Dia Suamiku

26.8K 1K 2
                                    

"Saatku membuka mata, wajahnya adalah hal pertama kali yang ingin kulihat, suaranya yang pertama kali kudengar, dan hangat tubuhnya yang pertama kali kurasakan, selamanya...." Nina

°°°

"Nina.. Nina..!" Hari masih pagi tapi suara Iqbal sudah terdengar dimana-mana karena sejak bangun Nina sudah tidak ada dikamarnya. Dapur, ruang tamu, kamar mandi semua sudah ditelusuriny kecuali kolam dihalaman belakang sebab Nina tidak mungkin disana, dia kan tidak bisa berenang.

"Nina... Kamu dimana Nin?"

"Kenapa pak?" pak Herman menghampiri Iqbal yang gelisah setengah mati.

"Ada liat Nina gak pak?"

"Oh, bu Nina, ada pak." Iqbal menarik nafas lega. "Katanya mau ke swalayan didekat sini"

"Swalayan?"

***

Nina terlihat sibuk mencari bahan-bahan makanan untuk dimasak hari ini karena isi kulkas hampir kosong. Dia akan memasak selama Iqbal ada disini karena bisa saja besok Iqbal sudah keluar kota lagi. Ini adalah kesempatan yang langka baginya.

"Nina?" tangannya yang sedang memilih tomat-tomat segar berhenti karena suara perempuan yang memanggilnya. Senyum terukir dibibirnya saat melihat wajah yang dikenalinya itu.

"Gita? Gita Handayani? Arggghhh!" Mreka berdua berteriak sambil berpelukan hingga semua orang didekat mereka merasa terganggu.

"Ihh... Lo makin cantik aja Nina. Makin dewasa muka lo. Keibuan banget. Cuma... Lo betah banget jadi orang pendek. Gak bosen Nin?"

Nina langsung menjitak kepala Gita dengan pelan karena celetuknya tadi. "Dasar, siapa yang betah? Memang bumi lagi ngutuk gue Git, makanya tinggi gue segini-gini aja dari dulu."

"Haha.. Jadi ingat masa SD. Oh iyah, lu mau ngapain tadi, lanjutin aja, jangan berhenti. Biar kita sambil ngobrol..."

"Ok!" Nina melanjutkan kegiatannya memilih tomat-tomat itu sedangkan Gita hanya melongo memandangi tingkah Nina yang sangat piawai memilih sayuran-sayuran segar hingga isi troli Nina pun diperiksanya.

"Jangan kurang kerjaan deh Git..!" tegur Nina.

"Gue cuma kagum ajah, sayur mayur pilihan lo seger-seger Nin. Uda biasa belanja ya lo? Gue gak pernah disuruh nyokap gue beli sayur. Karena hasilnya gak pernah bagus. Tetep ada yang salah."

"Nanti lo bisa juga kok Git."

"Oh iyah, btw kok lo bisa ada disini? Lo udah pindah rumah yah?"

"I..iyah!" jawabnya gugup.

"Dimana? Rumah gue di Blok S. Kapan-kapan main yah kerumah."

Nina mengangguk sambil meraih botol kecap didepannya. "Lo gak kuliah Git?"

"Kuliah dong. Tapi gue ambil kuliah malam. Gue kan kuliah dijakarta ini juga. Kampusnya deket, gak perlu kos-kosan lo tau kan betapa sengsaranya gue jauh dari nyokap gue.."

"Anak Mama..! Kapan lo berubah si Git?"

"Jadi spiderman?? Gak asik Nin.. Kemana-mana bergelantungan ajah. Gue lebih suka naik mobil."

"Aduhhh... Gak pernah serius deh.."

"Eh Nin, ada cowok cakep lagi jalan kesini..."

"Biarin..!" Nina tidak terpengaruh karena baginya suaminya lebih tampan dari siapapun.

"Gue serius Nin... Oh God, gue meleleh.... Tidak-tidak, dia memang lagi jalan kesini..."

"Lebay deh Git..!"

My Bride (Finished)Where stories live. Discover now