Menyesal?

15.6K 657 42
                                    

Hujan turun sangat deras dan petir menyambar-nyambar seperti ingin mengenai seseorang yang keluar ditengah-tengah badai itu. Sangat menakutkan. Rama sedang berjaga di posnya saat telepon dari Iqbal masuk keponselnya. Dengan sigap, Rama mengambil ponselnya dan heran karena dia tidak kenal dengan nomor yang menghubunginya.

"Halo, selamat siang! Saya bicara dengan siapa ini?" Tanya Rama.

"Saya Iqbal, suami Nina. Pak Rama, anda harus datang kerumah sakit sekarang juga!" Ujar Iqbal.

"Mengapa? Apa yang terjadi dengan istri saya?" Rama sudah langsung kefikiran dengan Wulan.

"Istri anda sudah akan melahirkan, tapi..."

"Tapi APAA???" Tanya Rama cemas.

"Dia pingsan! Dokter harus melakukan operasi karena...!"

"Tut..tut.tut...!" Rama sudah mematikan ponselnya dan langsung menemui atasannya untuk minta izin digantikan oleh personil yang lain karena kondisi istrinya sedang darurat.

Setelah mendapatkan izin, Rama berlari secepat mungkin ke tempat parkir mobilnya namun sepertinya dia kurang beruntung, mesin mobilnya mati. Rama mengumpati mobilnya itu karena dalam situasi seperti ini mobilnya malah tak bisa digunakan. Rama memutuskan untuk memakai motor dinasnya tapi sebelumnya dia harus menjemput kuncinya di meja kerjanya.

Tiba dimeja kerjanya, Rama menemukan bekal yang dibawakan istrinya sebelum mereka pergi kerumah sakit dan masih belum dimakannya hingga saat ini karena dia tidak peduli dengan bekal itu sama sekali. Sekarang, Rama menatap bekal yang tergeletak itu dengan tatapan nanar. Apa yang disesalinya sekarang?

Dengan kencang, Rama mengendarai motornya menembus hujan yang sangat deras tanpa peduli dengan seragamnya yang sudah basah kuyup dan petir yang terus menyambar-nyambar. Tidak ada yang paling dikhawatirkannya selain kondisi Wulan saat ini. Rama teringat dengan wajah Wulan yang terlihat sangat sedih dan terpukul ketika mereka kehilangan anak mereka 5 tahun yang lalu karena Wulan mengalami keguguran. Saat itu, Wulan tak pernah berbicara kepadanya hingga seminggu lebih, dan itu pertama kalinya Rama merasa bersalah kepada istrinya itu.

100 meter lagi Rama sampai dirumah sakit, namun sebuah kilat seakan menyambar tepat didepannya dan membuat Rama kaget hingga dia tidak bisa mengendalikan motornya dan mengakibatkan motornya terpeleset dijalan yang licin. Kepala Rama mendarat diaspal sedangkan tubuhnya yang lain tidak kenapa-napa hanya bahu kanannya sedikit sakit karena terbentur kejalan. Beruntung, kendaraan dijalan itu tidak begitu ramai jadi dia hanya mengalami kecelakaan tunggal tanpa menyebabkan yang lain jadi ikutan celaka.

Rama berusaha berdiri tegak meski kepalanya sedikit pusing dan keningnya menitikkan darah segar yang mengalir bercampur dengan air hujan. Pengendara yang melihatnya, membantu mengangkat motor Rama yang masih tergeletak dijalan dan meminggirkannya. Sementara yang lain hendak menelpon ambulans namun Rama teringat dengan Wulan. Dia berkata kalau dirinya baik-baik saja dan memilih berlari meski agak sempoyongan kearah rumah sakit, meninggalkan kerumunan warga yang menontonnya.

Sampai dirumah sakit, seorang suster wanita melihat Rama dalam kondisi seperti itu menyarankan Rama untuk diberi pertolongan, karena darah dikepalanya masih terus mengalir meski sedikit. Namun Rama bersikeras untuk langsung menemui Wulan, dia tidak ingin membuang-buang waktu lagi.

***

Nina keluar dari ruangan Wulan dengan wajah pucat, matanya masih sembab karena menangis tadi. Melihat kecemasan istrinya itu, Iqbal langsung memeluk istrinya dan meyakinkannya kalau semuanya akan baik-baik saja karena Wulan sudah sadar dan sedang berjuang melahirkan anak pertamanya. Dia perempuan yang kuat, karena Wulan memilih untuk melahirkan secara normal daripada melakukan operasi meskipun nyawanya bisa menjadi taruhan. Dokter sudah memaksanya untuk operasi karena Wulan memiliki riwayat keguguran, namun Wulan tetap bersikeras. Baginya, dia tidak akan menyesal meskipun setelah dia melahirkan dia tidak akan selamat. Karena dia sudah lelah, lelah berharap pada suaminya.

Sudah 10 menit berlalu. Iqbal dan Nina masih menunggu diluar dan tak berhenti berdoa untuk Wulan yang baru saja mereka kenal. Suara teriakan Wulan terdengar hingga keluar membuat Iqbal jadi ngeri mendengarnya karena sebelumnya, Iqbal terlambat datang saat Nina melahirkan Arum dan Arumi. Saat itu, Arum dan Arumi sudah lahir jadi Iqbal tidak tau bagaimana perjuangan Nina untuk melahirkan kedua putri mereka.

Rama mengejutkan Nina dan Iqbal karena dia sudah datang namun keningnya diperban. Mereka berdua tidak tau apa yang telah terjadi pada Rama. Sepertinya suster tadi berhasil membujuk Rama untuk diobati sebelum kesini.

"Mana istriku?" Tanya Rama kepada mereka.

"Dia sudah didalam ruangan ini." Jawab Iqbal.

Rama berusaha masuk, tapi salah satu perawat melarangnya.

"Dia ayah bayi itu suster! Dia berhak menemani istrinya didalam sana!" Bentak Nina, dia jadi terbawa emosi.

Dokter yang mendengarkan ribut-ribut diluar segera membukakan pintu dan langsung mengenali Rama.

"Biarkan saja bapak itu masuk, sus!"

"Baiklah dok! Maafkan saya pak, Bapak diperbolehkan masuk!"

***
Wulan tak percaya Rama tiba-tiba saja datang untuk menemaninya. Namun, sama seperti Iqbal dan Nina, dia cemas dengan dahi Rama yang diperban.

"Mas, kamu kenapa?" Wulan masih sempat untuk bertanya kondisi Rama disela-sela nafasnya. Wulan beristirahat sebentar setelah kontraksi yang dialaminya mereda.

"Jangan tanyakan itu. Aku tidak peduli dengan apapun untuk mengejarmu kesini. Jadi kau harus kuat, demi anak kita...!" Rama menggantung ucapannya dan menangis didepan Wulan. Ketakutan, kesedihan dan penyesalannya. "Maafkan aku!" Ucapnya sendu lalu memeluk istrinya yang sedang berbaring lemah. Mereka berdua menangis melampiaskan perasaan yang mereka tahan selama ini.

Saat Wulan kembali mengalami kontraksi, Rama menggenggam tangan Wulan dengan erat dan menyemangatinya untuk tetap sadar. Karena kondisi Wulan malah semakin lemah diringi pendarahan yang hebat. Pertahanan Wulan membuahkan hasil, perlahan-lahan kepala bayi mereka sudah keluar dan dokter menginstruksikan padanya untuk menarik nafas dalam lalu menghembuskannya agar bayi itu semakin terdorong keluar.

Setengah jam Iqbal dan Nina menunggu, akhirnya suara bayi terdengar ditelinga mereka.

"Alhamdulillah!" Ucap Nina bersyukur. Wulan sudah berhasil melahirkan anak pertamanya. Iqbal tersenyum melihat Nina yang bahagia sekali saat ini. Istrinya sangat peduli dengan orang lain. Sementara itu keluarga Wulan dan Rama sudah berkumpul diluar tak lama setelah bayi itu lahir.

Dokter keluar dan mengatakan bahwa bayinya berkelamin laki-laki dan lahir dengan sehat. Tapi kabar buruknya, Wulan kehabisan banyak darah jadi dia membutuhkan donor darah sekarang juga.

"Golongan darahnya apa dok?" Tanya Nina.

"B"

"Golongan darah saya B dok, ambil darah saya saja." Ucap ibu mertuanya.

"Nggak usah nyonya, saya juga B, lebih baik saya yang mendonorkan darah karena sepertinya ibu sedang tidak sehat." Ucap Iqbal.

Mereka terperangah karena kepedulian Nina dan suaminya kepada menantu mereka. Ibu tiri Rama jadi teringat dengan betapa remehnya dia memandang Nina dulu hingga membuat Rama putus dari Nina. Tapi, Nina sudah tak ingin mengingat itu, karena kejadian itu sudah lama dan apalagi putusnya mereka malah mempertemukan Nina dengan pria yang dicintainya sekarang.

Belum sempat Iqbal beranjak dari kursinya, terdengar teriakan histeris Rama dari ruang persalinan Wulan.

"Tiddaaaakkkkk! Wulan, tidak, ini tidak mungkin!! Suara Rama terdengar pilu.

Semua orang berlari masuk kedalam dan menemukan Wulan sudah tidak bernyawa dengan tangan yang masih merangkul erat bayinya yang menangis dengan keras seolah bisa merasakan kalau ibunya telah tiada. Pemandangan itu sangat menyayat hati Nina, dan semua orang disana. Rama berlutut, menangisi jasad Wulan dan memukuli lantai penuh penyesalan.

"Apa ini caramu menghukumku, Wulan? Apa seperti ini kepedihan yang kau alami selama belasan tahun hingga kau membalaskannya padaku agar aku juga merasakannya?

#tbc

i'm crying.. what about you???

Vommentnya yah teman2..

My Bride (Finished)Where stories live. Discover now