"Mengapa? Hanya karena aku pernah bikin adeknya patah hati?"

"Jahat banget sih, kamu ngucapin itu tanpa ada rasa bersalah. Hebat sekali!" Sindir Arumi sembari berusaha menarik tangannya dari genggaman Jeremy. "Lepasin, tanganku sakit!" Pinta Arumi memelas.

"Terima dulu tawaranku, baru kulepas, Arumi!"

"Jangan beraninya kau menyebut-nyebut namaku. "

"Memangnya mengapa? ARUMI??"

ARUMI langsung membekap mulut Jeremy agar dia bisa diam.

"Arumi?" Ucap seseorang yang berdiri dibelakang Jeremy.

Betapa kagetnya Jeremy dan Arumi saat mereka dipergoki oleh Azhari, pemilik motor yang masih diparkir disamping mereka.

Mereka tak bisa berkata apa-apa, Azhari mungkin saja sudah mendengarkan semuanya.

"Bukannya namamu Arum?"

Flashback Off

Arumi masih ingat gara-gara Jeremy dia kena prospek sama Azhari selama satu jam bersama dengan Jeremy. Tapi syukurnya, Arumi tidak harus kencan lagi dengan Jeremy karena mereka sudah ketahuan. Dia tak akan pernah sudi kencan dengan laki-laki itu. Tapi, mengapa Om Azhari itu tidak melaporkannya ke rektor?

Azhari berusaha bersikap tenang dihadapan Iqbal agar suasana pesta tak menjadi keruh. Dia baru ingat kalau suami Nina sangat posesif dan cemburuan seperti Abg yang baru mengenal Cinta. Namun, meskipun begitu Iqbal tak pantas cemburu padanya, bukankah Iqbal sendiri yang mengundangnya kesini sebagai kejutan kepada Nina?

Suasana tegang itu buyar saat tiba-tiba Iqbal tertawa geli. "Hahaha.. lucu sekali!" Aku nggak marah kok sayangku.. tadi, aku cuma bersandiwara.."

"Apaan sih mas? Iseng banget!"

Kemesraan mereka berdua menjadi pemandangan yang menyakitkan bagi Azhari. Mereka tidak menyadari itu, tapi Arumi yang sedari tadi memperhatikan Azhari jadi curiga sebenarnya apa hubungan Azhari dengan ibunya? Jika memang cuma sahabat, mengapa Azhari terlihat seperti itu?

Azhari mengalihkan pandangannya kearah Arum dan mendapati Arumi sedang 'bersembunyi' dibelakang Arum. Azhari tersenyum padanya, sementara Arumi jadi salah tingkah dan membalas senyuman Azhari dengan ragu.

Suasana menjadi riuh kembali saat 3 mobil sampai dipesta Arum. Ketika mereka semua keluar, Aslan sangat terkejut. Keluarga besarnya dari Turki datang untuk ikut menyaksikan pertunangan Aslan. Padahal sebelumnya mereka berkata kalau mereka tak akan bisa datang karena konflik yang sedang memanas di Turki.

Tak terkira betapa bahagianya Aslan dan kedua orang tuanya atas kedatangan mereka. Nina dan Iqbal langsung menyambangi keluarga Aslan dengan perasaan bangga bahwa betapa berharganya ikatan Aslan dengan putri mereka bagi keluarga Aslan.

Arumi menggunakan kesempatan ini untuk kabur namun Azhari segera bergerak dan menghalangi langkahnya.

"Mau kemana?" Tanya Azhari sambil memegangi tangan Arumi.

Jantung Arumi jadi kacau, Jeremy dan Azhari, mengapa mereka berdua berhasil membuat Arumi degdegan seperti ini??

"Ke kamar kecil pak, kebetulan acara tunangannya belum dimulai. Saya harus cepat nih pak! Permisi..!" Setelah mengatakan itu Arumi langsung lari dan menghilang dibalik dinding menuju kamar mandi tamu.

"Hmm, dia pasti masih takut denganku!" Fikir Azhari. Dia merasa haus karena sejak tadi dia belum minum. "Pelayan!" Panggil Azhari kepada seorang waitress wanita yang berdiri tak jauh darinya dan membawa sebuah napan berisi minuman.

