlihat Arvin seperti berpikir, wajahnya pucat dan sejak tadi dia mengeluarkan keringat dingin.

"Iya, tapi habis makan, kasih aku vitamin C ya dari kamu? Kemarin kan gak jadi, sayang." Arvin masih saja mengambil kesempatan dalam kesempitan.

"Gampang. Yang penting kamu makan." Nanti saja kupikirkan bagaimana menghindari masalah yang satu itu. Setidaknya Arvin mau makan dan minum obat.

Aku menyuapi Arvin. Memang harus sabar mengahadapinya. Setiap aku menyendokkan makanan ke mulutnya, dia selalu sengaja agar mulutnya celemotan. Kesempatan itu ia gunakan untuk memintaku membersihkan makanan yang menempel di sudut bibirnya. Terkadang Arvin menggigit jariku. Jahat memang.

"Ini kamu minum dulu," kataku. Aku memberikan segelas air mineral pada Arvin. Ia meminumnya dengan sangat lahap. Setelah itu aku memberikan obat padanya.

Nah, kalai gini kan dia udah makan dan minum obat.

"Sekarang mana vitaminku?" Arvin menagih janjiku. Dan ini masalah terbesar yang kuhadapi.

"Nanti dulu. Aku ke bawah naruh piring sama gelasnya dulu ya." Aku bersiap mengambil piring dan gelas milik Arvin. Tapi aku belum menyentuhnya tiba-tiba Arvin bangun dan mengambil nampan yang hendak kubawa. Ia membawa nampan itu ke bawah. Sebelumnya ia mengunci pintu kamarnya.

Hei? Jadi aku sekarang dikurung di sini?

Aku mencoba membuka pintu yang terkunci, namun Arvin sama sekali tidak membukakannya. Sampai aku mendengar suara langkah kaki. Mungkin itu Arvin. Aku mundur perlahan dan kembali ke posisiku.

Ternyata benar, itu adalah Arvin. Arvin masuk ke dalam kamar, dan untungnya dia tidak mengunci kembali pintu itu.

"Sekarang kamu tepati janji kamu. Aku udah membawa piring dan gelas tadi ke bawah." Arvin berjalan mendekatku ke arahku.

"Tapi, aku ngantuk." Alasan yang kurang bagus. Tapi aku terpaksa menggunakan alasan itu. Aku sudah tidak mempunyai stok alasan lagi.

"Kalau kamu gak ngasih vitamin yang kuminta, kamu harus tidur di sini."

"Gila kamu. Bahkan kita belum nikah, Arv."

"Itu malah bagus. Dengan begitu kita akan segera menikah. Kamu tinggal pilih. Memberikan vitaminku atau kamu tidur di sini," paksa Arvin. Dia lagi sakit masih saja bisa mengancam orang.

🍋 ARSENSHA (END) 🍋 Место, где живут истории. Откройте их для себя