Touch Me!

13.8K 488 17
                                    

Iqbal dan Nina dinikahkan oleh Imam masjid Bait Us-Sabuh dengan meminta bantuan salah satu jamaah untuk menjadi wali dan jamaah yang lain menjadi saksi. Mas kawin sudah Iqbal siapkan, ditambah seperangkat alat shalat yang langsung dibeli ditoko dekat masjid itu. Ada yang berbeda dengan ijab qabul kali ini, Iqbal mengucapkannya dalam bahasa Jerman agar seluruh orang mengerti, kecuali Nina tentunya. Dia bingung, namun kekhidmatan acara akad nikah ini membuatnya ingin menangis. Nina telah kembali kepada orang yang dicintainya setelah belasan tahun lamanya dan itu adalah atas kehendak tuhan, karena jodoh diantara mereka begitu kuat ikatannya.

Diluar masjid, seorang pelancong dari Indonesia menyaksikan pernikahan mereka dan terkejut dengan wajah Nina dan Iqbal. Pria itu adalah wartawan sebuah televisi swasta yang kebetulan sedang meliput berita di negara ini. Dia masih ingat betul kasus yang menimpa Nina dan Iqbal belasan tahun yang lalu karena dia juga menjadi salah satu wartawan yang meliput berita mereka. Dia langsung mengeluarkan kameranya dan merekam proses akad nikah itu diam-diam.

Setelah akad nikah selesai, sepasang pengantin baru itu disalami oleh seluruh jemaat dan mendoakan kebahagiaan untuk mereka. Wartawan itu juga turut serta memberi mereka selamat dan merasa terkesan dengan pernikahan mereka, memeang jodoh tak akan kemana. Tapi lucu juga karena mereka menikah dengan kostum yang salah. Nina dan Iqbal tidak sempat lagi mencari gaun dan jas untuk pengantin karena bapak penghulunya tidak bisa menunggu lama-lama.

Selepas dari mesjid, Iqbal mengajak Nina kehotel untuk check-off dan membawanya kerumah Iqbal. Senyum bahagia tidak hilang dari wajahnya sejak akad nikah tadi karena Nina yang dicintainya sudah menjadi miliknya lagi.

Sesampainya dirumah, Nina tampak ragu untuk masuk karena rumah ini masih asing baginya, apalagi dia akan tinggal berdua saja dirumah ini hingga mereka akan kembali ke Indonesia nanti. Iqbal yang mengetahui itu, langsung menggendong Nina ala bridal dan membawanya masuk kedalam kamar yang ada dilantai dua tanpa peduli dengan Nina yang meminta diturunkan. Iqbal sangat kuat dan Nina bertubuh kecil jadi dia sama sekali tidak kesulitan untuk memapah Nina melewati tangga.

Nina sangat malu namun kehangatan dari tubuh Iqbal membuatnya menyerah dengan rasa malunya itu. Dia menyandarkan kepalanya kedada Iqbal yang bidang dan memejamkan matanya untuk lebih bisa merasakan betapa nyamannya berada disisi orang yang dicintainya. Mereka lupa bahwa umur mereka sudah tidak muda lagi.

Mereka berdua sampai dikamar, Iqbal menurunkannya tepat dipinggir kasur. Nina membayangkan apa yang akan terjadi hingga pipinya merah dan membuat wajah cantiknya itu terlihat menggemaskan dan Iqbal semakin tertarik untuk menggodanya.

Perlahan-lahan Iqbal mendekatkan wajahnya seperti ingin mencium Nina hingga nafas Nina tertahan dan dia langsung menutup matanya. Jantungnya berdegup kencang seolah-olah ini pertama kali baginya. Melihat ekspresi Nina, Iqbal tidak jadi melanjutkan apa yang ingin dilakukannya. Dia hanya mencium kening Nina dan membelai rambutnya dengan sayang.

"Nggak masalah kalau kamu belum siap, sayang!" Ujarnya.

Nina kecewa. Apa? Bagaimana mungkin Nina menjadi tidak tahu malu begini? Mengapa dia jadi kecewa saat Iqbal tak ingin menyentuhnya? Hal ini jadi membuatnya sedih, dan anehnya dia menangis. Entah apa yang membuatnya menangis. Iqbal yang mendengar tangisannya, menghentikan langkahnya lalu berbalik menghampiri Nina dengan cemas.

"Kenapa sayang? Apa yang terjadi?" Tanya Iqbal sembari mengusap airmata dipipi istrinya itu.

Tidak mungkin Nina mengatakan apa yang dirasakannya, karena itu sangat memalukan. Seharusnya Iqbal lebih peka dengan istrinya itu.

"Apa mas membuatmu takut?"

Nina menggeleng.

"Jadi, kenapa? Kalau memang belum siap, mas akan tidur diruang tamu. Tenang saja, mas tidak akan memaksamu, sayang!"

Nina menggeleng lagi, hanya membuat Iqbal bingung.

"Mas gak tau apa yang Nina inginkan! Mungkin, dugaan mas benar. Jadi, mas akan keluar. Gak apa-apa kok." Ujar Iqbal lalu ingin pergi lagi. Namun secepat kilat tangan Nina menarik pergelangan Iqbal hingga langkahnya tertahan.

"Mas, Tidur....lah disi...ni!" Ucap Nina pelan dan terputus-putus. Iqbal yang mengerti maksudnya malah tertawa melihat keluguan istrinya itu. Tapi, pikirannya tentang Said yang juga sudah memberi anak kepada Nina membuatnya cemburu. Tanpa ditahan-tahan lagi Iqbal langsung mendekap Nina dan menciumnya tanpa ampun. Malam ini akan menjadi malam yang sangat sibuk bagi keduanya. Memadu cinta, melepas rindu dan melampiaskan hasrat terpendam diantara mereka sebagai sepasang suami istri.

***

Esoknya di Indonesia berita tentang pernikahan Iqbal dan Nina tersebar dimana-mana. Rekaman video akad nikah mereka diupload ke Youtube dan ditayangkan ke televisi hingga Arum dan Arumi juga mengetahuinya. Mereka sangat senang saat mendengar kedua orang tuanya telah menikah, tapi mereka tidak suka jika berhubung dengan keluarnya berita ini, berita lama tentang kisah kelam pernikahan Nina dan Iqbal dulu juga diungkit-ungkit oleh media.

Banyak netter yang memberi respon baik, dan ada sebagian kecil juga yang mencemooh mereka. Maklumlah, tidak semua pengguna internet itu bersikap dewasa. Yang pastinya, Arum dan Arumi tidak sabar untuk menunggu kedua orang tua mereka pulang.

Iqbal dan Nina seperti mengulang kebiasaan mereka dulu, merasa muda kembali. Mereka masak bersama, makan sama-sama, jalan-jalan dan menganggap beberapa hari ini adalah liburan spesial mereka.

Saat berjalan-jalan untuk mencari oleh-oleh Nina sangat bersemangat. Dia memikirkan apa yang akan dibelikannya untuk kedua putrinya dan Hasan yang masih kecil. Melihatnya Iqbal jadi geleng-geleng kepala, sikap ceria istrinya itu sudah kembali.

Tapi, Iqbal berpisah sebentar untuk membeli kaus di toko sebelah, sementara Nina sedang memilih-milih tas. Setelah Nina selesai, dia langsung keluar untuk menyusul Iqbal. Namun toko perhiasan diseberang baginya menarik untuk dikunjungi. Kakinya terasa gatal untuk melangkah kesana. Jalanan sangat ramai oleh pejalan kaki, namun terkadang beberapa kendaraan juga lewat.

Nina tidak memperhatikan kiri dan kanan saking terfokus pada toko perhiasan itu. Seorang ibu-ibu meneriakinya dengan keras, Nina menoleh kepada perempuan itu tapi dia tidak mengerti apa yang diucapkan kepadanya karena dia berbahasa Jerman. Baru Nina mengerti saat suara klakson dari sebelah kiri terdengar semakin mendekat kearahnya. Matanya terbelalak dan tubuhnya malah kaku seakan tak bisa bergerak karena terkejut.

"ARGHGGGGGHHHHHH!"

#tbc

Koment dan Votenya guys... :)
Maaf mengecewakan kalian... :)

My Bride (Finished)Where stories live. Discover now