"Iyah pak?!" Sahut wanita itu dengan suara lemah. Tubuhnya yang pendek terbantu oleh hak sepatunya yang tinggi. Azhari berfikir apakah wanita itu tidak lelah memakai sepatu seperti itu? Meskipun dia memakai hak setinggi 20 cm, semua orang juga tau kalau dia itu pendek.

Pelayan itu mendekat dan dinapannya hanya tersisa satu gelas, mau tak mau Azhari akan mengambil itu. Azhari mencermati wajah perempuan itu, dia tampak pucat dan lingkaran hitam dimatanya terlihat sangat jelas meskipun sudah berusaha ditutupi dengan bedak yang tebal.

"Kau sakit?" Tanya Azhari prihatin.

"Nggak kok pak, cuma kurang tidur!" Dari suaranya saja Azhari tau kalau wanita ini tidak baik-baik saja.

"Oh, terima Kasih!" Ucap Azhari setelah mengambil gelas itu dari napan. Pelayan itu baru saja ingin berbalik, namun sepertinya dia kehilangan keseimbangan. Napan yang dibawanya terjatuh, dan seketika tubuhnya limbung kebelakang. Dengan sigap, Azhari langsung menangkapnya sebelum terjatuh kelantai.

Semua orang dikejutkan oleh suara napan yang terjatuh dan melirik kearah Azhari.

"Kenapa dia?" Para tamu jadi semakin ricuh karena insiden itu termasuk keluarga Aslan.

***
Arumi baru saja keluar dari kamar mandi saat Azhari menggendong pelayan yang pingsan itu kekamar tamu dilantai dua diikuti oleh Iqbal dan Nina. Sementara Aslan dan Arum tetap ditempatnya karena mereka tak mungkin meninggalkan tamu disana.

Arumi ingin ikut melihat keatas, tapi seseorang menahannya.

"Segitu cemburunya sama pelayan itu, sampai-sampai kamu mau nyusul kesana!" Sindir orang itu.

"Jeremy, kamu! Jangan sok tau deh..!" Arumi berusaha melepaskan tangannya namun Jeremy tidak memberi kesempatan padanya untuk kabur.

"MOHON PERHATIAN SEMUANYA!" Teriak Jeremy dan dalam sedetik mereka sudah jadi pusat perhatian disana.

"Kamu mau apa sih Jeremy?"

Jeremy membisikkan sesuatu dan sepertinya Arumi tidak nyaman dengan apa yang dikatakan Jeremy. Dia seperti diancam oleh Jeremy, tapi karena takut Arumi langsung pura-pura tersenyum kepada semua orang.

"Di hari yang bahagia ini, saya ingin melakukan sesuatu yang ingin saya lakukan sejak lama." Sesaat setelah mengucapkan itu, Jeremy langsung berlutut didepan Arumi tanpa melepas tangan Arumi.

"Gadis ini, dia mencuri perhatianku sejak kami pertama kali bertemu di Jerman dengan senyuman manisnya. Dia begitu ceria, berbeda dengan dirinya yang sekarang. Aku merasa bersalah untuk itu, karena sebelumnya aku pernah membuatnya terluka..." Jeremy menggantung ucapannya dan terus menatap wajah Arumi yang merah padam.

"Saat ini, aku ingin memperbaiki kesalahpahaman itu dan meminta maaf padanya. Apakah kau memaafkanku?"

Arum dan Aslan beserta yang lain sangat antusias menanti jawaban dari bibir Arumi. Arumi mengangguk dan suasana menjadi ramai dengan sorakan orang-orang disana. Tapi Arum sama sekali tak percaya dengan hal itu.

"Menikahlah denganku!"

"Hah? Jangan gila Jeremy. Kita masih terlalu muda!" Ucap Arumi.

"Bukan sekarang, tapi berjanjilah untuk menikah denganku. Hanya denganku!" Ucapan Jeremy terdengar seperti paksaan bagi Arumi.

"Ya Tuhan, dia memanfaatkan kesalahanku untuk mendapatkan kesempatan ini. Apa yang harus kulakukan?" Batin Arumi gelisah.

"Ba..ba..baiklah!" Jawab Arumi terbata-bata.

"Arumi? Ada apa ini?" Itu suara Iqbal yang masih berada dilantai dua.

"Aduhh.. bagaimana ini?"

#tbc
Maaf, updatenya telat banget..

My Bride (Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang