Try To Forget 'It'

27.6K 1.2K 8
                                    

Author POV

Semakin malam hujan semakin menjadi. Fauzi dan Aisyah gelisah karena Nina tidak pulang padahal ini sudah tengah malam. Mereka tidak tahu apa yang terjadi pada Nina. Dia sudah melakukan dosa terbesar malam ini. Andai mereka tahu, Fauzi akan marah besar padanya.

Nina dan Iqbal tidak bisa tidur. Perasaan bersalah terus menguasai mereka. Nina bahkan segera menjauh dari Iqbal disudut kamar. Dia tidak bisa memandang Iqbal lagi. Dia malu, malu yang datang terlambat. Sedangkan Iqbal mengutuk dirinya sendiri dan merasa bersalah pada Nina.

"Pulanglah!" Akhirnya Nina buka suara..

"Nina, aku..!"

"Aku bilang pulanglah.." Iqbal seakan tidak mendengarnya, dia malah bergerak ke tempat Nina.

"Jangan dekati aku." Tangis Nina pecah. "Pergi!! Pergilah!!!"

Iqbal tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dia menuruti kemauan Nina dan meninggalkan rumah itu ditengah-tengah hujan. Nina hanya menatapi kepergiannya dibalik kaca jendela dengan jiwa yang hancur.

Selama dimobil, Iqbal tak bisa menahan airmatanya yang mendesak untuk keluar. Penyesalan sudah tidak ada artinya. Nasi sudah menjadi bubur. Piring yang pecah tidak akan bisa kembali seperti semula, yang dilakukan hanyalah mengobati dan memperbaiki diri.

"Kak Aisyah. Malam ini Nina tidur di rumah lama. Hujan deras banget." Nina mengirimkan pesan singkat untuk kakak iparnya agar mereka tak mencemaskan Nina.

"Ayah, Bang Fauzi, kak Aisyah.. Maafin Nina....."

***

Fauzi POV

Akhirnya si kunyuk itu pulang juga. Andai saja dia pulang lebih awal, dia tidak akan terjebak hujan tadi malam. Setelah memarkirkan motornya, dia masuk begitu saja kerumah tanpa bicara sedikitpun.

"Assalamualaikum!!!" Tegurku.

"Walaikumsalam!"

"Kamu hujan-hujanan Nina? Pergi lihat cermin, wajahmu lebih putih dari baju yang kau pakai."

Dia langsung menyentuh pipinya. "Eh, benarkah? Aku ke kamar dulu ya bang." Ujarnya lalu berlari ke kamarnya. Sepertinya ada yang dia sembunyikan.

"Praanggg!!!" Dari dapur terdengar suara piring pecah yang sangat nyaring. Aisyah, apa yang terjadi dengannya? Aku segera menyusul ke dapur dan mendapati tubuh istriku jatuh pingsan dilantai.

"AISYAAHHH!!!"

***

"Sebenarnya istri anda tidak sakit pak. Hanya kelelahan apalagi dia sedang hamil." Jelas sang dokter setelah memeriksa kondisi istriku.

"Hamil? Yang benar dok?"
Dokter itu mengangguk. "Selamat pak Fauzi! Anda akan menjadi seorang ayah." Dia menyalamiku dan menyarankan agar aku lebih menjaga dan memberi perhatian lebih pada istriku yang sudah hamil 2 bulan.

"Kamu hamil Aisyah, apa kamu sudah tau?" Tanyaku saat menemuinya di kamar.

Dia mengangguk pelan. "Iyah mas, aku sengaja tidak memberi tahu karena aku mau bikin surprise di hari jadi pernikahan kita 2 hari lagi."

Ku kecup ubun-ubunnya dan kudekap erat tubuhnya, rasanya aku tak ingin melepaskan dirinya. Kesabaran kami sudah memiliki hasilnya. Aku tahu, selama ini dia khawatir aku kecewa padanya atau aku akan menikah lagi. Sepertinya dia kebanyakan menonton drama setelah berhenti bekerja.

***

Nina POV

Aku terharu melihat abang dan kak aisyah yang bahagia karena akan memiliki bayi. Aku menyentuh perutku. Seandainya aku juga hamil, apa yang akan terjadi? Apa Iqbal akan menerimanya? Bang Fauzi dan kak Aisyah pasti mendapat aib karena ulahku. "Ya Allah, betapa hina diriku ini.." Aku hampir menangis lagi, tapi sebisa mungkin ku tahan agar mereka tidak tahu. Aku tidak ingin merusak kebahagiaan mereka.

My Bride (Finished)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt