Titik Cerah

13.9K 656 63
                                    

Sejak sejam yang lalu Arumi sudah menjaga neneknya yang sudah siuman dirumah sakit dan ini sudah pukul 7 malam tapi ayahnya tidak kunjung datang. Berkali-kali dihubungi tapi Iqbal tidak pernah menjawab panggilannya membuat Arumi cemas. Saat ditanya neneknya, Arumi hanya berkata kalau ayahnya ada urusan diluar supaya neneknya tidak ikut-ikutan cemas seperti dirinya. Tapi, jika dirinya tetap disini, bagaimana bisa dia mencari orang yang mirip dengan foto itu?

"Hm, nek! Arumi keluar sebentar yah, mau cari minuman yang seger-seger dulu." ujar Arumi berbohong.

"Jangan jauh-jauh ya Arumi, oh iyah, maskermu kenapa gak dipake sayang? Bukannya cucu nenek ini alergi sama bau rumah sakit?"

"Alergi??? Mana ada alergi begituan nenek. Arumi cuma alesan aja.. Arumi males diliatin sama orang-orang, waktu di Jerman Arumi selalu jadi pusat perhatian. Kan cucu nenek ini sangaaatttt cantik."

Neneknya terkekeh mendengar ucapan Arumi yang terlalu percaya diri itu dan segera menyuruhnya pergi karena mungkin sebentar lagi Iqbal akan datang.

Keluar dari rumah sakit, Arumi bergegas menuju lantai satu tanpa menggunakan lift dan kali ini tanpa masker andalannya. Kegugupannya saat ditatapi orang lain harus di tepisnya demi mencari seseorang yang sangat penting baginya sekarang. Arumi tak henti-hentinya menoleh kekanan dan kekiri hingga tak sedikitpun sisi rumah sakit itu terlewatkan olehnya.

Langkah kaki Arumi terhenti saat dia baru saja melewati pintu kamar rumah sakit yang terbuka dan segera mengintip untuk memperjelas penglihatannya.

Seketika mata Arumi terbelalak melihat seorang perempuan seumurannya yang berbaring dikasur dan berbicara dengan teman prianya sambil tersenyum lemah. Meski pucat, tapi Arumi sangat sadar kalau wajah perempuan itu sama dengan wajahnya. Arumi teringat dengan satu foto hasil USG yang menampakkan ada dua janin didalam rahim ibunya. Apa jangan-jangan dia adalah...

"Maaf, kamu siapa?" seseorang mengagetkannya dari belakang dan orang itu adalah Rifki.

Rifki terlihat sama kagetnya dengan Arumi saat Rifki melihat dengan jelas wajah Arumi didepannya. "Arum? Kamu sudah se.."

Arumi langsung membungkam mulut Rifki dan menariknya menjauh dari pintu kamar itu. Beruntung Arum dan Aslan tidak menyadari keberadaan mereka.

"Lo Arum kan.."

"Ssssssssssttttttt!" Arumi memberi Rifki isyarat untuk memelankan suaranya. "Bukan, aku bukan Arumi."

"Tunggu dulu, gue jadi bingung sekarang. Arum, uda deh, lo jangan main-main lagi. Gue serius nih, lo uda berapa hari koma dan sekarang lo sehat-sehat aja. Lo pura-pura sakit yah?"

"Oh my God!!!! Aku sudah bilang kalo aku bukan Arum."

"Jadi, lo... Arumi??" Rifki ternyata sudah mendengar cerita tentang Arumi. Dia menatap Arumi dengan tatapan tak percaya

"Kok kamu bisa tau?"

"Gue uda tau kalo Arum punya kembaran yang dipisah dari dia. Tapi karena ancaman bokap, gue gak bisa cerita apa-apa sama Arum."

"Bokap? Apa itu bokap?"

"Apaan sih lu, istilah gue-lu aja yang lo tau. Bokap itu artinya ayah."

"Oh, mengapa? Kamu ini siapanya Arum?"

"Gue abang sepupunya. Btw, lu mirip banget sama Arum. Tapi.... dia gak sekuat elo."

"What do you mean?"

"Jantung Arum lemah, dan kini dia harus menjalani operasi."

"Astaghfirullah.." Arumi menangkup wajahnya. Dia sangat terpukul mendengar berita itu.

My Bride (Finished)Where stories live. Discover now