Let Me Hug You

12.7K 608 29
                                    

Nina berkata dia sudah mengingat semuanya kepada Fauzi dan Iqbal yang mendengarkannya menjadi lega. Tapi, mereka tidak tau apa yang disembunyikan Nina didalam ingatannya tentang apa yang membuatnya celaka hingga mengalami koma selama 3 tahun saat diperumahan kebun teh 16 tahun silam. Nina tidak merasa itu penting untuk dibahas sekarang karena kondisi Arum adalah prioritasnya.

Namun, Nina tak mampu menyembunyikan perasaan sedih bercampur rindu ketika Iqbal mengatakan Aruminya ada disini juga. Sudah lama Nina tak melihat anaknya itu, tidak memeluknya dan masih kecewa dengan keputusan Iqbal untuk membawanya ketika Nina masih menyusuinya tepat diusia Arumi masih berumur 1 tahun.

"Arumi, dimana dia? Oh anakku. Aku harus melihatnya sekarang.!"

"Bersabarlah Nina. Lebih baik kita memikirkan Arum sekarang, sebelum terlambat!"

***

"Operasinya akan dilaksanakan satu jam lagi, jadi lebih baik kalian pulang kerumah. Bukannya kami mengusir, tapi kalian besok sekolah. Orang tua kalian pasti khawatir." Ujar Rifki memberikan pemahaman kepada teman-temannya yang masih menunggu kabar dari Arum.

"Terserah deh Rif. Tapi nanti kabari kami, Ok!" ujar Ken, sekretaris kelas mereka. "Lo sabar yah Rif!"

"Thanks ya Ken. Thanks juga buat temen-temen semuanya karna uda datang menjenguk Arum. Dia pasti senang jika tau kalian peduli padanya."

"Pasti, kami jadi tidak sabar melihatnya sembuh." Ujar Ningsih. "Tapi, laki-laki tadi ayahnya Arum yah? Bukannya ayah Arum sudahh....."

Hana menyikut bahu Ningsih dan mengisyaratkannya untuk diam. "Iss.. apaan sih lu, kepo tauuu..!"

Rifki hanya diam, bukan hak nya untuk membeberkan masalah dikeluarga Arum kepada orang lain.

***

Satu persatu teman Arum berpulangan, namun Aslan masih disana menunggu sampai Arum dioperasi. Rifki tidak berkomentar apapun ataupun menyuruhnya pulang karena Rifki tau Aslan sangat sedih sekarang dan baginya itu adalah pemandangan yang sangat jarang terjadi.

"Lo banyak berdoa aja Lan, gue juga berharap operasinya berhasil. Gue gak nyangka lo bisa sedih juga." Ledek Rifki mencoba mencairkan suasana.

"lo fikir gue apa? Robot? Lo gak bakal ngerti apa yang gue rasain sekarang!"

"Lo bener! Gue kan jomblo, jadi gak ngerti rasanya."

"RIFKI!" Terdengar suara Arumi sedang memanggil tak jauh dari tempat mereka. Arumi berlari-lari kecil dengan airmata yang sudah membasahi pipinya.

"Daddy mana?"

"Kamu kenapa Mi? Apa yang terjadi?"

"Nenek, nenekku meninggal ki..!" Jawab Arumi. Kedua tangannya menutupi wajahnya yang menangis. Sementara Aslan masih tercengang melihat Arumi yang sangat mirip dengan Arum.

Rifki langsung memeluk Arumi dan menenangkannya layaknya seorang kakak kepada adiknya. "Kita harus langsung ngasih tau Om." Ujarnya lalu menarik tangan Arumi kedalam bilik dokter tempat Nina dan Iqbal berada. Aslan tidak ikut dengan mereka karena dia ingin menunggui Arum didekat pintu masuk.

Tanpa mengetuk, Rifki menerobos kedalam ruangan itu dan membuat mereka terkejut, terutama Nina.

"A...Arumi?" Ucap Nina terbata-bata. Rindunya yang membuncah tak bisa ditahannya lagi. Segera dipeluknya Arumi dan menciumi keningnya sambil menangis. Dokter, Iqbal dan Rifki yang menyaksikan itu terhanyut sampai-sampai Rifki tidak ingat tujuannya sebelumnya.

"Kenapa kau membawa Arumi kesini?" Singgung Iqbal pada Rifki. Akhirnya Rifki sadar apa yang ingin disampaikannya.

"Om, saya turut berduka cita. Neneknya Arumi sudah meninggal dunia."

"INNALILLAHI WA INNA ILAIHI RAJIUN! MAMAA!" Iqbal langsung berlari dari ruangan itu meninggalkan Nina danArumi yang masih melepas kerinduan mereka.

Iqbal tidak bisa menahan airmatanya yang terus mendesak keluar saat wajah mamanya sejak masih muda hingga tua seperti sekarang terbayang-bayang dikepalanya. Sesampainya dikamar, Iqbal sudah mendapati tubuh mamanya ditutupi kain putih dan terbujur kaku diatas ranjangnya.

"Mama??!!!" Iqbal berhamburan keatas tubuh mamanya sambil menangis terisak-isak. Iqbal menyesal karena tidak sempat mendengar suara mamanya untuk terakhir kali karena dia bersama Nina sejak sore tadi. Iqbal membuka sedikit kain yang menutupi wajah mamanya lalu mencium keningnya untuk terakhir kali.

Dokter berusaha menyabarkan Iqbal, tapi gagal. Iqbal sedang menanggung dua kepedihan dalam hidupnya hari ini. Pertama, kepergian ibundanya. Kedua, anak yang sudah lama berpisah dengannya sedang berjuang antara hidup dan mati dalam operasi yang akan dilakukan tak lama lagi. Hanya Ninalah salah satu kelegaan yang didapatkannya, Nina yang sudah mengingatnya.

***

Nina dan Arumi menyusul Iqbal setelah Nina tau apa yang terjadi. Nina sedih mengetahui bekas mertuanya itu sudah meninggal sebelum dia bertemu dan meminta maaf kepadanya karena Iqbal menjelaskan alasan dari mamanya tidak pernah pulang mengunjungi Nina ketika Nina masih menjadi istrinya adalah kondisi penyakit mamanya yang mengharuskannya untuk menjalani pengobatan dirumah sakit di Surabaya dan bukan untuk urusan bisnis.

"Dulu, mama menderita kanker paru-paru. Setelah berobat ke Malaysia mama sembuh. Tapi, kami tidak tahu, 4 tahun belakangan mama diserang leukemia. Dia selalu menahan penyakitnya sendirian. Aku merasa gagal sebagai seorang anak. Aku gagal Nina." Iqbal terus meratap diatas jasad ibunya.

Tanpa canggung Nina mendekap mantan suaminya itu dan membiarkannya menangis dipundaknya. Arumi terharu melihat ayah dan ibunya berada sedekat itu.

"Maafin aku mas. Selama ini aku tidak tahu apa yang dialami mama. Aku malah menyalahkan mama saat kita bercerai." Ucap Nina diiringi tangisnya. Bahunya ikut bergetar akibat isakan Iqbal yang sangat menyayat hatinya.

"Aku juga minta maaf Nina. Sebagai suami, aku tidak tahu menahu dengan perasaanmu dan malah sibuk dengan urusanku. Tuhan sudah menghukumku dua kali Nina."

***

Jenazah mama Iqbal sudah dipindah kekamar jenazah dan rencananya akan dibawa kerumah duka 2 jam kemudian setelah diurus, apalagi Iqbal ingin mendampingi Nina untuk menunggu Arum operasi walau sebentar.

"Aslan, kamu tidak pulang nak?" Tanya Nina kepada Aslan yang terlihat gugup karena operasi Arum akan dimulai sebentar lagi.

"Nggak tante. Tadi saya uda meminta izin mama dan papa, jadi mereka gak akan khawatir."

"Tapi sekolahmu bagaimana?"

"Saya akan tetap masuk besok tante. Yang paling penting, saya ingin disini untuk melihat Arumi."

Nina tak mengerti hubungan seperti apa yang dijalin Arumi dengan Aslan karena melihat kegigihan dan keras kepalanya Aslan untuk tetap tinggal.

"Daddy, kalau operasi Arum berhasil, dan dia sembuh... bagaimana kalau....daddy sama mama...." Arumi menggantung ucapannya karena dia merasa suasananya tak sesuai untuk mengatakan hal ini. Iqbal dan Nina menebak kira-kira apa yang akan dikatakan Arumi.

"Bagaimana kalau Daddy dan mama RUJUK???"

(Sudah mereka duga)

#tbc

Jangan lupa vote dan commentnya yahh.. maaf mengecewakan kalian krna lama updatenya. Btw, promot yahh novel baruku berjudul "Hei Stranger!" Ini link nya ://w.tt/1WiG9aM

Thnks smuanya.. :*

My Bride (Finished)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin