Officially Missing You,Too

12.4K 608 41
                                    

All I hear is raindrops
Falling on the rooftop
Oh baby tell me why'd you have to go
Cause this pain I feel
It won't go away
And today I'm officially missing you
I thought that from this heartache
I could escape
But I fronted long enough to know
There ain't no way
And today
I'm officially missing you

Oh can't nobody do it like you
Said every little thing you do
Hey baby say it stays on my mind
And I, I'm officially

All I do is lay around
Two ears full tears
From looking at your face on the wall
Just a week ago you were my baby
Now I don't even know you at all
I don't know you at all
Well I wish that you would call me right now
So that I could get through to you somehow
But I guess it's safe to say baby safe to say
That I'm officially missing you

Well I thought I could just get over you baby
But I see that's something I just can't do
From the way you would hold me
To the sweet things you told me
I just can't find a way
To let go of you

Tamia - Officially Missing You

***
Gerimis mulai turun sesaat sesudah Ashar, kala itu Iqbal sudah bergerak meninggalkan masjid dan mengemudikan mobilnya kerumah sakit. Jalanan sangat macet dan tak terkendalikan hingga Iqbal memutuskan untuk berbalik arah, kembali kerumah sebelum kendaraan dibelakangnya semakin ramai.

Ditengah perjalanan, tiba-tiba ban kiri belakang mobil Iqbal pecah. Sepertinya ada saja yang menghambat perjalanan Iqbal daritadi. Dia semakin kesal karena kebetulan hari ini dia tidak membawa ban serap. Kebetulan yang tidak menyenangkan baginya.

Iqbal segera menghubungi bengkel langganannya seperti 16 tahun yang lalu agar mobil ini diderek oleh mereka ke bengkel dan dia akan pulang naik bus.

"Bus?" saat memikirkan kata bus Iqbal mengingat kalau apartemennya dekat dari sini dan halte pertama yang dijumpainya juga hanya beberapa meter dari tempat mobilnya mogok. Semua terasa seperti deja vu baginya.

Hujan semakin deras saat Iqbal menunggu bus di halte membuatnya menggerutu tak jelas diantara kerumunan orang-orang yang berdiri disekelilingnya. Parahnya saat bus berhenti dihalte, semua orang berebutan untuk masuk dan dia yang mengalah untuk masuk paling akhir hingga dia harus berdiri karena tidak punya kursi kosong untuk diduduki. Persis seperti malam itu. Dia semakin yakin waktu sedang 'mempermainkan' perasaannya saat ini.

Selama didalam bus, Iqbal menatap keluar dan tidak ingin menatap lurus kedepan agar dia tidak memikirkan bayangan Nina yang sedang berdiri membelakanginya sekarang. Semakin dia mencoba menepis, semakin bayangan Nina melekat difikirannya dan itu sangat menyiksanya.

Cobaan bertambah lagi saat Iqbal turun dihalte dekat apartemen Nina dan gang itu. Iqbal berusaha untuk tidak menoleh dan melewati gang itu begitu saja. Tapi rasa rindunya memaksanya untuk melirik rumah Nina yang dulu dan menghentikan langkahnya. Dia meneliti rumah itu sudah banyak berubah, terutama warna cat, dan pagar rumah itu. Di depannya terparkir sebuah mobil merah membuat Iqbal berkesimpulan kalau saat ini ada seseorang dirumah Nina.

Tanpa menghiraukan pakaiannya yang basah karena guyuran hujan, Iqbal meneruskan langkahnya memasuki gang itu dan mendekati rumah Nina. Dari jauh, Iqbal bisa melihat kalau pintunya tidak terkunci dan hanya dirapatkan sedikit. Iqbal memandangi rumah itu sebentar saja dan akan berbalik saat sebuah bola berguling dan menyenggol sepatunya.

Didepan pintu itu sudah berdiri seorang anak kecil berusia sekitar 6 tahun sambil menatap bolanya yang tergeletak didekat kaki Iqbal.

"Om.. Itu bolaku." ujar anak itu dengan tatapan polosnya.

Iqbal menunduk untuk mengambil bola itu dan berjalan memasuki pagar lalu menyerahkan bola itu kepadanya sambil tersenyum hangat.

"Terima kasih om!"

My Bride (Finished)Onde histórias criam vida. Descubra agora