Shasha yang meliha adengan itu hanya tersenyum,
"kalau kalian sudah berkeluarga nanti, apa masih bisa aku melihat kalian seprti ini." lirih Shasha dalam hatinya.

Dan merasa bosan bertengkar dengan adik nya yang super jahil itu, Keenan menghentikan pertengkaranya lalu kembali berdiri didekat Bundanya.

"Udah deh cepet gosok gigi dan ganti baju, dan gak usah ada acara mandi lagi."

Ucap keenan pada adiknya itu.
Kenina pun hanya menurut saja dan langsung melesat menuju kamar mandi. Tanpa mandi hanya mengosok giginya saja, angap kenina jorok, tapi biarlah ia memang sudah hampir terlambat.

"Udah yuk bun kita turun."

Keeana mengalihkan penglihatanya, yang awalnya masih menatap adiknya itu dan beralih pada sang bunda.

"Eh kok bunda nangis sih?"
Tanya keenan saat ia melihat bundanya itu menitihkan air matanya.

Shasha cepat-cepat mengusap air matanya dan menapilkan senyuman cantiknya, meski shasha sudah menua sekarang tapi dia masih cantik.

"Enggak kok bunda hanya sedih aja, pasti bunda akan kangen banget sama Nina, dan gak bisa liat kalian berantem lagi."

"Iya sih Bun, aku pasti kangen sama tingkah jahil dia."

"Iya, apa lagi jika kalian sudah berkeluarga. Pasti bunda gak akan pernah lagi liat adegan sepeti tadi."

Ucap shasha lirih dan kembali menitihkan air matanya.

"Eh mama kok nangis sih, kak? Kamu apain mama??"

Kata kenina memecahkan adegan melangsa tersebut. Kenina memang memanggil mama kepada shasya, kerena ia sudah terbiasa mendengar kata mama dari teman-temannya. 

"Enggak apa-apa kok, ayo kita turun."
Elak Shasha dan langsung mengusap air matanya lagi.

Mereka berjalan menuju ruang tamu, yang sudah ada barang-barang yang akan di bawa kenina pindah sekolah.

Dan disana Zain sang Ayah sudah setia menuggu putri nya itu.

Kenina terpaksa pindah sekolah, karena kejahilan nya yang sudah parah itu, awalnya kenina berniat menjahili temanya dengan permen karet yang sudah makan sebelumnya.

Kenina meletakan dibangku temanya itu, tapi keUsilanya tidak tepat kepada orang yang dia tuju.

Tapi melainkan kepada guru yang masuk kekelas nya tersebut.

"Kalian sudah siap?" tanya Zain yang sibuk dengan barang-barang yang akan dibawa putrinya.

"Papa.. Nina gak mau pindah sekolah, nina kan baru kelas satu SMA."

"Nina, kamu harus pergi sayang. Bukannya papa gak sayang sama kamu tapi ini demi kamu, kamu harus jadi orang yang disiplin dan bertangung jawab."

"Aku disiplin kok pa."

"Disiplin apanya? Kamu itu selalu saja usil sama orang dan ujung-ujung nya kamu kena hukum terus kamu ketingalan pelajaran karena di hukuman itu." Jelas zain

"Bener tuh, apa yang di bilang Ayah semua bener. Lagi pula kamu kan pernah usil sama guru kamu sendiri kan?"
Ucap keenan, bukan nya ingin membela adik nya malah tambah memanasi suasana.

"Itu mah bukan salah kenina kak! Itu salah gurunya, kenapa guru itu harus ngajak teman gurunya masuk kelas? Kan kursi untuk guru cuma ada satu. Nah lagi pula kenapa orang yang ingi aku usilin itu gak masuk sekolah? Jadi temen guru itu ambil kursi yang sudah aku tempelin lem sama permen karet. Dan hasilnya guru rok guru itu sobek deh. Itu sama sekali bukan salah aku dong!"

Jelas Kenina panjang lebar, mereka yang mendengar hanya geleng kepala.

"suda mas, ayo kita pergi ini sudah siang satu jam lagi kereta Nina akan berangkat."

"Oke ayo kita berangkat, belum nanti kita kena macet lagi!"

Mereka pun pergi menuju stasiun kereta dan setengah jam kemudian mereka telah sampai pada tempat tujuan mereka.

"Sayang nanti kalau dirumah Opa kamu jangan nakal ya."
Pesan shasha pada Kenina, sebelum dia memasuki ruang tunggu.

"Iya mama." jawab kenina cuek, karena kenina masih marah.

"Udah gak usah marah kayak gitu, jelek tau!" ucap Keenan pada kenina sambil mengacak-acak rambut Kenina.

"Iih kakak apaan sih! Rambut aku jadi rusak nih."

Dan terjadilah lagi acara adu antara kakak dan adik itu, sampai sang Ibu pun menengahi mereka.

"Udah gak usah berantem! Kenina ayo masuk sekarang!" ucap shasha, dan langsung diangguki oleh Kenina.

Kenina pun memasuki area tunggu.
Tapi sebelum Kenina masuk terlalu dalam tiba-tiba keenan berteriak.

"Adik ku yang cantik, kakak selalu dukung kamu kok! Jadi hati-hati disana jangan jahil lagi dan harus rajin belajar yaaa..!"

Kenina berhenti melangkah, dan kenina 'pun mengacungkan jempol nya.

"Sayang, apa benar keputusan kita untuk biarin kenina tinggal sama papa dan mama kamu?"

"Itu udah keputusan yang terbaik sayang."

"Tapi mas. Papa kamu kan sayang banget sama Nina, apa mungkin Nina akan berubah menjadi lebih baik?"

"Kamu percaya deh sama aku, papa itu orangnya sangat ingin yang terbaik bagi orang yang ia sanyangi, dia pasti akan tegas sama Kenina karena papa ingin Kenina menjadi gadis yang baik."

"Hmm, baiklah aku percaya sama kamu."

"Iya dong Bun, Bunda itu harus percaya sama Opa dan Oma, mereka pasti didik Kenina menjadi yang lebih baik."










Tbc.

In Memory (On Editing)Where stories live. Discover now