Prolog

35.6K 1.3K 15
                                    

Everybody wants happiness, nobody wants pain. But you can't have a rainbow without a little rain.

-Unknown

*******************************************

Hari ini bandara terlihat padat sekali, banyak orang yang berlalu lalang di padu dengan suara announcher. Apa aktivitas di bandara selalu seperti ini?

Ada sepasang muda mudi yang saling menggenggam erat di antara ramainya suasana. Seorang pemuda itu terlihat kacau sekali. Entah sedang menahan tangis atau menyembunyikan luka.

"Ga, udah ada pemberitahuan." Gadis itu berkata dengan hati-hati. Pelan sekali hampir terdengar seperti bisikan. "Ga, gue harus pergi." Ucapnya lagi. Tetap saja tidak di gubris oleh lelaki itu. "Ga, jangan bikin keadaan makin sulit." Saking gemasnya, gadis itu melepaskan genggamannya lalu menggungcang bahu sang lelaki.

"Gue gak tau kalo gue sedih nanti gue harus kemana, gue gak tau harus cerita sama siapa lagi kalo gue ada masalah, gue gak tau harus berteduh kemana di saat ada badai yang mengguncang--" Lelaki itu menghentikan ocehannya di saat jari telunjuk sang gadis berhenti tepat di bibirnya.

"Jangan ngomong gitu. Gue selalu ada buat lo kapanpun lo mau. Kita hidup di jaman modern, Ga. Kaya gak ada skype aja." Gadis itu meninju pelan bahu kokoh yang telah menjadi sandarannya selama tiga tahun terakhir ini. Gadis cantik ini berusaha untuk menghibur si pemuda.

"Tetep aja. Gue gak bisa peluk lo lewat skype, gue gak bisa hapus air mata lo lewat skype. Gak bisa, Jane." Mata lelaki itu memerah padam. Dipeluknya gadis cantik di hadapannya. "Jangan lupain gue, Jane."

"Gak akan, Ga. Lo itu tetep jadi sinar jingga yang menghangatkan kelamnya hidup gue." Air mata mengalir deras lewat pipi tirus sang gadis. "Gue pamit, Ga." Ia merenggangkan pelukannya lalu menciptakan jarak di antara mereka.

Sang pemuda hanya bergeming di tempat. Merasa di tikam dari depan dan belakang. Sakit.

"Jingga!" Gadis itu memanggil namanya. Lalu di sambut senyuman hangat oleh Jingga.

"Jingga, jangan terlambat ke sekolah. Jangan bikin Bu Reka kesel terus." Teriak gadis itu dari jarak radius 5 meter, membuat orang-orang di sekitarnya melihat mereka.

***

Aku tidak pernah ingin menjadi lemah. Aku tidak pernah ingin dia pergi. Aku tidak pernah ingin merasakan kehilangan.

Tetapi suatu kenyataan yang tidak bisa ku terima.

Mengapa dia harus hadir untuk pergi?

Mengapa dia pergi di saat aku benar-benar mencintainya?

Jingga menatap sang surya yang sedang menenggelamkan dirinya sambil duduk termenung sendirian.

Di sini lah Jingga. Di taman penuh kenangan dan di hadapkan oleh mentari senja.

Jingga harus melepaskan di saat lelaki itu benar-benar tidak siap.

Tiba-tiba saja seorang gadis kecil duduk di sampingnya dengan buku agenda di tangan. Jingga memperhatikan gerak gerik gadis itu, gadis yang diperhatikan menoleh ke arah Jingga dan senyuman bersemu di wajah cantik gadis itu. Tanpa sadar Jingga pun membalas senyumannya. Dia cantik. Cantik sekali meski hanya mengenakan skinny jeans dan kaus putih lengan panjang.

Gadis kecil itu kembali menyibukkan diri dengan buku yang ia bawa. Menuliskan sesuatu di sana.

"Kamu ke sini sendiri?" Jingga mulai membuka percakapan. Gadis itu mengangguk pelan. Jingga mulai gusar karena tidak tau harus berbicara apa lagi.

"Hm nama kamu siapa?" Hanya itu yang ada di pikiran Jingga. Entahlah.

"Senja." Ia tersenyum. Apa namanya Senja? Hm cukup unik untuk gadis secantik dia. "Kamu?" Lanjut gadis itu.

"Jingga." Ucap Jingga sambil mengulurkan tangan. Senja menyambut uluran tangannya dan mereka berjabat tangan.

Ponsel di tas Senja berdering. Ia mengambil ponsel itu dan melihatnya.

"Hm...kak Jingga, aku pulang dulu ya. Sampai jumpa lagi." Ia melemparkan senyum itu lagi pada Jingga. Cukup meneduhkan. Senja melambaikan tangannya pada Jingga dan berlari ke arah selatan. Jingga melihat punggung gadis itu yang hilang ditelan jarak.

Sampai jumpa lagi.

***

Aku melihatnya. Sangat jelas. Di sampingku. Lelaki senja yang sedang bermuram durja. Ingin ku tulis semua hal yang mendeskripsikan dirinya. Namun apalah daya tinta tak sampai.

-Senja R.

*******************************************

Awkey part kali ini pendek. Ini awal vroh. Santai aja wkwk part selanjutnya akan lebih panjang.

P.s : jangan lupa vote dan comment.

P.s.s : jangan lupa tunggu kelanjutannya.

P.s.s.s : btw Jingga ganteng. Jones jangan baper.

P s.s.s.s : Jadi ada setiap kata-kata di akhirnya. Kata-kata itu adalah kata-kata yang senja tulis di buku agenda atau bisa dibilang buku hariannya yang ia bawa kemanapun.

Jangan bosen-bosen buat nunggu kelanjutannya. Author udah siapin cerita seru buat kalian semuaaaaaa.

Senja Dan JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang