Rumit

10K 388 11
                                    

"Azhari? Ya Allah.. benar kan Azhari??" Ujar Nina berulang-ulang sembari melangkah mendekati Azhari dengan wajah berbinar-binar. Bedanya, Azhari menatap nanar pada Nina. Seakan-akan dia ingin menangis, sebuah kerinduan membuncah terlukis dikedua bola matanya, berusaha untuk menyembunyikan kesedihannya.

Tanpa bisa menahan dirinya, Nina langsung memeluk tubuh sahabatnya itu erat-erat dan Azhari membalasnya. Tentu saja Iqbal, Arumi dan Arum tercengang melihat sikap Nina.

"Ehem..!" Iqbal berdehem lalu menarik Nina dari pelukan Azhari dengan wajah memerah karena cemburu.

"Astaghfirullah! Maaf mas, aku nggak bisa mengendalikan diriku!" Ucap Nina pelan dengan kepala tertunduk.

Suasana menjadi tidak enak, Arumi yang bersembunyi dibelakang Arum mengamati raut wajah Azhari lekat-lekat.

"Apa aku salah lihat? Om Azhari yang dimaksud adalah dosen waktu itu? Mampus aku!" Batin Arumi sambil menepuk jidatnya.

Dosen yang juga sahabat mamanya itu sudah menangkap basah Arumi telah menyamar menjadi Arum karena ulah Jeremy. Jika saja Jeremy tak mengenali dirinya dan mengikutinya ke parkiran hingga Azhari mendengar percakapan mereka, mungkin dia tak akan ketahuan..

Flashback On

Kuliah sudah selesai, Arumi bersikap setenang mungkin dan berusaha meniru cara berbicara Arum, caranya tersenyum dan caranya berjalan agar teman-teman Arum tidak menaruh curiga padanya. Apesnya, saat pulang Jeremy mencegat Arumi didepan pintu kelas, lalu menahan Arumi tetap bersamanya hingga semua orang pergi.

"Apaan sih? Jangan halang-halangi jalan gue deh! Gue mau pulang!" Ucap Arumi setengah berteriak.

"Aku gak akan ngasih kamu pulang, Arumi!!"

Arumi sedikit tercengang karena Jeremy bisa mengenalinya. "Apaan sih, gue tuh Arum, bukan Arumi. Minggir nggak??"

Jeremy bukannya menyingkir, dia semakin mendekatkan wajahnya ketelinga Arumi dan membisikkan sesuatu.

"Jangan ngelak lagi deh Arumi. Tadi jelas-jelas aku liat Aslan lagi kencan di kafe. Nggak mungkin kan Aslan kencan sama Arumi, mesra-mesraan lagi."

Arumi memiringkan badannya untuk memperjauh jaraknya dengan Jeremy lalu menatap Jeremy dengan tatapan sangat kesal. "Trus, kalo memang gue Arumi, lo mau apa? Lebih baik lo pergi deh, perih mata gue ngeliat lo."

"Perih? Oh iyah, kau selalu menangis karenaku, ya kan? Jujur saja, kau Cinta padaku..!"

Arumi hampir saja menampar Jeremy jika Jeremy tak menangkis tangan Arumi dan malah menarik tubuh Arumi hingga mereka berdiri sangat dekat. Jantung Arumi deg-degan, sementara Jeremy tersenyum nakal melihat ekspresi Arumi yang gugup saat ini.

"Lepasin nggak!" Teriak Arumi. Diparkiran hanya ada mereka berdua dan satu motor yang belum dijemput pemiliknya, jadi Arumi tidak bisa minta tolong pada siapapun sekarang. Jujur, Arumi takut dengan tatapan tajam Jeremy padanya.

"Nggak akan. Aku bisa saja melaporkan tindakan kalian ke rektor, tapi aku tidak akan mengatakannya dengan satu syarat."

"Syarat? Lo ngancam gue??"

"Nggak, aku cuma mau bikin negosiasi denganmu. Jika kau mau kencan denganku malam minggu ini, aku tak akan memberi tahunya."

"Aku nggak mau!" Tolak Arumi.

"Oh, sekarang cara bicara aslimu sudah kembali. Tadi kamu masih pake Lo Gue, buat yakinin bahwa kamu memang Arum."

"Asal kamu tau, Arum cuma memakai istilah itu untuk dirimu, karna dia nggak ada respek sedikitpun denganmu."

My Bride (Finished)On viuen les histories. Descobreix ara