"Tit.... Titit.... Tititit.... Titit...." ECG berbunyi seirama sesuai dengan hembusan nafas Joy yang teratur.

Yuki terjebak macet membuatnya ketakutan dan terus menghubungi Shain untuk tahu keadaan Joy yang belum keluar dari ruang ICU. Ia makin kuatir mendengar kabar yang belum pasti dan seketika lega saat mobil melewati kemacetan panjang.

"Tuhan.... selamatkan Joy" Doa Yuki dalam hati

Gerbang rumah sakit telah dilewati dan akhirnya mereka sampai dilobby rumah sakit. Begitu mobil berhenti di depan lobby, Yuki langsung keluar seperti orang kesetanan berlari cepat menuju ruang ICU yang terletak di lantai 8. Ia menunggu lift namun lift terasa berjalan lambat membuatnya mengambil jalan pintas menaiki tangga darurat.

"TITITITITITITITITIT......" ECG berbunyi nyaring disertai tubuh Joy yang berguncang hebat dan darah mengalir deras dari hidung hingga mengotori masker oksigen membuat dokter sedikit panik. Suster segera menggantinya dengan masker yang baru sesuai instruksi dokter.

Yuki terus menaiki tangga dan menunjukkan lantai 7 membuatnya berhenti sejenak untuk bernafas, tapi rasa cintanya mengalahkan rasa lelahnya dan terus menapaki tangga sedikit demi sedikit untuk menemui calon suaminya yang ada di ICU sekarang.

Tubuh Joy mendadak berhenti berguncang diiringi nafas yang berhembus panjang meninggalkan sedikit senyum di bibirnya "Tiiiiiiittttt........" Alat ECG berbunyi nyaring spontan suasana diruang ICU kembali tegang.

"Siapkan Defibrilator segera!" Titah Dokter seketika suster mengambil alat kejut jantung yang sudah ada di samping bangkar tempat tidur ruang ICU. Suster melepas sensor pencetak denyut jantung dan menggantikannya dengan perekat sensor defibrilator. Ia mengolesi gel di dada Joy lalu mengaktifkan defiibrilator.

"Sudah Dok"

"Siapkan Adrenaline" Perintah Dokter dan Suster langsung menyiapkannya. Dokter menyuntikkan Adrenaline pada jantung Joy dengan sekali suntikan dan satu dokter spesialis yang lain memegang handle defibrilator.

"Siap! 120 Joule " Tutur Dokter melatahkan Suster mengoperasikan volume defibrilator ke 120 joule dan siap dipakai.

"Baik hitungan ketiga... satu dua tiga!" Dokter memberi instruksi

Tubuh Joy terangkat "Tiiiiiiiiiiiiittttt......." Namun denyut jantung Joy tak terangsang membuat dokter mengambil resiko "Naikkan volume rangsangnya ke 200 Joule"

"Baik"

"Siap!"

"Hitungan ke tiga, satu..... dua....tiga...."

Tubuh Joy terangkat kala menerima rangsangan namun tak ada reaksi apapun darinya. Usaha dokter sudah pada tahap akhir dimana volume defibrilator sudah hampir mendekati maksimal namun tubuh Joy tak turut bereaksi terhadap alat tersebut.

"TIIIIIIIIIIIIIIIIIITTTTTTTTT................." Defibrilator tetap memberi respon sama seperti sebelumnya membuat dokter dan seluruh jajaran yang ada ditempat hanya bisa pasrah.

Yuki kini sudah ada dilantai 8 dan hampir menuju ruang ICU. Ia merasa kakinya akan putus karena menaiki tangga yang banyak. Keadaannya sudah berantakan namun langkahnya belum berhenti menuju tempat Joy dirawat.

"Pasien tidak bisa diselamatkan" Ucap Dokter membuat jajaran lainnya mengerti

"Catat waktu kematiannya" Imbuh sang dokter

"Baik dokter" Suster mengambil rekam medik dan mencatat waktu kematian Joy. Suster melepas semua atribut yang ada di tubuh Joy dan membersihkan sisa gel ditubuhnya. Kini mereka hanya bisa pasrah dan menghadapi kenyataan bahwa Joy dinyatakan meninggal dunia.

NOT LOVE STORY - DestinyWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu