Hujan yang Ternoda

30.2K 1.2K 8
                                    

Iqbal POV

"Apa yang terjadi?" Aku sangat penasaran. Kubawa mobilku memasuki gang itu. Setelah parkir disamping rumahnya, aku bergegas turun. Semua orang melihatku bagaikan melihat artis, mereka terheran-heran. Aku pengganggu suasana sepertinya.

Kumasuki rumah kecil itu dan pemandangan yang menyayat hati terpampang didepanku. Gadis itu tak henti-hentinya menangisi jasad laki-laki yang baru ku tau itu adalah ayahnya. Ibu-ibu disampingnya berusaha membesarkan hatinya. Aku terhanyut. Tanpa sadar air mataku pun jatuh melihatnya menangis. Aku teringat ayahku. Dia juga sedang berjuang melawan penyakit kanker paru-parunya selama 1 tahun ini. Satu hal yang harus ku lakukan untuk ayahku adalah memberikannya menantu dan cucu. Tapi, aku tidak ingin memikirkan ini sekarang.

***

"Halo, Hendra? Gue lagi ada urusan. Tunda aja rencana date nya lusa. Kalo dia gak sabar, dia bisa cari laki-laki lain." Aku langsung menutup panggilan dari Hendra karena aku ikut ke tempat pemakaman alm. Ayah Nina. 5 orang ibu-ibu tetangganya menumpang di dalam mobikku sekarang.

"Adek ini punya hubungan apa sama si Nina?" Tanya ibu yang berkerudung hijau.

"Kami berteman." Jawabku seadanya.

"Kasihan banget yah si Nina, gak ada yang jagain" ku dengar ibu-ibu disampingku berbisik-bisik.

"Apa dia gak punya keluarga?" Tanyaku kepo pada ibu-ibu itu.

"Nggak dek. Mereka selama ini cuma tinggal berdua. Almarhum cerai dengan istrinya sejak 11 tahun yang lalu terhitung dari kepindahan mereka kesini." Jawabnya panjang lebar.

"Huss!! Jangan menggosipi orang yang sudah tiada. Pamali, dosa!!" Larang seorang ibu yang memang diam dari tadi.

"Aku jadi penasaran, apa Nina cuma anak satu-satunya bu?"

"Nggak, ibu dengar, si Nina punya abang. Tapi gak tau dimana keberadaannya. Cuma almarhum yang tau."

"Abang?"

"Iyah dek." Jawab ibu itu lalu kami diam. Karena kami sudah tiba di pemakaman.

***
Seminggu kemudian...

Sejak hari itu, aku tidak pernah melihatnya lagi. Rumahnya selalu tertutup, dan dia sudah berhenti dari restoran. Elsa pun semakin ketat menempel padaku meskipun aku sudah bersikap dingin padanya. Dia seperti memiliki tujuan tertentu padaku.

"Pak Iqbal, kenalkan, ini Manager Eksekutif kita yang baru saja kembali setelah ditugaskan ke Manado. Pak Leo!"

Kami berjabatan tangan sambil memperkenalkan diri.

"Oh, jadi ini kepercayaan Papa selama aku di Jerman?" Tebakku. Dia tersenyum sinis. Aku bisa merasakan atmosfir tak bersahabat darinya.

"Yah, dan aku pernah dicalonkan sebagai PRESDIR disini dengan HASIL KERJA ku sendiri!" Dia menekankan kata presdir dan hasil kerja padaku supaya menyindirku sepertinya. Untuk ukuran bawahan, dia terlalu nekat juga ternyata.

"Owhh... Sayang sekali Mr. Leo. Tapi aku tidak harus minta maaf pada anda kan? Pak Heru, sepertinya perkenalan kami sudah cukup. Dan anda, Mr. Leo, berikan laporan pembangunan Yayasan Ibu Pertiwi setelah jam makan siang nanti. Mengerti!"

"Ya pak!" Ucapnya lalu pergi begitu saja.

"Sepertinya dia harus diberi sedikit pelajaran sopan santun. Pak Heru, apa dia juga bersikap seperti ini pada Ayahku?"

"Iya pak, dia memang blak-blakan. Tapi karena hasil kerjanya yang bagus, Pak Edward tetap mempertahankannya."

"Melihat keberaniannya, bisa saja suatu saat dia berniat menjatuhkanku."

My Bride (Finished)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن