Tell Me!

12.3K 601 24
                                    

Iqbal sudah tak punya harapan. Sejak Nina menolah lamarannya, sikap Iqbal yang buruk kembali lagi. Dia jadi lebih pendiam, suka marah-marah dikantor, dan sering pulang kerumah tengah malam. Hingga Arum dan Arumi yang tinggal dirumahnya jadi serba salah sendiri. Mereka ingin mengajak Iqbal untuk keluar dihari Minggu pun jadi susah. Arum berencana untuk mengajak ibu mereka disini karena Arum sudah lama tidak memakan masakan ibunya yang lezat.

Sudah sebulan lebih, dan kondisi Iqbal semakin kalut. Arum dan Arumi hanya saling pandang saat Iqbal tiba-tiba saja menghentakkan kursinya dan pergi begitu saja kekamar saat mereka makan malam. Dia tidak tau perilakunya itu juga membuat anak-anak mereka sedih. Arum dan Arumi bingung apa yang sudah terjadi kepada papa mereka hingga papanya begitu marah.

Dihari Senin, Arum dan Arumi membuat heboh satu sekolah. Mereka berdandan sangat mirip dengan meniru gaya Arum. Smeua orang sangat bingung yang mana Arum sebenarnya. Namun sialnya, Aslan bisa membedakan mereka berdua.

"Sweeetttt! Kalian memang match! Aslan bisa mengenalimu luar dan dalam!" Ledek Arumi.

"Luar dan dalam?" Arum menyilangkan kedua tangannya didepan dadanya dan berfikir macam-macam.

Tawa Arumi dan Aslan pecah melihat kepolosan Arum. Aslan mengacak-acak rambut Arum dengan sayang. Melihat itu Arumi jadi down. Dia iri dengan Arum yang punya pacar kayak Aslan. Seandainya laki-laki yang disukai Arumi, ada disini. Laki-laki berasal dari Indonesia dan sedang mengikuti pertukaran pelajar di SMA mereka untuk satu semester. Masih ada 1 bulan lagi hingga dia kembali ke Indonesia. Kira-kira Jeremy berasal dari SMA mana yah? Bagaimana kabarnya sekarang?

"Kenapa dek?" Tanya Arum.

"Nggak kak. Aku cuma jadi antinyamuk disini, jadi lebih baik aku ke perpus yah.. kata Rifki novel disana banyak! Bye dua sejoli!!!!" Ucap Arum lalu berlari-lari kecil kearah perpus.

"Kita carikan pacar, gimana?" Usul Aslan.

"Hmm, kayaknya nggak usah deh Lan. Arumi itu sama denganku, tidak suka dengan hal-hal yang sudah diatur sebelumnya. Dia lebih suka dengan pertemuan tanpa disengaja. Dan yang lebih penting, aku bisa ngerasa kalau Arumi sedang menyukai seseorang sekarang."

"Ya udah, gimana kalau kita ajak Arumi ke acara Ultahnya Boy, tetanggaku. Mana tau dia bisa punya kenalan disana. Tapi, kamu jangan dandan yang cantik yah, awas kalau cantik-cantik!"

"Hehehe, emangnya kenapa Lan? Aku jelek kok! Jadi tenang aja."

Mereka terus berbincang di kantin sampai jam istirahat berakhir. Kebersamaan mereka membuat Arum melupakan masalah yang dihadapinya dirumah. Tapi saat kembali kerumah, Arum dan Arumi menjadi lesu. Mereka sangat kesepian.

Arum mengintip Iqbal dari luar pintu ruang kerjanya, tampak Iqbal sedang memandangi liontin ditangannya dengan sedih. Arum ikut terlarut dalam kesedihan papanya, sekarang dia mengerti apa yang sebenarnya difikirkan oleh Iqbal. Arum harus melakukan sesuatu.

***
Hari minggu kemudian Iqbal berangkat pagi-pagi sekali tanpa memberitahu anak-anaknya. Iqbal ingin pergi ke Bogor untuk menemui Nina karena hari ini mungkin Nina tidak pergi ke butiknya.

Ponsel Iqbal berdering sangat keras karena Arum meneleponnya tapi Iqbal tidak ingin mengangkatnya. Entah mengapa Iqbal tidak ingin kedua putrinya itu tau kemana dia akan pergi.

Hanya beberapa jam, Iqbal sudah tiba didepan rumah Nina. Tapi, pintu rumah Nina terkunci. Iqbal turun dari mobilnya dan melewati pagar rumah Nina yang terbuka lalu berjalan menuju teras. Pintunya dikunci dari luar, artinya Nina sedang tidak dirumah.

"Kemana dia pergi?" Fikir Iqbal. Dia sudah sampai kesini, jadi sayang sekali dia pulang dengan tangan hampa. Iqbal duduk dikursi teras untuk menunggu Nina pulang.

My Bride (Finished)Where stories live. Discover now